ESPINILLOVE 1

9 5 8
                                    

◤      ◥
PROLOG
◣      ◢

"karena kita hanyalah satu dari banyaknya pertemuan yang berujung dengan perpisahan."

0:27 ─⊙───────── 3:59

↻     ◁  II  ▷     ↺

Suara gonggongan anjing terdengar bersautan ditambah lagi angin malam ini yang begitu kencang membuat suasana nampak semakin mencekam.

Gadis itu berjalan menenteng plastik hitam berisikan satu bungkus nasi goreng untuk ia makan malam ini. Tanpa beralaskan kaki, gadis itu berjalan cepat menuju kost nya.

"Ck, semoga ngga ada paku di sekitar sini. Kalau kena kaki kan mampus," gerutunya

"lagian abang nasi gorengnya cepet banget deh jalannya, mana sempet pake sandal." ucapnya pada dirinya sendiri.

Ya, dirinya tidak memakai sandal karena mengejar tukang nasi goreng. Biasanya tukang nasi goreng itu akan berkeliling di gang dekat kostnya sekitar pukul tujuh sampai delapan malam. Tetapi malam ini baru mulai berjualan pukul sembilan malam.

Saat dirinya ingin tidur, dia mendengar suara ketukan khas nasi goreng itu. Berhubung lapar tingkat dewa, jadilah dia mengejar tukang nasi goreng itu sampai di komplek samping.

Beberapa menit lagi dirinya akan sampai di kostnya. Hanya tinggal melewati beberapa beberapa gang saja. Suasana malam ini tampak sepi, tidak seperti biasanya. Tapi. .

Brakk

"Anjing lo."

Suara gaduh dan barang jatuh terdengar samar dari gang yang berada tak jauh dari kostnya. Gang itu sempit dan minim cahaya, jarang juga ada seseorang yang lewat disitu kalau malam hari.

Karena ke-kepoan-nya yang sudah mendarah daging, gadis itu memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi disana. Dia berjalan mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.

"Eh astaga! Itu di kasian banget, aduh gimana yaa,"

Seorang lelaki berjaket hitam dikeroyok oleh tiga preman yang memiliki tatto di seluruh tubuhnya. Lelaki itu tampak letih, sepertinya dirinya kehabisan tenaga karena melawan tiga orang sekaligus.

Wiu wiu wiu wiu

Suara alarm mobil polisi terdengar membuat pertarungan itu berhenti sejenak, sedetik kemudian preman itu lari dan meninggalkan korbannya yang sudah sempoyongan.

"Huft, untung kuotaku masih sisa buat buka youtube," helaan nafas lega terdengar dari gadis itu.

"T-tolonhh," rintihan lelaki itu membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Eh, yaampun," dirinya berlari menuju lelaki itu.

"Kamu gapapa?"

Terdengar decakan dari lelaki itu.  "Ck, mata lo buta?"

"H-hah?"

"Lo ga liat badan gue memar semua?"

"Eh maaf. Sini aku bantu bangun, istirahat dulu dihalte depan,"

Gadis itu memapahnya lalu membawanya ke halte depan gang. Memposisikan lelaki itu untuk duduk bersandar pada bangku halte. Lelaki itu seperti meringis sesekali saat dirinya tak sengaja memegang luka yang berada di tangan lelaki itu.

"Sshh,"

"B-bentar, aku ke kost dulu mau ambil P3K. Kamu tunggu disini sebentar,"

Selang beberapa menit, gadis itu kembali ke halte dengan membawa tas kecil yang disebutnya P3K.

"Sini tangan kirinya dulu aku obatin. Maaf ya, agak perih sedikit," ucapnya.

Dengan pelan dia membersihkan luka itu dan mengobatinya dengan obat merah lalu menempelkan plester di tangan laki-laki itu.

"I-ini mukanya mau aku yang obatin sekalian atau kamu sendiri?"

Lelaki itu hanya diam sambil mengamati gadis yang berada di depannya. Yang di tatap pun merasa bingung dan salah tingkah.

"Eh maaf, yaudah ini kamu obatin sendiri aja," ucapnya sambil menyerahkan obat merah itu dengan cepat.

"Obatin sekalian."

"H-hah? Oke,"

Setelah selesai mengobati lelaki tadi, dirinya segera merapikan P3K nya dan ingin pulang. Melihat lelaki itu sepertinya sangat lemah dan tidak bisa berjalan, dia menjadi iba ingin meninggalkannya sendiri disini.

"Kamu bisa pulang sendiri?"

"Ga."

"Terus kamu pulangnya gimana? atau aku pesenin ojek online aja? atau emm taksi online?" dirinya menyodorkan ponsel ke lelaki itu, berniat ingin meminjamkannya, siapatau ponsel lelaki itu rusak karena berkelahi tadi.

"Sama temen gue,"

"O-oh oke, aku temenin disini aja sampai temen kamu dateng, gapapa kan?"

Lelaki itu hanya berdehem menjawab pertanyaan gadis disampingnya.

"Makasih." Ucap lelaki itu dengan datar.

"Iya sama-sama, lain kali jangan lewat gang itu. Rawan preman, apalagi malem kaya gini,"

"Lo tinggal di daerah sini?"

"Huum, itu gang yang ada tulisan amarilis, masuk aja. Kost yang catnya warna biru laut," ucapnya sambil menunjuk gang yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Setelah percakapan itu, suasana kembali seperti semula. Hening, sampai sinar lampu mobil menyoroti dan berhenti di depan halte yang mereka singgahi.

Sosok lelaki bertubuh gempal keluar dari mobil tersebut dan berjalan menuju ke arahnya.

"Woi anjir, kok lo bisa bonyok gini? Gila siapa yang berani mukulin lo? Gue aduin ke mama Ratna ini mah, fiks positif penjara," ucap panjang lelaki bertubuh gempal itu.

"Eh ada mbaknya. Makasih ya mbak udah nolongin temen saya. Emang kalau malem dia suka kabur dari kandangnya."

Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum dibalik maskernya sembari mengucapkan sama-sama dan dirinya pamit kembali ke kostnya.

"Ta, lo ga di apa-apain kan sama dia? Pake masker anjir, sok misterius banget," 

Lelaki itu hanya mengendikkan bahunya dan berjalan memasuki mobil disusul dengan lelaki bertubuh gempal itu.

"who's she? menarik."

━━━━━━ • • ⋆ · · ⛧ · · ⋆ • • ━━━━━

READY FOR THE NEXT CHAP?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ESPINILLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang