Check in dan memasukkan bagasi hanya membutuhkan waktu 10 menit karena Kwon Joo dan Kang Woo masing- masing hanya membawa 1 koper ukuran sedang. Sekarang mereka masih memiliki waktu kurang lebih 60 menit sebelum boarding.
Kang Woo berdiri di dekat counter check in, memeriksa tiket dan paspor di tangannya sebelum memasukkan kedua benda itu ke saku jaket, lalu menoleh pada Kwon Joo yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu juga sudah selesai memeriksa tiket dan paspornya, lalu memasukkan benda- benda itu ke ransel.
"Anda sudah sarapan?" Kwon Joo bertanya, memastikan ranselnya sudah tertutup rapat sebelum memakainya di punggung. "Sebelum berangkat apa kita perlu makan sesuatu lebih dulu?"
"Terserah," jawab pria itu dengan nada suara datar, menatap sekelilingnya yang ramai dengan orang berlalu- lalang. "Jalan duluan."
Kwon Joo sedikit mengernyit karena nada suara Kang Woo yang menurutnya terlalu dingin, tapi ia tetap menurut. Jadi ia berjalan melewati counter check in menuju ke gate 254, tempat mereka akan boarding. Ia berjalan sambil memperhatikan sekeliling, lalu menyadari keberadaan seorang anak laki- laki yang berjalan di sebelahnya. Anak itu menggenggam sandwich dengan kedua tangan kecilnya.
"Halo," Kwon Joo berhenti berjalan dan berjongkok di sebelah anak itu. "Kau sendirian?"
Anak itu menoleh pada Kwon Joo dengan mata melebar ketakutan, lalu menoleh ke kanan kirinya dengan cepat. Ia kembali menatap Kwon Joo, lalu mulai menangis. Dan sekarang mata Kwon Joo yang ikut melebar ketakutan.
"Hei, hei, jangan menangis." Kwon Joo mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi anak itu, tapi anak itu mundur satu langkah menjauhinya. "Aku akan membantumu--"
Tiba- tiba sebuah tangan meraih tangan anak itu dan menariknya ke samping dengan satu sentakan keras, membuat anak itu terkejut dan berhenti menangis. Anak itu melihat ke atas, menatap mata Kang Woo yang sedang menatapnya tajam.
"Nama," kata Kang Woo, tidak mengalihkan pandangannya dari anak itu.
"Woo Jin," anak itu menjawab dengan bisikan, membuat kening Kang Woo berkerut. Anak itu kembali menyebut namanya dengan lebih keras. "Yoo Woo Jin."
Lalu Kang Woo mulai berteriak. "WALI DARI YOO WOO JIN! TOLONG JEMPUT WOO JIN DI SINI!"
Beberapa orang yang berjalan melewatinya melirik sambil berbisik- bisik, tapi Kang Woo sama sekali tidak peduli. Ia hampir mulai berteriak lagi saat seorang wanita muda berusia tidak sampai 30 tahun, berlari ke arahnya dengan panik.
"Eomma!" anak laki- laki yang tadinya berdiri di depan Kwon Joo langsung berteriak riang saat melihat wanita itu.
Kang Woo dan Kwon Joo menyerahkan anak itu pada ibunya, lalu tanpa banyak bicara Kang Woo berjalan mendahului Kwon Joo ke pintu samping ke arah lorong toko- toko duty free. Mereka memang harus lewat lorong itu untuk ke gate 254.
Setelah menganggukkan kepala dan tersenyum pada si anak laki- laki dan ibunya, Kwon Joo berlari menyusul Kang Woo. Ia berhasil menemukan pria itu di antara orang- orang yang berjalan ke arah yang sama dengan mereka, lalu meraih tangan Kang Woo.
Tindakan itu berhasil membuat Kang Woo berhenti berjalan dan menghalangi langkah orang- orang di belakang mereka. Kwon Joo menyadari tatapan orang- orang yang tampak terganggu, jadi ia menarik Kang Woo ke depan toko Chanel. Mereka berdiri di depan toko dengan tangan Kwon Joo masih di dalam genggaman Kang Woo.
"Do Timjang-nim--"
"Aku Shin Ji Ho, Soo Young-ah," Kang Woo menjawab, dengan nada jauh lebih lembut dari beberapa menit yang lalu. Ia menatap Kwon Joo dengan pandangan hangat yang malah membuat Kwon Joo merinding.
"Oh, benar juga. Maaf--" Kwon Joo tersenyum kaku. Jika Kang Woo menatapnya seperti ini terus, ia jadi merasa memiliki kesalahan yang membuat pria itu berkelakuan tidak normal. "Oppa."
Kang Woo kembali berjalan di antara orang- orang menuju ke gate 254. Ia masih menggenggam tangan Kwon Joo. Sambil berjalan, Kang Woo meraba pangkal jari manis Kwon Joo dengan ibu jarinya.
-----
Perjalanan selama 2 jam 25 menit mereka di dalam pesawat terasa singkat, tapi sekarang sudah pukul 12 lewat 20 menit. Mereka masih harus melanjutkan perjalanan menuju Kyoto.
Tiba di Bandara Internasional Narita, sepanjang perjalanan turun dari pesawat hingga ke counter imigrasi, Kang Woo masih memegang tangan Kwon Joo. Ia baru melepaskan tangan Kwon Joo saat tiba giliran Kang Woo maju lebih dulu di counter imigrasi.
Si Petugas Imigrasi sama sekali tidak bertanya apa- apa padanya, hanya tersenyum, menganggukkan kepala, mengembalikan paspornya, lalu menyuruhnya berjalan lewat. Kemudian tiba giliran Kwon Joo.
Gadis itu tersenyum manis lebih dulu pada si Petugas, dan pria itu balas tersenyum, lalu dengan ringan pria itu bertanya dalam bahasa Inggris. "Anda bersama suami anda ke sini untuk liburan?"
"Ya," Kwon Joo menjawab, berusaha tidak terdengar gugup. Ia pikir pria itu hanya bertanya sambil lalu, tapi kemudian pria itu kembali menoleh padanya dengan paspor Kwon Joo di tangannya.
"Saya tidak melihat cincin?"
Kwon Joo tersenyum sebagai jawaban, tapi tampaknya pria itu tidak membiarkan pertanyaannya hanya dijawab dengan senyuman. Kwon Joo sedang memutar otak untuk mencari jawaban, saat tiba- tiba Kang Woo muncul dan berjalan mendekatinya.
Tanpa suara Kang Woo memakaikan sebuah cincin emas putih di jari manis kanan Kwon Joo, lalu dengan suara kesal ia mengomeli "istrinya". "Sudah kubilang setelah cuci tangan kau harus memakainya lagi."
Mata Kwon Joo sedikit melebar karena omelan Kang Woo, tapi ia tidak membantah.
Kang Woo tersenyum kecil pada si Petugas, berbicara dalam bahasa Jepang, "maaf, dia agak ceroboh."
Si Petugas langsung tersenyum saat mendengar kata- kata Kang Woo, dan Kwon Joo berakhir melewati imigrasi dengan aman.
-----
"Sebenarnya aku sedang berpikir bagaimana cara memberikan cincin itu tanpa merasa canggung," Kang Woo berkata saat mereka berdua berada di dalam Skyliner dari Bandara Internasional Narita menuju Stasiun Nippori. Mereka duduk bersebelahan di dalam kereta yang kursinya bersusun 2 - 2 tiap baris.
"Sama sekali tidak canggung," jawab Kwon Joo, lebih memilih untuk melihat pemandangan di luar daripada menatap wajah Kang Woo. "Dan tidak romantis."
Kang Woo mendengus. "Kau ingin aku melamarmu atau bagaimana?"
Kwon Joo langsung mengalihkan pandangan dari jendela menatap langsung ke mata Kang Woo. "Mungkin jika anda lakukan itu saya akan menjadi lebih senang selama misi ini."
Menggelengkan kepalanya, Kang Woo meraih kantong kertas dari bawah kursinya dan menaikkannya ke pangkuan. Ia memusatkan perhatian pada kantong itu tapi tetap bicara pada Kwon Joo. "Apa kau tidak lapar?"
Meski dengan mengerucutkan bibir, Kwon Joo mengulurkan tangan dengan posisi telapak tangan terbuka ke atas pada Kang Woo. Jadi pria itu meletakkan bagel isi ham ke atas telapak tangan Kwon Joo.
Perjalanan mereka masih cukup panjang. Setelah perjalanan sekitar 40 menit menuju Stasiun Nippori, mereka berganti kereta menuju Stasiun Tokyo yang memakan waktu 12 menit. Di Stasiun Tokyo mereka membeli tiket bullet train terkenal di Jepang, Shinkansen, menuju Kyoto.
Untuk tiba di Kyoto, Shinkansen hanya memerlukan waktu 2 jam 12 menit. Sekarang sudah pukul 2 lewat 20 menit. Kwon Joo memutuskan untuk menutup mata sejenak, menyandarkan tubuh ke sandaran kursi Shinkansen yang nyaman, dengan kaki terjulur ke depan dengan leluasa.
Kang Woo memperhatikan Kwon Joo yang sudah menemukan posisi nyamannya untuk tidur, dengan syal tebal mengelilingi lehernya hingga menutupi setengah wajahnya. Kang Woo tersenyum kecil, membaca layar ponselnya tanpa suara. Setelah ini mereka akan bertemu untuk makan malam dengan seseorang yang mengetahui lengkap soal lelang itu. Orang itu adalah si Perantara.
Eating dinner with the enemy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacation Undercover
FanfictionA short prequel from Travel Log. Based from: Voice s2 ep 5 (what if) Setelah Kang Kwon Joo berterima kasih, Do Kang Woo memintanya untuk ikut misi menyamar.