area 21+....
harap bijak memilih bacaan....Pria bermata biru tua itu melangkahkan kakinya dengan langkah menawan, semua pasang mata sontak langsung tertuju kepadanya. Kacamata yang menaungi mata dan hidung bangirnya menjadi pemandangan yang sangat elok untuk dilihat.
Setiap langkah yang ia ambil seolah seperti magnet, karismatik yang ia pancarkan seperti heroin yang lantas membuat wanita yang hilir mudik atau sempet berpapasan dengannya langsung terhenti, bahkan menolehkan kepalanya dua kali—hanya untuk memastikan bahwa pria dengan rahang yang tegas yang ada di bandara itu bukanlah seorang dewa dari jaman mitologi yang terdampar di jaman ini.
Bagi seorang Leonard Lincoln rayan, tatapan memuja seperti itu sudah biasa ia dapatkan. Apalagi senyuman terang-terangan yang di peruntukan untuknya hanya menjadi angin lalu saja tanpa ada responan berarti darinya. Pria yang hampir menyentuh umur kelapa tiga itu selalu tampil prima—pun dengan hari ini, dimana jadwal keberangkatan ia menuju Madrid untuk melakukan perpanjangan kontrak dengan perusahaan besar di Madrid. Usaha yang di gelutinya di bidang teknologi sukses mengepakkan sayapnya di mata dunia. Dengan umur yang masih terbilang masih muda, Leonard sudah sukses menduduki peringkat pertama dunia sebagai pengusaha muda dengan pendapatan pertahun yang mencapai 1 triliun.
Untuk kekasih? Sampai sekarang Leonard belum menemukannya, ia lebih senang melakukan percintaan semalam dengan membayar para jalang yang ia sewa. Dan ia pun tak memusingkan hal tersebut—pun dengan orang tua Leonard yang belum cerewet ingin di beri cucu.
Leonard dengan alis terlukis sempurna sesaat melirik jam tangan mahalnya, jarum pendek menunjukkan di angka empat. Sore ini jadwal keberangkatannya—membawa sekertaris sekaligus asisten yang tengah menarik kopernya.
Leonard menoleh ke arah, Carlos—sekertaris yang sudah mengabdikan dirinya selama sembilan tahun, menggantikan jejak sang ayah yang sudah pensiun sepuluh tahun yang lalu.
"Apakah pesawatku akan mengalami delay?" seru Leonard, seraya merapihkan dasinya.
Carlos yang di tanya ikut melirik jamnya, lalu mengangguk.
"Benar, sir. Pesawat akan mengalami delay sekitar setengah jam." ungkap Carlos sopan.
Sebelumnya Carlos memang sudah mengecek terlebih dahulu pesawat yang akan di tumpangi tuannya, dan nyatanya pesawat dari Amerika menuju Madrid mengalami kendala. Dan mau tak mau Leonard harus menggu, walaupun rasanya ia tak suka untuk menunggu sesuatu. Baginya itu membosankan, karena apapun sesuatu yang membuang waktu sama saja seperti membuang beribu-ribu dollar uang.
"Orang kita sudah menyiapkan tempat private untuk menunggu."
Leonard mengedikkan dagunya sebagai jawaban.
Lalu mengalihkan tatapannya ke layar ponsel yang menampilkan sederet highlight yang membuat Leonard tersenyum bangga. Lagi-lagi fotonya terpampang di sebuah laman—karena lusa lalu ia sukses memboyong dua piala di salah satu acara penghargaan American world company, dan itu sukses membuat semua sosial media Leonard di banjiri pujian.
Saking perhatiannya hanya terfokus di benda pipih itu, tubuh Leonard sontak terhuyung ke belakang—karena benturan keras beradu. Membuat Leonard mengerutkan keningnya ketika ringisan itu mulai tertangkap di indera dengarnya.
"Hei nona, apa kau tak melihat ada orang di depanmu. Kau menabrak bosku." suara Meninggi Carlos juga tertangkap di indera dengar Leonard, karena sekarang benda pipih Leonard sudah terpental jauh dari jangkauannya.
Leonard mengangkat kepalanya, terdiam membeku saat melihat seorang gadis berambut cokelat tengah meringis memegangi lututnya. Tubuhnya terlihat kecil, namun berisi di bagian-bagian tertentu. Rambut panjangnya terurai dengan sangat indah—sekaligus membuat Leonard menggeram kala rambut itu malah di sibakkan kekiri, mempertontonkan leher jenjang nan putihnya, tanpa luka sedikitpun.
"Kau harus minta maaf nona kepada, bosku." protes Carlos yang sudah maju beberapa langkah di hadapan gadis itu.
Leonard menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu menahan Carlos untuk tidak bertindak kurang ajar kepada gadis itu.
"Sir, tapi dia—"
"Mundur." suara rendah sarat akan perintah langsung membungkam mulut carlos, lalu dengan perlahan Carlos pun melangkah mundur.
Leonard menatap kembali wanita yang masih menunduk itu, lalu mengulurkan tangannya.
"Bangun."
Bersamaan dengan itu wanita itu mendongak.
Deg.
Leonard bungkam, membeku dengan kaki lemas di tempat. Tatapan mata itu sukses menghipnotisnya, mata biru seperti langit itu mengunci pergerakan Leonard. Bibir penuh dengan warna yang sehat itu terbuka sedikit, menampilkan gigi gingsul yang mengintip dengan cantik. Wajahnya sungguh cantik, walaupun tanpa polesan bedak sekalipun. Sungguh! Leonard terpana dengan wanita ini—terpana dari pandangan pertama.
Sesaat wanita itu terdiam, sebelum menerima uluran tangan Leonard. Lalu berucap dengan lembut, terkesan dengan penuh kerapuhan yang menggetarkan seluruh jiwa Leonard. "Terimakasih dan maafkan saya, sir."
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dan Rahasia (On Going)
RomanceCinta pandangan pertama pada umumnya memang terdengar klise di pendengaran kaum muda jaman sekarang. Tapi tidak lain dengan seorang Leonard Lincoln Rayan, seorang pengusaha muda yang namanya sudah melegenda di daratan Asia-Eropa di bidang teknologi...