[☡WARNING: story contains sex scenes, violence, and harsh words☡]
AMARA GRIZELDA CARIDDI---Tak pernah terbesit sedikitpun di benak Amara untuk menikah di usianya yang masih 21 tahun. Jangankan menikah, berpacaran saja dia enggan. Gadis itu memilik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 4: She's Mine and I'm Hers
Saat Amara membalikkan tubuhnya ke belakang. Amara terkejut bukan main begitu mendapati Arthur sudah berdiri di belakangnya dengan bertelanjang dada.
Berkali-kali Amara meneguk salivanya susah payah. Gadis itu gugup sekaligus malu. Sekarang Amara persis seperti pencuri yang tertangkap basah.
"K-kamu sudah pulang? Aku pikir---"
"Apa yang kamu lakukan di kamarku, Amara?"
Ucapan Amara terpotong ketika Arthur ikut melontarkan pertanyaan kepadanya.
Ah, rasanya Amara ingin tenggelam saja sekarang. Apa yang harus ia katakan pada Arthur? Pasalnya Amara sendiri juga tidak tahu kenapa ia tiba-tiba ingin mendatangi kamar ini.
"A-aku...aku tadi melihat pintu kamarmu terbuka dan aku pikir ada maling. Jadi aku memutuskan untuk datang kesini" ucap Amara.
"Kamu takut ada maling tapi kamu tidak membawa senjata apapun?" balas Arthur.
Aish, kenapa pria itu kepikiran sampai sana sih?
"Y-yaa aku kan bisa teriak, makanya aku tidak membawa senjata. Lagi pula, kenapa kamu tidak menutup pintu kamarmu? Kalau misalkan ada maling beneran bagaimana?!" ketus Amara.
Arthur tertawa geli melihat raut wajah Amara. Gadis itu tampak kebingungan mencari alasan, tapi di sisi lain dia juga tetap ingin membela diri.
"Mansion ini sudah terjamin keamanannya, Amara. Tidak mungkin ada maling disini"
Amara semakin dibuat mati kutu dengan ucapan Arthur. Benar juga kata pria itu. Lantas alasan apa lagi yang cocok untuk membalas ucapan Arthur?
"Apa kamu menonton siaranku di televisi?" ucap Arthur disela-sela keheningan antara dirinya dan Amara.
Amara menggeleng. "Tidak, untuk apa juga aku nonton itu"
"Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin tahu responmu" ujar Arthur.
"Asal kamu tahu ya, siaranmu itu sangat mengganggu tahu!" ucap Amara.
Arthur melebarkan senyumnya, menampikkan gigi putih ratanya. Sementara Amara bingung sendiri melihat Arthur bertingkah demikian.
"Kenapa kamu tertawa? Apa yang lucu?!" tanya Amara.
"Kamu bilang kamu tidak nonton, tapi barusan kamu mengaku siaranku sangat menganggu. Jadi sebetulnya kamu nonton atau tidak?"
Amara sontak memalingkan wajahnya saat menyadari kebodohannya. Ah, kenapa dia harus pake keceplosan segala sih?