Aku tahu bahwa hidupku tak lama lagi. Kata dokter yang merawatku setiap harinya, batas usiaku hanya bertahan paling lama sebulan—mungkin. Memang tidak ada yang tahu kapan manusia akan mati, tapi aku merasa malaikat pencabut nyawa tengah berdiri di samping kasurku saat ini.
Ya keluargaku juga sudah menyerah atas penyakitku ini. Mereka justru ribut soal harta dan warisan yang akan mereka dapatkan setelah aku mati. Belum juga aku mengembuskan napas terakhir, tetapi ketiga anakku, beserta para istrinya yang serakah akan harta—well, aku tak peduli soal itu—penasaran siapakah penerus dari perusahaan tambang berlian yang sudah aku kelola bersama suamiku sejak usiaku menginjak angka empat puluh. Hanya cucu-cucukulah yang peduli padaku. Ah, aku sudah merindukan mereka, padahal aku belum mati.
"Ibu, bertahanlah. Dokter akan segera datang!"
"Ibu! Ibu, astaga ya Tuhan. Dimana dokternya?!"
Oh apakah aku sekarang sedang sesak napas? Atau napasku yang perlahan mulai hilang? Aku bahkan tidak tahu siapa yang sedang bicara itu, apakah putra sulungku ataukah si bungsu? Dan perlahan tapi pasti, aku tak bisa melihat wajah anak-anakku lagi saat mataku t'lah menutup rapat.
Aku sudah mati kan? Iya, tentu saja. Wanita tua penyakitan yang mana dokter pun sudah menyerah untuk menyembuhkanku. Bahkan aku masih merasakan kalau napasku kian sesak seolah ada yang sedang menariknya kuat-kuat.
Mataku terbelalak sempurna, dan aku langsung terbatuk-batuk dengan keras. Lalu, air yang terasa hangat mengalir keluar dari mulutku.
"Deborah! Kau sadar! Terima kasih Tuhan. Deborah sayang! Sialan kau, aku sangat takut! Aku kira kau mati tenggelam. Kau tadi tidak bernapas!"
Aku kembali tersontak saat tubuhku dipeluk oleh seorang gadis muda yang sangat jelita. Dari balik punggung wanita itu, aku jadi bisa melihat ke sekitarku. Kolam renang dengan air jernih, kursi pantai kayu, desain rumah yang estetik, tanaman hias menjalar di dinding. Ini jelas bukan rumahku. Ini sebuah hotel, atau apartemenkah?
"Nak, kau memelukku terlalu kuat. Aku tidak bisa bernapas," ucapku sembari menepuk punggung gadis itu. Dia akhirnya melepaskanku, namun matanya tampak kebingungan.
"Kau baru memanggilku apa? 'Nak'? Hey, apa kau belum sadar atau kau sudah gila sekarang?" jawab gadis itu dengan nada kasar.
Apa apa dengan anak muda ini? Begitukah caranya bicara dengan orang yang jauh lebih tua darinya? Aku sudah berumur tujuh puluh tahun, dan aku sudah punya enam orang cucu yang sangat menggemaskan—sebentar, aku baru sadar, kenapa penglihatanku sangat terang?
"Dimana ini?" Aku mengabaikan ucapan kurang ajar dari gadis muda itu dan mulai berdiri. Seluruh tubuhku basah kuyup seperti ayam kecebur, tapi aku masih bisa merasakan kalau tubuhku sangat bugar.
Ini aneh. Pinggangku tidak sakit lagi, dan lututku tidak nyeri. Tanganku bisa kugerakkan sesuka hati, dan kakiku bisa berlari. Gadis muda itu melihatku dengan tatapan khawatir saat aku merenggangkan badan dan mulai berlari kecil mengelilingi kolam. Ini menyenangkan.
"Deborah?" panggilnya pelan. Ia ikut berdiri dan menggapai pundakku, "kau tidak apa-apa kan?"
"Nak, namaku bukan Deborah. Aku Roselyn Hamberg."
Gadis itu diam sejenak, namun tak lama dari itu, ia sontak terbahak. Dia bahkan memegang perut saking puasnya tertawa. "Astaga Deborah, kau memang sudah gila. Ditinggalkan oleh Antonio membuatmu kehilangan akal." Dia pun menepuk pundakku seolah tak percaya, "lagipula kenapa kau menyebutkan nama itu? Kalau aku tidak salah ingat, Roselyn Hamberg sudah meninggal sepuluh tahun lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Seorang Nenek Konglomerat [🔞TAMAT]
RomanceMulai menulis cerita ini di tanggal 19 Maret 2022. Langsung aja baca bagian satu. Kalau seru, lanjutin. Kalo gak suka, berarti bukan selera bacamu 💕🤣 salam literasi. Update di kAryakarsa : sitinuratika07 TAMAT TANGGAL 01 AGUSTUS 2023 Di part 30❤️