Seiring bertumbuhnya aku,ma.
mungkin engkau melihat daku seperti tegar saja,ma.
Namun bagaimana pula,aku tak bisa menguasai Alengka,ma.
Ya benar,alengka yang ku idamkan.
Sekarang hanya menjadi sebuah kenangan.
Tak luput banyaknya pengkhianatan.
Dan gelora remuk redam pengapian.
Semakin lara pula, ma.
Luka yang harusnya untuk cinta kini hanya untuk suatu derita saja.
Derita yang seluas laut samudra, Ma.
Dan kini aku tak bisa menampungnya, ingin hilang saja.
Bukan, bukan untuk lari.
Namun aku sudah capai, lelah menanti suatu hal yang tak pasti.
Tak dimengerti pula, ma.
Mungkin harapanmu begitu besarnya padaku, ma.
Namun maaf saja, ma.
Aku tak bisa mengabulkan semuanya dan sekarang ini aku menikmati deritanya.
Segala karma aku terima saja, aku tak peduli harus memperbaikinya.
Bagiku terlalu curang dan terlalu sia-sia.
Aku sekarang hanya sebuah sandaran yang butuh sandaran.
Semua tak akan jadi kenangan.
Semuanya hanya angan, semuanya hanya bualan.
Sekali lagi maaf, ma.
Aku gagal, dan melampiaskan segalanya hingga gila saja rasanya.
YOU ARE READING
Rentetaan Keluh Kesah
PoetrySebuah bejana ketakutan, kesedihan, kemurkaan, kemuakkan, dan mungkin bisa menjadi point motivasi untuk membangun hari indah yang baru.