Terbangun dengan sakit kepala parah, Kwon Joo mengerang sambil memeluk bantal. Ia bergelung, melipat lutut hingga ke dada, lalu merasakan perih di punggungnya. Ia kembali mengerang, meraba bagian kiri punggungnya. Ada plester menempel di atas tulang belikat kiri.
"Kwon Joo."
Dengan segera Kwon Joo tersentak bangun. Ia duduk bersila di atas futon, menghadap seseorang yang baru saja memanggilnya. Seseorang yang memanggilnya itu memakai pakaian lengkap, dengan rambut berantakan dan wajah pucat.
Kang Woo berusaha membuka mata seluruhnya, tapi kepalanya terasa pening sehingga ia terpaksa menutup lagi matanya dan tetap berbaring. "Kau sudah bangun? Kau baik- baik saja?"
"Saya–" mata Kwon Joo terarah pada tubuhnya sendiri. Ia masih memakai camisol putih yang dipakainya kemarin dan celana panjang. Sebenarnya ia masih berpakaian, tapi ia tetap merasa malu. Ia menarik selimut menutupi tubuhnya lalu mencari kemeja putih yang seharusnya masih dipakainya. Dan ia menemukan kemeja itu tergeletak di lantai kayu di belakangnya.
Kang Woo memaksa dirinya duduk, memegangi kepalanya yang masih berputar. Ia memperhatikan Kwon Joo yang dengan terburu- buru memakai kemejanya. Di bagian punggung kemeja itu ada sedikit noda darah, tapi sepertinya Kwon Joo tidak menyadarinya. Dan Kang Woo tidak ada niatan untuk memberitahunya. Kwon Joo yang panik terlihat sangat imut sehingga Kang Woo ingin membuat gadis itu semakin panik.
"Jangan bilang kau tidak ingat apa yang kita lakukan kemarin."
Mata cokelat Kwon Joo makin melebar dengan panik.
-----
Kemarin malam.
"Kau yakin kau tidak mabuk?" Kang Woo berjalan sambil memegangi lengan Kwon Joo yang tidak bisa berjalan lurus. "Kugendong–"
"Saya baik- baik saja," jawab Kwon Joo, dengan erat memegangi tangan Kang Woo supaya tidak terjatuh. Ia memang merasa pening, tapi ia juga merasa sangat gembira. Kang Woo mengatakan isi hatinya tadi, dan hanya karena pria itu memberitahunya alasan tidak mau tidur di kamar, Kwon Joo tiba- tiba merasa sangat dekat dengan pria itu.
Keadaan Kang Woo sebenarnya tidak lebih baik dari Kwon Joo. Ia masih bisa berjalan normal, tapi sebenarnya kepalanya sudah berputar sejak tadi. Ia berusaha keras untuk tidak terjatuh. Ia harus bisa membawa Kwon Joo dan dirinya sendiri kembali ke rumah dalam keadaan utuh.
"Ayo kita ke sana," Kwon Joo tiba- tiba menunjuk sebuah toko. Sekarang pukul 9 malam dan toko itu masih buka. "Ayo."
Kang Woo tahu sepenuhnya apa yang akan terjadi di dalam toko itu. "Kau yakin tidak akan menyesal besok? Apa kau benar- benar sadar? Jangan salahkan aku besok jika–"
Kwon Joo meraih wajah Kang Woo dengan kedua tangan, menatap pria itu lurus di mata. Lalu ia mulai bicara dengan bahasa informal. "Aku tidak akan menyesal."
"Aku sama sekali tidak yakin–" Kang Woo mengerutkan kening curiga setelah Kwon Joo berbicara dengan bahasa informal padanya, yang membuktikan gadis itu tidak benar- benar sadar.
"Diam dan ikut saja," Kwon Joo memerintah, menarik tangan Kang Woo masuk ke toko. Hanya ada mereka berdua di ruangan tertutup itu sampai seorang wanita muncul dari dalam ruangan lain menemui mereka.
"Selamat datang," wanita berusia tidak lebih dari 40 tahun itu tersenyum ramah pada mereka. Ia mengamati Kang Woo dan Kwon Joo yang tampak mabuk. "Maaf, tapi kami memerlukan dokumen resmi dan identitas diri kalian jika–"
"Silakan," Kang Woo mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan identitas palsunya. Ia juga menunjukkan identitas palsu Kwon Joo. Sebelum memberikan bukti surat nikahnya, Kang Woo memberitahu, "kami sudah menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacation Undercover
FanficA short prequel from Travel Log. Based from: Voice s2 ep 5 (what if) Setelah Kang Kwon Joo berterima kasih, Do Kang Woo memintanya untuk ikut misi menyamar.