part 1

8 1 0
                                    

Suara alarm menggema di sepenjuru ruangan, perlahan ia membuka mata nya, menyesuaikan cahaya yang masuk melalui celah mata nya, ia melihat jam yang menunjukkan pukul 03.04, dengan cepat ia berjalan menuju kamar mandi hendak mengambil air wudhu.

percikan air terasa begitu dingin, perlahan ia membasuh telapak tangan nya,di lanjut dengan membasuh wajah nya, seketika rasa kantuk pun hilang.

ia mengambil sajadah lalu memakaikan mukena, nyaman, itulah yang ia rasakan, hawa dingin dengan di balut oleh mukena membuat ia tak ingin melepas nya, selang berapa menit ia telah selesai, ia membuka kitab suci Al-Qur'an, lalu membacanya hingga adzan subuh berkumandang.

cahaya matahari menerobos masuk melewati celah jendela, dengan cepat ia membuka mukena nya lalu bersiap untuk pergi ke kampus pagi ini.

ia menuruni tangga dengan tergesa gesa, mencari sosok yang sangat ia cintai, dan ya, ia menemukan nya.

"assalamu'alaikum umi" ucap nya mencium punggung tangan sang ibunda lalu mengambil segelas susu yang berada di atas meja.

"waalaikumsalam, kamu mau berangkat?" ia mengangguk, masih dengan segelas susu nya.

"astaghfirullah pelan pelan fisya!" tegur Arumi, sedangkan yang di tegur hanya terkekeh pelan.

"oiya mi, ka Tasya mana?" tanya nya, karena ia tidak menemukan sang kakak yang biasanya selalu menunggu nya di meja makan.

"udah berangkat dari tadi, kamu si kelamaan"

"yahh ko di tinggal sih, ya udah mi fisya berangkat dulu, udah telat, assalamu'alaikum" ucap nya mencium punggung tangan Arumi.

"waalaikumsalam, hati hati"

"iyaa umii"

***

mata kuliah akan di mulai 15 menit lagi, dan sial nya ia terjebak macet, salahkan saja kakak nya yang meninggalkan diri nya, ia tau jika kakak nya sengaja meninggalkan diri nya, karena ingin membalas perbuatannya yang mengambil novel nya secara diam diam.

"Pak ayo pak cepetan dikit pak" ia menjadi kesal sendiri karena bapak ojol yang mengendarai begitu lambat.

"ini udah cepet neng" balas nya, namun tiba tiba saja motor nya berhenti, oh plis jangan sekarang.

"yah! yah! pak kenapa ini?"

Nafisya turun dari motor, begitu pun dengan bapak ojol, yang sedang memeriksa motor nya.

"gimana pak?" tanya fisya, pasal nya mata kuliah akan di mulai 5 menit lagi, dan jarak kampus masih terbilang cukup jauh.

"yah neng motor nya mogok"

fisya menatap jam yang melingkar di tangan kiri nya"yah gimana dong pak! 5 menit lagi saya ada kelas"

bapak itu menggaruk kepalanya yang terasa gatal " ya mau gimana lagi neng"

fisya mengambil selembar uang berwarna hijau lalu memberikan kepada bapak ojol nya " yaudah ni pak makasih ya"

"iya neng sama sama"

fisya masih memikirkan bagaimana ia sampai ke kampus, sedangkan sedari tadi ia menyetop taksi tak kunjung mendapatkan nya, ia mengecek ponselnya yang bergetar tanda ada pesan masuk.

Caca cuantiqq

| sya lo dimna?
| lo ngampus kan?
| gila sya dosen baru ganteng bgt
| gajadi sya dosen nya galak

caa|
bantuin gue|
jemput gue di cafe deket kampus |
tadi motor ojol nya mogok terpaksa gue| harus jalan|

| kak Tasya mana? biasa nya lo bareng dia?

tau ah kesel gue sama dia|

| gue si pengen jemput lo
| tapi, melihat dosen yang sangat killer
| membuat nyali ku menciut.
| mampus gue, baru di omongin udh di
| omelin kan.
| dah fisyaa semangatt maraton nya.

CACAAAA|

dan sial nya dia malah off, bagaimana dengan nasib nya?, oh tuhan, mau tidak mau ia harus berjalan kaki menuju kampus nya, atau nilai nya yang akan menjadi taruhan.

fisya berlari tergesa gesa menuju kelas nya, biarkan saja mereka yang menatap nya dengan tatapan aneh, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya ia cepat sampai kelas, agar ia bisa mengikuti mata kuliah.

"assalamu'alaikum" ucap nya dengan nafas yang memburu, seketika semua pasang mata melihat ke arah nya.

"waalaikumsalam" jawab mereka serempak, sedangkan dosen tersebut hanya menatap nya datar.

"jam berapa ini?!" jawab dosen itu datar, benar kata caca dosen baru itu sangat killer, terlihat dari gaya bicaranya yang sangat datar dan dingin, membuat siapa saja yang berhadapan dengan nya terdiam kaku.

fisya menunduk kaku, tak berani menatap manik tajam dosen di depan nya "a-anu pak, tadi ada kendala sedikit di jalan"

"saya tidak peduli." ucap dosen itu lalu melanjutkan aktivitas nya yang sempat tertunda.

fisya bernafas lega, syukurlah ia tidak mendapati hukuman, karena jujur saja kaki nya sekarang terasa ingin copot.

dengan cepat fisya berjalan menuju meja nya, namun baru beberapa langkah, suara bariton itu menghentikan langkahnya.

"siapa suruh kamu duduk."

fisya menghentikan langkahnya, ia memutar tubuhnya sembari menggaruk kepalanya yang terbalut hijab.

"berdiri di depan sampai kelas saya selesai!" fisya membolakan mata nya, ayolah kaki nya sudah mati rasa, ia sudah lelah berjalan menuju kampus, belum lagi berlari menuju kelas nya, dan sekarang ia harus berdiri di depan hingga kelas selesai? seriously?.

"tapi pak.."

fisya mengurungkan niat nya untuk protes, karena percuma saja, pasti tidak akan di hiraukan oleh dosen itu.

fisya melihat ke arah Caca, berharap ia membantu nya, namun ia salah, Caca malah menertawai nya, sedangkan fisya hanya menatap tajam ke arah nya, awas saja ia berjanji akan memberi pelajaran kepada nya,lihat saja nanti.

huh dasar teman tidak berguna.

.

.

.

DEAR IMAM KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang