2

5 0 0
                                    

Wanita itu, dengan gaun ungu yang membalut tubuh rampingnya, serta rambut cokelat keemasan yang berkilau dibawah cahaya chandelier, melangkahkan kakinya dengan ragu. Ia memperhatikan sekitarnya, kediaman Graylle memang sangat luas dan mewah seperti yang ia bayangkan.

Lorong yang terasa panjang ini dihias wallpaper dengan warna dasar cornsilk beserta motif rumit bertinta perak. Pencahayaan tidak kurang memberi efek elegan dari lampu pijar dengan bohlam indah yang menempel di sepanjang dinding, juga chandelier kristal yang digantung megah, membuat Eloise terpukau jauh dari yang ia kira.

Eloise lalu melirik Yeina yang mengikutinya dibelakang, memberi gestur tangan untuk menyuruhnya memimpin jalan. Tentu saja karena ia tidak mengetahui dimana letak ruang makan.

Yeina terlihat segan, namun akhirnya ia mengambil langkah untuk memimpin jalan.

Selanjutnya mereka menuruni tangga menuju ruang terbuka yang sangat luas, ia mengira ini adalah ruang utama dikediaman Graylle. Para pelayan yang berpakaian sama dengan Yeina mulai terlihat dimana-mana, namun kesibukan mereka segera teralihkan oleh kehadiran Eloise. Para pelayan itu terang-terangan memandangnya dengan hina dan mulai mencemooh dirinya tanpa mengecilkan suara.

"Lihatlah dia, setelah sekian lama akhirnya keluar juga dari kamarnya. Benar-benar menyedihkan, kadang aku kasihan dengan keluarga Duke--"

"Ya ampun, jika dibandingkan dengan Nona Lydia--"

"Menjijikkan."

Eloise mengerutkan dahi, apa-apaan dengan perlakuan mereka itu? Perutnya terasa jatuh dan ia mulai menggigit bibir, heran dengan sambutan tidak mengenakkan yang ia terima.

Yeina dihadapannya terlihat tidak terpengaruh dengan keributan disekelilingnya dan terus memimpin jalan hingga ia berhenti didepan pintu kayu besar berukirkan emas, beserta kedua pengawal bertombak dikedua sisinya. Salah satu dari pengawal tersebut mengumumkan kedatangan Eloise Graylle dan membukakan pintu untuknya.

Segera ia menginjakkan kaki kedalam ruang makan, sedikit tersentak dengan atmosfer yang menyambutnya saat ia masuk. Seluruh orang yang duduk dimeja makan menatapnya tidak suka. Pria dengan raut wajah tegas yang sepertinya adalah Duke Graylle memerintahkannya untuk duduk,

nyonya Duchess dan pria disamping Duke kembali melanjutkan makan sementara dua orang lainnya memberi tatapan menghina.

Ada banyak kursi yang masih kosong, akan tetapi ia bingung harus duduk dimana, ditengah banyaknya mata yang memperhatikannya. Eloise memilih untuk duduk bersebelahan dengan para wanita.

Baru saja ia duduk dengan susah payah. Duchess yang duduk disebelah kanan Duke berdekhem dan melotot kepadanya. "Eloise Graylle, beri salam kepada Duke."

Eloise gelagapan, ia menunduk sembari menatap tangannya yang berkeringat. Ia merasa seolah semua mata menatapnya hingga kepalanya terbakar. Keheningan yang berlangsung sepersekian detik itu dipecahkan oleh Duke, "tidak apa-apa."

Terdengar suara decakan dari anak laki-laki didepannya, namun setelahnya, semua orang melanjutkan makan. Eloise mencoba diri dan menatap makanannya.

Eloise merasa tidak nyaman saat melihat meja makan, ada banyak peralatan makan garpu, sendok, dan pisau, yang tersedia, ia tidak tahu harus memulai darimana. Dihadapannya tersedia daging steak yang terlihat sangat menggoda. Eloise lalu mengambil garpu dan pisau lalu mulai mengiris.

Ada yang aneh, daging ini terasa sangat alot sehingga susah untuk dipotong. Ia memaksakan pisaunya hingga ia tidak sengaja memotong daging nya terlalu keras membuat suara denting pisau yang bertabrakan dengan piring terdengar jelas menghiasi ruang makan. Hal ini tentu menarik perhatian, terutama wanita anggun yang ia kira kakak perempuan Eloise itu mengangkat suara dengan nadanya yang tajam.

The Downhearted LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang