-Tidak semua orang beruntung punya mertua yang baik. Sama seperti tidak semua ayah menjadi cinta pertama anak perempunnya-
"Oke selesai." Aku mematikan kameraku, kemudian bersiap untuk membereskan kekacauan yang telah aku buat di studioku ini. Aku baru saja membuat video baru. Video review beberapa foundation yang sedang trend saat ini. Kalau tidak malas, malam ini aku bisa mulai mengeditnya. Semenjak menikah, waktuku terbagi untuk mengurus suami, jadi aku tidak serajin dulu yang bisa mengunggah video di Youtube seminggu dua kali. kalau sekarang, seminggu sekali saja sudah sebuah pencapaian.
Sebenarnya video yang direkam sudah lumayan banyak, hanya saja aku malas mengeditnya. Apalagi saat aku keguguran dulu, berbulan-bulan aku tidak muncul di sosial media, sehingga pengikutku berkurang karena kurang enggagement.
"Udah selesai?" tanya ibuku begitu aku keluar dari studio.
"Udah, ini mau bersihin muka dulu." Aku berjalan ke kamar gadisku yang sampai saat ini masih sama bentuknya, ibuku tidak pernah mengubah apapun di sini. Ia selalu menyediakan tempat untuk diriku. "Farzan kerja?" tanya ibuku yang ternyata ikut masuk ke kamar.
"Iya, lembur."
"Oh."
"Tadi kayaknya Mama kurang suka aku main ke sini, Bu."
Ibuku mengerutkan kening. "Kenapa? Waktu itu suaminya, sekarang dia juga ikutan nggak suka. Alasannya apa?"
Aku mengangkat bahu. "Nggak tahu deh, padahal dia tahu lho, Bu. Aku ke sini tuh kerja. Eh, tapi dia juga nggak pernah mau tahu kerjaanku," jelasku pada Ibu.
Ibuku mengembuskan napas. "Ya gimana, Mama kamu tuh kurang gaul makanya nggak ngerti kerjaan kamu."
Aku mengangguk setuju. Semenjak masalah keguguran itu ibuku jadi kurang suka dengan mertuaku.
"Tuh Ibu masakin rendang kesukaan kamu. Makan nanti."
Aku tersenyum. "Makasih, Bu."
Setelah ibu keluar dari kamar. Aku melamun, mengingat-ingat lagi kejadian beberapa bulan lalu, ketika suami Mama yang tidak dianggap itu mencoba untuk mengaturku.
*****
Sebulan setelah menikah...
Setelah pengakuan Mama tentang dirinya yang telah menikah lagi dengan Om Yani dan sikapku yang menerima dirinya. Mama jadi lebih terbuka, saking terbukanya semuanya diceritakan padaku. Cerita yang sama bisa diulang-ulang lebih dari lima kali. Tentu saja yang selalu diceritakannya adalah Om Yani, persis seperti orang yang dimabuk cinta. Mungkin ini lah yang orang-orang bilang tentang puber kedua.
Jujur saja, aku geli mendengar kisah asmara nenek dan kakek ini. Tetapi, sebagai menantu yang baik, aku berusaha untuk menjadi pendengar yang baik.
"Om Yani itu baik, sosialnya tinggi. Banyak orang yang dibantu sama dia. Cuma ya itu, karena masalah rumah tangganya dia jadi dicap buruk," ucap Mama entah untuk yang keberapa kalinya. Mungkin aku sudah mendengar kalau Om Yani itu baik lebih dari lima puluh kali dari mulut Mama.
Menurut cerita Mama, Om Yani ini memiliki tiga istri, tapi semuanya sudah ia ceraikan. Istri pertama seorang pencemburu, sering curiga hingga sering berkata kasar. Itu yang membuat Om Yani tidak tahan, dan akhirnya poligami. Tetapi istri keduanya ternyata selingkuh, begitu pula dengan istri ketiganya juga berselingkuh dan membawa semua uang Om Yani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pondok Indah Mertua
Romance"Sekarang lo tinggal di mana?" "PIM" "Komplek PIM-nya? atau di mananya?" "PIM, Pondok Indah Mertua," jawab Utari sambil menyunggingkan senyum getirnya. Adara Utari Gita, pengantin baru yang harus merasakan tinggal di rumah mertua, karena suam...