AMA cukup terhibur saat membaca respon masyarakat mengenai hubungannya dengan Deon. Beberapa orang menyebutkan bahwa telah diperdayai oleh Deon, yang hanya memanfaatkan ketenarannya. Bahkan ada yang secara terus terang menuliskan simpatinya kepada Ama, 'Perannya dalam layar lebar seakan terbawa di kehidupan nyata!' Ada juga yang menghinanya, kebanyakan penggemar fanatik Deon.
Perihal Deon, lelaki itu berkali-kali meminta maaf kepada Ama, meminta Ama untuk tidak memperdulikan hujatan yang dilayangkan kepadanya.
"Ama, kamu sedang lihat apa?"
Saat ini, Deon kembali mengunjungi Ama di tempat syutingnya. Deon menatap gadis itu khawatir,
"Ama, jangan lihat komentar orang-orang jahat itu."
Sebelum Deon mampu merebut handphone itu dari genggamannya, Ama mengelak,
"Saya nggak lagi baca komentar, kok. Lagi lihat tas."
"Oh! Ama suka tas yang seperti apa?"
Keesokan harinya, datang sebuah paket ke rumah Ama, berisi tas yang Ama tunjukan pada Deon kemarin.
****
"Kamu gak perlu beli tas untuk saya, lho. Saya bisa beli sendiri, nanti saya kembalikan."
"Jangan, Ama! Aku kasih itu tanpa bermaksud apa-apa, kok. Aku kan, sudah sering bikin kamu repot."
"Yah, kalau begitu yasudah, aku terima."
Kali ini mereka berdua berada di sebuah restoran yang cukup ramai. Sengaja, agar lebih mudah tertangkap media.
"Kurang nyaman ya, Ama?"
Ya. Itulah yang ingin dikatakan Ama, karena siapa yang nyaman untuk makan diiringi dengan tatapan orang-orang yang ingin tahu?
"Enggak, kok." Ama tersenyum manis, seakan-akan meyakinkan Deon bahwa ia tidak terganggu dengan keramaian yang meliputi mereka.
"Kita bisa pindah ke tempat yang lebih sepi kalau Ama mau.."
"Terimakasih sudah pengertiaan sama saya."
Tangan kecil Ama meraih tangan Deon yang jauh lebih besar dari tangannya, menggusap punggung tangan Deon dan mengecup lembut tangan itu.
Wajah Deon memerah, lucu sekali.
"Kalau begitu, kita pindah tempat saja ke rumah saya. Bagaimana?"
Deon menggangguk, ketika lelaki itu berdiri, ia tidak sengaja menjatuhkan gelas yang ada di meja mereka.
"Maaf!"
Seorang pelayan dengan cepat membersihkan kekacauan yang Deon sebabkan, Ama mendekati pelayan itu dan berkata,
"Maaf ya Mas? Pacar saya agak sedikit kikuk."
Mendengar hal itu dari mulut Ama, tangan Deon nampak gemetar.
Lucu sekali.
****
Deon masih sangat salah tingkah saat mereka berdua tiba di kediaman Ama.
Sangat salah tingkah, sehingga Deon mengikuti langkah Ama kemanapun ia pergi.
"Saya mau ke kamar mandi. Kamu juga mau masuk?"
Jika memungkinkan, wajah Deon makin bertambah merah. Deon buru-buru menjauh dari Ama dan duduk di sofa ruang televisi.
"Padahal kalau ikut masuk juga enggak apa."
Deon pura-pura tidak mendengar perkataan Ama tadi.
Setelah Ama keluar dari kamar mandi, Deon bertanya pada Ama,
"Ama mau makan apa? Tadi sepertinya baru makan sedikit ya? Mau aku pesankan-"
"Kamu bisa masak?"
"Bisa, Ama."
"Kalau gitu, saya mau makan masakan kamu."
Bahu Deon yang lebar dan tubuhnya yang tinggi tampak aneh di dapur kecil Ama. Lelaki itu serius sekali saat memasak, dahinya berkerut dan ia tidak bicara sama sekali.
Bahkan Deon tidak menyadari kehadiran Ama di belakangnya.
Perlahan, Ama melingkarkan lengannya kepada pinggang Deon, membenamkan wajahnya pada punggung lelaki tersebut.
Jantung Deon berdebar keras, sangat keras hingga Ama dapat mendengarnya.
"Ama..."
"Hm?"
"Aku.. lagi masak."
"Terus?"
"Kalau begini, rumah kamu bisa kebakaran."
Hah, lucu sekali.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA
FanfictionAMARYLLIS atau lebih dikenal dengan 'Ama' adalah seorang aktris muda yang telah lama berkecimpung di dunia layar lebar. Meskipun usianya masih muda, sudah banyak penghargaan yang ia dapatkan. Peran 'wanita lugu' seakan-akan telah menjadi bagian dari...