Bab 3

132 22 143
                                    

Mundur sejenak jika itu diperlukan, tetapi bukan berarti kamu kalah dalam pertarungan.

Ucapan Valerie terngiang di kepala Kalandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucapan Valerie terngiang di kepala Kalandra. Setelah mengantarnya pulang, Kalandra langsung pamit tanpa sepatah kata. Begitupun Valerie, hanya berucap terima kasih lalu pergi.

Kalandra menghabiskan malam ditemani sebotol alkohol. Ia mencoba mencerna perasaannya. Aneh saja menurutnya, padahal baru mengenal, bahkan perkenalan itu tidak membuatnya dekat. Namun, entah mengapa ia bisa jatuh cinta padanya.

Tiba-tiba ia ingat sesuatu pada malam itu. "Apakah dia sudah bersuami? Atau sudah bercerai? Astaga mengapa aku tidak berpikir sampai ke sana. Apakah itu alasannya?"

Ia kembali meminum alkohol, persetan dengan ingatan itu, hatinya tetap merasa sakit saat penolakan itu terjadi.

"Huh, ini sangat aneh. Mengapa aku begitu tertarik dengannya." Ia mencoba mencari tahu alasannya, tetapi ia tak menemukan selain karena perasaannya. "Ah sudahlah, jika memang itu kemauannya akan aku lakukan. Apa boleh buat, cinta tidak bisa dipaksakan."

***

Suasana kantor yang cukup sibuk membuat Valerie melupakan sejenak kejadian itu. Lagipula, ini sudah satu minggu sejak kejadian diluar dugaan itu terjadi.

Valerie kembali menjadi dirinya yang sebelumnya. Hanya ada kerja, kerja, dan kerja. Setidaknya, itu alasan ia mampu bertahan setelah luka yang begitu dalam dulu tertoreh.

Setelah terdengar suara ketukan mata Valerie menatap pintu. Sebuah kepala dengan rambut sebahu menyembul. "Liv, makan siang, yuk!"

Valerie tersenyum dan menutup berkas yang sedang ia kerjakan. Keduanya berjalan ke restoran yang ada di lantai bawah bagian hotel itu.

Valerie dan Fara bekerja di sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Keduanya tidak berada dalam divisi yang sama, tetapi keduanya sering terlihat bersama. Valerie menjabat sebagai marketing manager, sementara Fara berada di divisi yang mengurus keuangan.

"Udah tahu supervisor yang baru?" tanya Fara di sela mengunyah makanannya.

Valerie mengangguk. "Yang aku tau dia masih muda. Yang lain enggak ngurus. Kalau udah diterima pasti masuk kriteria kantor, 'kan? Jadi aku enggak kepo atau khawatir," jawab Valerie santai.

Valerie memang tipikal orang yang mudah bergaul dan tidak terlalu memikirkan latar belakang seseorang yang bekerja dengannya. Selama orang itu sopan, baik, pekerja keras, dan bisa diajak kerja sama ia akan mudah bekerja sama. Namun, jika rekannya 'susah', terkadang ia juga akan menyusahkannya.

Meski harus profesional, Valerie memiliki cara tersendiri untuk melakukan hal itu. Di kantor, Valerie layaknya bunga yang sedang mekar dan menjadi incaran banyak kumbang alias laki-laki. Hanya saja, ia sangat sulit didekati.

Sejak gagalnya hubungan asmara satu tahun lalu, ia menjadi menjaga jarak dengan lawan jenis. Ia berniat untuk tidak menjalin hubungan dalam waktu dekat. Meski terlihat baik-baik saja. Hatinya belum sembuh seutuhnya. Sebab hubungan yang gagal sudah lama terjalin, hal itu yang membuatnya sedikit trauma.

Love Age DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang