Setelah enam puluh menit lebih tidak sadarkan diri, Jisoo sudah mulai sadar. Ia melihat Lisa yang sedang duduk di sisinya sambil menenggelamkan wajah.
Jisoo mengambil handuk dari keningnya dan meletakkan di atas nakas, kemudian bangkit dari tidur. Matanya mengamati seluruh ruang, mencari sesuatu untuk menyegarkan mulutnya yang kering.
Setelah duduk beberapa menit, Ia bangkit dan melangkah perlahan menuju kulkas kecil di sudut ruang, tidak ingin membangunkan Lisa.
Seperti sebelum-sebelumnya, di dalam kulkas selalu terdapat air mineral dingin. Namun, kali ini ada yang berbeda. Di dalamnya terdapat cup ice cream, ice chocolate, puding, dan brownies semua dengan rasa kesukaannya.
Tanpa ragu, Ia meraih ice chocolate dan cup ice cream, kemudian menikmati hidangan itu di atas kasur.
Jisoo sedang sibuk menikmati hidangan saat pintu terbuka, menunjukkan suster dengan map dan pena ditangan. Lisa yang semula tidur, mulai bergerak risih.
Suster itu tersenyum ke arah Jisoo, "Kali ini abis ngapain?" tanyanya.
Jisoo tersenyum menunjukkan deretan giginya, "Cuma nonton bola kok, Sus".
"Bela-belain nonton bola demi pacarnya yang tadi ya?" ucap suster selagi memeriksa suhu tubuh Jisoo.
Ucapan suster membuat Jisoo berkelana dalam pikiran. Pikiran yang samar, Jisoo tidak ingat melihat wajah Pria yang menolongnya, Ia hanya mengingat suaranya yang rendah dan berat. "Mungkin kak Hae In" batinnya.
"Lain kali jangan maksain diri" ucap Suster selagi merapihkan peralatan sebelum pergi.
"Lo!" Lisa menjentikkan jarinya di kening Jisoo setelah memastikan kepergian suster. "Siapa suruh ngurusin barang-barang!?".
"Ah" Jisoo mengusap keningnya. "Padahal baru bangun, tapi tenaganya sudah kayak kuli".
Lisa berdecak, tidak menanggapi, Ia menunggu jawaban. "Bukannya itu tugas Lo?" jawab Jisoo acuh tak acuh.
Lisa mendengur gusar, "Padahal maksud Gua minta tolong ke kak Hae In, biar Lo tinggal duduk tenang sambil nyoret-nyoret buku".
Jisoo hanya mendengarkan sambil menghabiskan ice chocolate di tangan.
"Lo ngga ketemu sama Kak Hae In?" Lisa duduk di pinggir ranjang, memperhatikan Jisoo yang mulai sibuk membuka ice cream.
"Ketemu, dijelasin tugas Lo. Terus, pergi bimbingan" jawabnya sambil menyerahkan sendok ice cream pada Lisa.
Lisa mendengus gusar, menelan emosinya karena tidak diberi informasi kalau Hae In ada bimbingan. "Untung ada Jinyoung" ucap Lisa samar.
Mendengar itu, Jisoo menoleh "Hah?" tanya Jisoo hendak memastikan pendengarannya.
Lisa menatap sahabatnya, "Lo ditolongin sama Jinyoung" ulang Lisa.
Jisoo menyerngitkan kening, menggali nama yang tidak asing, tapi juga jarang Ia dengar.
Mengerti ekspresi sahabatnya yang bingung, Lisa menambahkan "Jinyoung.. si kapten.. nomor punggung 22.. Lo ngga kenal?".
Ah! Pria di ruang ganti! Tunggu.. Jadi, bukan Hae In yang dimaksud oleh suster tadi?
Melihat perubahan mimik Jisoo, Lisa berkata "Nah, lupa kan Lo?".
Jisoo menggeleng, "Ngga kenal" disela-sela melahap ice cream vanillanya.
Kali ini gantian Lisa yang menyergitkan kening dan membiarkan Jisoo melanjutkan ucapannya, "Ngga kenalan, cuma tahu orangnya".
Lisa menggeleng tidak percaya selagi ikut melahap ice cream.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Ticket
FanfictionKumpulan cerita pendek/one shot. Fanfiction but mostly Jisoo. Tema: yang ringan-ringan saja Jadwal: sewaktu-waktu kalau ada ide dan ngga mager ngetik Vote, comment, and share. Your support will be appreciated.