Belajar Dari 'Filosofi Es Krim' Dari Sang Pakar

4.6K 111 4
                                    


«BELAJAR DARI 'FILOSOFI ES KRIM'»

"Nggak mampir dulu, Nai?" Tanya Lala sesaat setelah mobil Naira berhenti tepat di depan rumahnya.

"Makasih, La ... kasihan anak-anak, udah kelihatan capek ini ... kita langsung pulang saja ...."

"Mama ... mau jalan-jalan dulu. Lian mau liat Monas, Mama," Lian memotong perkataan Naira, memprotes niat Naira yang mengajak mereka pulang ke rumah.

Naira kemudian saling pandang dengan Lala. Sudah biasa ini, mendengar keinginan spontanitas Lian. Selelah apapun jika ia mempunyai suatu keinginan, pastinya harus dituruti. Kalau nggak, ngambek dia-nya.

"Besok saja gimana? Kasihan itu kakak kecapekan," rayu Naira.

"Aku maunya sekarang!" Lian berteriak protes.

Naira mengusap dahinya, lelah. Susahnya ini kalau urus dua anak kembar, bingung mana yang harus dituruti lebih dulu.

"Nggak apa, Ma ... turutin aja maunya Lian," pinta Leon seketika.

Naira mengulas senyum terimakasih kepada si sulung karena tak ikut-ikutan adiknya.

"Ok. Kita pergi ... tapi, untuk hari ini cukup liat dari jauh saja. Janji sama mama, tidak akan keluar dari mobil!" Kata Naira.

"Kalau mau naik ke atas, lain kali mama ajak ke sana lagi. Okay?" Bujuknya lagi.

"Iya, Ma ... janji," Jawab Lian dengan bibir cemberut.

Naira berpamitan lagi sama Lala, anak-anaknya juga berterima kasih pada Lala karena mau menjemput mereka. Lalu, Naira mengemudikan mobilnya ke arah Monas sebelum pulang rumah mereka.

Seketika Naira teringat pada kotak hadiah yang sudah disiapkan untuk kedua anaknya.

"Leon, itu coba ambil kotak biru di bawah dudukmu," Suruh Naira.

"Apa ini, Ma?" Tanya Leon sambil menggoyang-goyangkan kotak itu mencoba mencari petunjuk isi kotak itu.

"Buka saja... surprise buat kalian."

Mendengar kata kejutan, Lian yang sejak tadi diam-diam penasaran, akhirnya tak bisa menutupi lagi rasa ingin tahunya. Ia bergeser mendekat pada Leon--yang sudah akan membuka kotak itu.

"Cool!" Teriak Lian sesaat setelah melihat isi kotak itu dan segera mengambilnya lebih dulu, tak ingin didahului oleh Leon.

Leon hanya berdecak, tak ada minat.

Naira tertawa, melihat Lian yang langsung heboh men-sabotase benda itu dari sang Leon.

"Foto bulan lalu itu ... buat ini, Ma?" Tanya Lian antusias.

"Tentu. Mama sengaja nggak kasih tahu kalian waktu itu, supaya jadi kejutan. kalian suka?"

"Suka, Ma ... suka sekali," Ungkap Lian sambi terus melihat-lihat hadiahnya.

Sebenarnya, kejutan itu hanya berupa majalah FOXY. Tepatnya, Foxy Indonesia yang menjadikan Leon dan Lian sebagai fokus utamanya. Inilah yang sebenarnya di sembunyikan Naira sampai majalah itu terbit esok.

Mengapa bukan fashion untuk para dewasa?

Simpel sebenarnya, karena Naira ingin mengembangkan bisnis fashion untuk anak-anak. Yang masih sepi peminat untuk menjadikannya pasar bisnis yang lebih besar. Ia seperti berjudi untuk gebrakannya ini. Untung ruginya bisa di lihat nanti dari hasil penjualan FOXY.

Leon dan Lian lah yang membuat Naira mendapatkan banyak inspirasi. Dari mereka bayi, Naira terbiasa membuatkan Leon dan Lian pakainnya sendiri. Ia bisa berkreasi dan memberikan pakaian yang sesuai dan nyaman untuk mereka pakai.

Chance & RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang