bagian 2

2 0 0
                                    

"The sibling's"

.

.

.

***

"Nama gue Jerico dan ini kembaran gue, Jeondra. Kalian bisa manggil gue Eric dan kembaran gue Jeno. Gue gak butuh pertanyaan lain selain perkenalan saja." Jerico malas menjawab dan mungkin dia tidak akan menjawabnya.

12 IPA I

Kelas yang awalnya ramai seperti pasar mendadak hening ketika si kembar masuk, reaksi mereka beda-beda. Ketika para siswi-siswi memuji ketampanan yang Jeondra dan Jerico miliki maka sebaliknya dengan para siswa yang merasa memiliki saingan yang berat.

"Kalian bisa duduk di kursi kosong itu." Pinta sang guru, tangannya ia arahkan kearah kursi kosong yang berada di barisan keempat dekat jendela yang langsung berhadapan dengan lapangan.

"Selama gue sekolah disini, untuk kali pertamanya gue ketemu kembar yang dari segi wajah gak terlalu mirip tapi sifat ama cara pandangannya tu 11 12." Jeondra memandang lelaki yang duduk si kursi ketiga, sedangkan Jerico memilih mengeluarkan buku dari ranselnya.

"To the point." Kata Jeondra. Dia tau kalimat iru hanya basa basi, pengen kenalan aja serasa simulasi pengen keluar rumah tapi gak diizinin.

"Nama gue Jevan." Dia tersenyum canggung, senyumannya manis. Tapi sayangnya, Berbatang.

Perkenalan mereka sampai disitu saja, setelah guru masuk sudah tidak ada percakapan diantara keduanya.

***

Jeondra atau Jeno merentangkan tangannya setelah menempuh pelajaran selama 2 jam, tia tersenyum senang.

"Mau ke kelas adek?." Jerico berucap, dia sedang mengumpulkan buku-buku dan memasukkan kedalam tas.

Jeondra yang memang sedang menenggelamkan wajahnya mendongkak. "Terserah lo bang, gue mah ayo."

Keluarga Lee itu, sangat menjunjung tinggi kesopanan pada anak-anaknya. Namun, sayangnya yang menjunjung kesopanan hanyalah si kembar. Jake mana ada sopan-sopannya. Sama guru saja dia jahili.

Jerico mengangguk, tatapan tajam itu dia sungguhi pada setiap Gadis yang ingin mendekat, mengajak berbicara atau sekedar perkenalan.

Jeondra kadang bingung dengan kakaknya itu, sebenarnya tipikal gadis Jerico iru seperti apa? Siapa dan bentuknya bagaimana. Dari penglihatan Jeondra, sudah banyak jenis gadis mendekati saudaranya itu bahkan sampai cewek jadi-jadian Jerico tetap menolaknya.

"Bang, gue tau lo tampan. Setidaknya jangan jual mahal dong. Diskonin dikit. Lo gak iri apa sama yang udah punya pacar?." Ujar Jeno.

"Gak sadar diri?." Jeno menepuk dahinya. Dia memang suka amnesia. Apalagi tentang hubungan percintaan.

Lorong sekolah yang memang sangat ramai, membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Wajah yang di pahat bak dewa yunani. Hidup mancung, bibir merah alami. Mata yang tajam, siapa saja yang melihatnya akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Ric. Kelas adek dimana?." Berjalan cukup jauh. Keduanya sampai lupa dengan kelas Jake. Lebih tepatnya tidak tau dimana letak kelas Jake berada.

"Jalan aja. Paling ketemu."

Selang beberapa menit menyusurin lorong sekolah. Terdengar suara riuh dekat lapangan, suaranya di dominasi teriakan para siswa. Awalnya kedua kembar itu tidak peduli dengan teriakan para siswa, namun setelah mendengar nama sang adik disebut. Jerico maupun Jeondra langsung menuju sumber suara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang