Aku ingin berbagi kisah ku. Tentang pertemananku dengannya yang tak pernah menjadi lebih dari sekedar teman. Dan kisah ku dimulai dari sini...
Aku memiliki seorang teman di sekolahku. Aku perempuan dan dia laki-laki. Namanya adalah Benjamin. Aku cukup dekat dengannya, aku merasakan sedikit perasaan nyaman ketika dirinya berada di dekatku. Terkadang aku takut akan kenyataan bahwa perasaan nyaman ini bisa saja menjerumuskan aku ke dalam perasaan cinta kapanpun ia ingin. Hingga pada akhirnya aku hanya berusaha menjaga jarak agar aku tidak begitu akrab dengannya.
Tapi kalau dipikir-pikir, apa aku cinta padanya?
Ah.. aku tidak ingin memikirkannya.
Dan kisahku belum selesai sampai disitu. Meski kalian ketahui bahwa aku menjaga jarak dengannya, aku juga selalu memerhatikannya. Ya, naif memang. Tapi hanya ini yang bisa ku lakukan untuk menggantikan perasaan nyaman yang terbatas jarak. Aku tidak bisa melakukan apapun selain memerhatikannya dari kejauhan. How sad it, isn't right?
Dibalik semua itu, alasan mengapa aku menjaga jarak dengannya, alasan kenapa aku tidak ingin jatuh cinta padanya, selain karena perasaan takut adalah kenyataan bahwa dia kini mencintai perempuan lain. Ya, dia jatuh cinta dengan perempuan lain dari kelas yang berbeda di sekolahku. Jujur saja, terkadang perasaan iri muncul dalam diriku. Aku berusaha untuk tidak menjadi seperti itu. Namun usahaku pun seringkali kalah oleh perasaanku kepadanya.
Terkadang, aku sampai disuatu titik di mana rasanya diriku ingin mengungkapkan semuanya. Namun rasanya tenggorokan ini tercekat begitu ku melihat sosok yang selalu menjadi objek kerinduanku.
"Aku suka kamu."
"Aku juga tidak suka melihatmu selalu berbincang dengannya."
"Rasanya sakit ketika melihat kamu bersenda gurau dengannya."
"Apakah kamu memiliki perasaan yang sama kepadaku? Atau mungkin kamu menyukainya?"
Sulit rasanya melemparkan kalimat-kalimat tersebut kepadanya. Mengapa hanya beberapa kalimat pendek seperti itu aku tidak mampu mengucapkannya? Mengapa?
Apa aku harus menyerah saja?
Apa aku bisa merelakannya?
Ya! Kamu pasti bisa, kamu bisa menjadi juara kelas, pasti kamu bisa juga melakukannya, Tiara!
Okay, from now on, i'm giving up on you!
"Tiara."
Suara itu..
Aku menoleh, aku melihat perempuan itu di hadapanku. Ternyata benar dia yang menyapaku. Ah, untuk apa dia menemuiku?
"Ya?"
"Saya mau cerita banyak hal ke kamu, bisa luangkan waktu sebentar?"
"Oh.. oke, mau cerita apa?"
Dan.. dia pun mulai bercerita. Banyak hal. Sangat banyak. Dan banyak hal pula yang baru ku ketahui. Banyak hal yang tersembunyi yang baru kali ini terkuak. Juga banyak hal yang menggembirakanku.
Tapi, pasti tidak menggembirakannya -perempuan yang bercerita tentang banyak hal itu.
Pasti rasanya sakit menahan rasa suka selama itu. Apalagi mengetahui orang yang disukainya menyukai orang lain. Dan orang lainnya itu tak lain adalah diriku sendiri. Aku tidak seharusnya mengetahui hal itu.
Kenapa dia menceritakan hal itu kepadaku? Padahal dia bisa membuatku lebih iri kepadanya. Dia bisa merasakan kebahagiaan setiap kali ia bersenda gurau dengannya. Dia juga bisa.. bisa...
Ah, aku merasa bersalah.
"Tak apa Tiara. Saya tulus cerita hal ini ke kamu. Mungkin memang saya suka sama dia. Tapi saya bukanlah perempuan yang dia suka. Saya juga senang jika perempuan yang dia suka itu kamu. Setidaknya kamu itu perempuan yang memiliki banyak kelebihan. Berbeda dengan saya yang penuh kekurangan. Pada intinya saya hanya ingin menyampaikan betapa besar rasa kagumnya kepada kamu. Kamu pasti juga bahagia mendapati perasaan setulus itu dari laki-laki sehebat dan sebaik dia. Terima kasih juga untuk waktunya. Saya harap kamu tidak menyia-nyiakan perasaannya."
Perempuan itu berlalu. Dan aku tersadar, ternyata dia lebih menderita daripada diriku. Betapa hebat dan kuat dirinya. Jikalau aku adalah dia, aku tidak tau akan jadi apa diriku yang lemah ini. Betapa bodohnya aku..
Jakarta, 11 Desember 2016
Krisseu~
KAMU SEDANG MEMBACA
FINE [REMAKE]
General FictionApakah kamu tahu bagaimana hari-hariku jadi berwarna ketika bersamamu? Senyum yang tak pernah lepas, juga rindu yang selalu ada di saat aku jauh darimu. Perasaan itu, kata orang-orang namanya cinta. Tapi apakah mungkin aku mencintaimu? Kau sudah sep...