Bagian Tujuh

6.9K 1.4K 513
                                    

    Menjadi model ternyata bukan sekedar bergaya di depan kamera atau berlenggak-lenggok mengikuti arahan fotografer. Aku baru menyadarinya setelah melakukannya secara langsung bahwa model itu merupakan karya seni yang tidak bisa dilakukan sembarangan. Meskipun pada dasarnya aku tidak pernah menjadi model, namun anehnya tubuh Deborah yang kurasuki ini seakan mengingat setiap detailnya. Oleh karena itu, pekerjaan hari ini bisa terlewati dengan mudah.

    Aku masih ingat setiap kru dan staf dalam pemotretan tadi berkata jika 'aku', Deborah Rons, bersikap seperti orang lain. Lebih pendiam, lebih bijak, dan lebih tenang. Biasanya Deborah yang mereka kenal itu adalah seorang perempuan yang ceria, suka bercanda, dan agak manja, apalagi jika sedang bersama Antonio.

Oh ngomong-ngomong soal Antonio, pria itu benar-benar menghancurkan suasana. Isi pesan dari kiriman bunga di studio tadi membuat berita tentang kehamilanku menjadi headline. Sosial media milik Deborah pun ramai berisi ucapan selamat dari para pengikut, artis, atau teman dekat Deborah. Beberapa produk kehamilan pun sudah ramai menawari endorsment atau menjadi bintang iklan mereka. Tentu saja aku tak perlu ambil pusing karena itu bukan pekerjaanku, melainkan pekerjaan manajer baru yang sedang menyetir mobil di depanku ini.

"Habis ini kita mau kemana?" tanyaku pada Marey yang selalu memasang ekspresi datar. Dia mengingatkanku pada pengawal pribadiku yang juga wanita, lulusan akademi pengawal tahun 2000, yang sangat cekatan dalam menjagaku. Ah, mungkin karena sudah sepuluh tahun berlalu, umurnya pasti sudah bertambah tua kan.

"Mr. Zach berpesan bahwa Anda harus menemuinya di kantor, Nona." Marey menjawab dengan kaku.

"Tidak ada kerjaan lain?"

"Tidak ada Nona. Mr. Zach membatasi pekerjaan Anda hanya empat kali dalam seminggu," jawabnya lagi seraya membelokkan setir ke kiri. Jalanan ini terasa tidak asing. Meskipun telah banyak berubah selama sepuluh tahun berakhir—maksudku setelah aku meninggal dan masuk ke tubuh Deborah, tapi aku masih mengingat dengan jelas bahwa jalanan ini menuju gedung perusahaan milikku.

Tanpa sadar ingatanku bernostalgia akan masa lalu. Kehidupanku sebagai Roselyn Hamberg bisa dibilang cukup membosankan. Pergi bekerja pagi-pagi buta demi menjamin kelangsungan hidup keluargaku. Seharian aku mengerjakan tugas sebagai pimpinan yang begitu menumpuk, dan pulang dengan tubuh letih di tengah malam. Begitu terus setiap harinya.

Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa menjadi salah satu orang terkaya di dunia adalah keberuntungan, tetapi aku bisa dengan tegas mengatakan bahwa itu bukan sekedar keberuntungan belaka. Aku perlu kerja keras untuk mencapai itu. Tidak ada orang yang bersantai akan bisa mendapatkan hasil maksimal. Itu melawan hukum alam.

Lagipula menjadi Deborah Rons tidaklah buruk. Selain kehamilan yang kudapatkan secara mendadak ini—yang aku sendiri tidak merasakan bagaimana proses pembuatannya—aku harus berterima kasih pada Tuhan karena telah memberikan kehidupan ini. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika aku terlahir kembali sebagai tunawisma yang harus hidup di jalanan atau bawah jembatan.

Apalagi menjadi kekasih dari Antonio Zach, miliader yang saat ini dijuluki sebagai tirani bisnis di Amerika. Meskipun aku tidak suka dengan anak kurang ajar itu, namun aku juga tidak bisa menyangkal bahwa Antonio adalah pria satu-satunya yang bisa memberikan segalanya untukku. Sehingga aku tak perlu bekerja keras seperti dulu lagi.

"Sudah sampai, Nona. Mari saya antar ke dalam," ucap Marey sembari membukakan pintu mobil. Karena lamunanku tadi, aku sampai tidak sadar kalau kami sudah tiba di depan gedung yang sangat tidak asing bagiku. Ya, sesuai dugaanku, ini adalah perusahaan Hamberg milikku. Entah bagaimana jadinya sekarang milik Antonio dengan huruf raksasa di depan gedung yang bertuliskan ZACH. Sepuluh tahun berlalu, apa yang terjadi dengan semua jerih payahku itu?

Reinkarnasi Seorang Nenek Konglomerat [🔞TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang