Ceritanya mereka lagi healing bareng.😁
•••
"Ayah udah gapapa?" tanya Jion pada Andro sambil meletakkan secangkir kopi susu di hadapan Andro. Hanya mereka berdua yang ada di dapur waktu itu.
"Udah gapapa sih. Cuma ya ... lehernya nggak boleh sat-set dulu. Hahaha."
"Syukur deh. Jion khawatir karena Ayah nggak dirawat di rumah sakit. Duit kan banyak, Yah. Kenapa nggak di rawat aja?"
"Nggak mau Ayah. Kamu pikir rumah sakit itu tempat yang nyaman. Bosen."
Jion menanggapinya dengan helaan napas besar. Ia turut duduk di hadapan Andro dengan segelas teh hangat. Di luar sedang hujan, menjadi pelengkap suasana obrolan santai mereka.
"Hujan terus, ya. Adik-adik kamu mana, Jion?"
"Fiko sama Vioner kuliah. Harusnya sih sudah pulang, cuma mungkin hujan. Sugi sama Obi di kafe. Terus Juna lagi tidur di kamarnya. Kalau Jirham ... izin keluar tadi. Cuma dia nggak bilang mau ke mana."
Andro mengingat Jirham yang mengunjunginya kemarin. Andro menebak Jirham sedang ke rumah sakit untuk menemui kakaknya. Walau Andro tak begitu tahu apa yang akan dilakukan Jirham di rumah sakit. Mendonorkan ginjalnya atau tidak.
"Kamu tahu masalah Jirham? Katanya dia udah curhat sama kamu."
Jion mengangguk. Sepasang netranya bergerak lambat menatap teh hangat di hadapannya.
"Jion juga bingung harus beri saran kek gimana. Masalahnya ini menyangkut keselamatan nyawa seseorang 'kan? Eh tapi—Ayah kok bisa tau Jirham punya masalah?" Jion menatap Andro dengan mata terbuka lebar. Baru ngeh kalau Andro seperti tahu masalah Jirham. Padahal Andro baru hari ini kembali ke rumah singgah.
"Jirham nyamperin ke rumah Ayah," sahut Andro tersenyum geli. "Tuh anak emang gengsinya tinggi, tapi nggak bisa nahan masalah sendiri. Apalagi sekarang dia nggak bisa melampiaskan masalahnya dengan hura-hura di jalan kayak biasa. Jadi mungkin nggak ada pilihan lain. Mau cerita sama kalian, dia sungkan. Makanya dia nekat mau panjat balkon Ayah. Ahahaha."
"Gengsinya emang masih gede sih. Mau dideketin, tapi orangnya jail. Keburu emosi Jion."
Terdengar suara ketukkan pintu dari arah luar. Andro dan Jion sama-sama menoleh ke arah pintu. Pikir mereka, apa bel rumah mendadak tak berfungsi? Jion pun bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu.
"Biar Jion buka, Yah."
Jion menyingkap sedikit gorden untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Fiko, Vioner, dan Ecan yang basah-basahan. Lekas Jion membukakan pintu rumah.
"Assalamu'alaikum, Bang!" Ecan tersenyum lebar.
"Walaikumussalam. Ini kok kalian hujan-hujanan?"
"Kata Ecan kita lagi healing." Vioner yang menggigil menyahut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
JugendliteraturRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...