•CHAPTER 2•

38 2 1
                                    

          "Kalian bisa saling tonjok, pastiin kamu yang mulai duluan ya... Gentama." Selesai membisikkan kalimat itu, kakinya berdiri semula setelah berjinjit untuk menggapai telinga laki-laki yang menatap kosong ke depan.

          Senyum licik tersinggung dibibir manisnya, ia membalikkan badan saat suara pukulan terdengar serta erangan bingung dari orang yang baru saja tiba.
Tentu saja kaget, baru berjalan berapa langkah masuk ke toilet, wajah laki-laki tersebut sudah mendapat pukulan tepat di samping bibirnya.

           Dengan langkah riang, sang pemberi perintah tadi melangkah menjauh dari toilet dan menuju kantin sekolah. Gerakannya santai, mimik wajahnya dibuat seramah mungkin. Kalau begini, tidak akan ada yang curiga, bukan?

~~~~~~~~><~~~~~~~~

          Hari lumayan terik, persis secerah saat upacara tadi pagi. Dengan mengandalkan bayangan pohon, dua orang laki-laki berjalan di pinggir lapangan dengan botol minuman di masing-masing tangan mereka.

           Salah satu dari mereka, memakai sendal slop berwarna hitam serta kaos kaki putih. Darwin, yang sepatu basket Orange-nya baru ditarik oleh ketua OSIS sekaligus teman kelasnya sendiri. Ia bahkan tidak takut saat sepatunya disita oleh pihak OSIS.

           Mereka bedua jalan memepet karna tidak ingin terkena panas matahari, berebut tempat teduh di pinggir-pinggir.

          Zeta, yang memegang botol dingin ditangannya, mendorong Darwin untuk menjauh karna terlalu berdekatan. Ia memasang ekspresi jijik ketika mengingat kejadian di depan ruangan perpustakaan pagi tadi.
"Awas, anjing! Jangan mepet-mepet!"

          Darwin yang sedang mendongakan kepalanya untuk minum dari botol, hampir tersungkur. Air minumannya tersiram membasahi wajahnya yang terkejut.
"Dasar Zetan gay, idung gua kemasukan air!" Ia mengusap wajahnya yang basah dan memegang hidungnya yang perih kemasukan air.

          Zeta berlari menghindari Darwin yang mengejar, mereka saling dorong dan cekikikan sampai mendekati toilet laki-laki. Atasan seragam Darwin sedikit basah karna siraman air diwajahnya tadi, ia melepasnya lalu mengikatkan baju seragamnya di sekitar pinggangnya. Menyisakan kaus putih polos di tubuh tingginya.

           Mereka yang mendengar suara pukulan dari dalam toilet,mengentikan aksi saling dorongnya. Dengan terburu-buru, keduanya mendorong pintu toilet dan menemukan dua orang temannya saling pukul.

           Ralat, satu orang memukul dan satu orangnya sudah terbaring dilantai.

           Darwin memegang rambutnya, kaget.
"Astaga anak emas! Lo kok mukulin anak setengah emas!" Ia segera berlari memegang tangan Tama yang siap melayangkan pukulan lagi.

           Sedangkan Zeta, menarik bangun Reyza yang terkapar dibawah Tama.
"Bangun Ma, edan lo mau matiin si ketos apa gimana." Zeta mendorong Tama yang menduduki tubuh lawannya. Ia sendiri heran, semarah apa sampai lawannya sudah tidak berdaya.

           Tama seperti balas dendam, ia menatap dingin Reyza yang bahkan sulit untuk membuka kelopak matanya dan hidungnya mengeluarkan tetesan darah. Ia melepaskan tangan Darwin dibahunya dan berjalan mendekat ke lawannya. Napasnya memburu, entah apa yang ia rasakan tapi emosinya bergejolak untuk terus menghajar Reyza.

           Tenaga Tama bukan tandingannya, Darwin kewalahan karna tangannya selalu ditepis. "Adaw gusti, Muka hamba tertabok." Ucapnya sambil mengelus wajahnya yang sedikit nyeri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang