#AD 01

147 48 131
                                    

01. Suara yang Terus Terdengar

Matahari mulai menyembunyikan wujudnya ketika sepasang anak dan ibu baru saja tiba. Mobil sedan berwarna silver itu terparkir rapi di depan sebuah rumah Belanda. Rumah dengan halaman luas yang ditanami bermacam bunga dan sebuah pohon tabebuya ini terlihat asri. Di bawah pohon tabebuya warna merah muda ini terdapat sebuah kursi berwarna putih.

Loreanna Sasmita, gadis itu menatap rumah di hadapannya ini dengan bulu kuduk yang mulai berdiri. Rumah berukuran luas ini memiliki aura yang sangat berbeda dengan rumahnya yang berada di kota. Anna tidak ingin tinggal di sini, tetapi dia tak tahu harus tinggal di mana lagi.

"Kenapa masih di sana? Ayo," ajak Laura dengan suara tingginya. Perempuan berusia sekitar 40-an tahun itu berjalan mendahului putrinya.

Anna, gadis itu masih ragu untuk melangkahkan kakinya lebih dalam lagi. Berada di halaman rumah ini saja sudah cukup membuatnya sedikit takut, apalagi berada di dalamnya.

"Rumah ini sudah tidak ditempati selama beberapa tahun, tetapi ada seorang petugas kebersihan yang selalu membersihkannya secara teratur. Jadi, tidak ada alasan untuk membersihkannya kembali." Penjelasan dari Laura itu membuat tubuh Anna menggidik. Gadis itu mulai merasakan kehadiran 'sesuatu' di dekat mereka.

Bayangan putih tiba-tiba berlari di belakang Anna, dan gadis itu bisa merasakannya.

Tap... tap... tap

Suara sol sepatu yang beradu dengan ubin di rumah ini mulai terdengar di telinga Anna. Namun, sebisa mungkin gadis itu mengabaikannya. Anna tak ingin jika dirinya akan bersangkutan lagi dengan setan-setan sialan.

"Menurut mitos, rumah yang sudah tidak ditinggali lebih dari empat puluh hari akan ditemp...."

"Loreanna!"

"Loreanna Sasmita!"

"Tolong!"

"Kepalaku. Oh, tidaak...."

Suara Laura itu mulai hilang, dan tergantikan dengan jeritan-jeritan kesakitan tersebut. Sebisa mungkin, Anna ingin mengabaikan suara-suara itu.

"Kita akan tinggal di kamar yang berbeda, Anna." Anna langsung menggelengkan kepalanya cepat setelah mendengar ucapan mamanya. Dia tidak ingin berpisah dengan mamanya.

Laura menatap anak semata wayangnya dengan tatapan penuh permohonan, "Kamu sudah besar, Anna. Jadi, tolong jangan manja seperti ini!"

"Enggak, Ma. Anna takut tidur sendirian." Anna masih bersikeras untuk menolak permintaan Laura. Dia sungguh takut untuk sendirian di rumah ini, meski hanya tidur sekalipun.

Pengalaman kejadiannya ketika tinggal di rumah lama selalu sulit untuk ia lupakan. Dan Anna tidak ingin kejadian buruk itu akan terulang kembali.

"Tidur sendiri, ya?" Laura mulai memelankan suaranya, mencoba memberi pengertian pada putrinya itu.

Anna menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Enggak, Ma."

"Anna!"

Sedetik kemudian, Anna mulai melunak. Dia lebih takut dengan bentakan mamanya, daripada hantu sialan tersebut. Baiklah, dia akan mencoba untuk tidur sendiri saja. Mungkin roh-roh nyasar itu akan berhenti mengganggunya setelah dia mengabaikannya.

Menurut. Akhirnya Anna melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang berada di samping ruang tamu. Setelah sampai di depan pintu kamar barunya, Anna membukanya pelan.

Apa yang dikatakan oleh mamanya benar. Ruangan ini bersih dan tertata rapi, seperti habis dibersihkan oleh seseorang. Setidaknya, ruangan ini tidak lembah dan kotor, besar kemungkinan jika ruangan yang akan ditempati oleh Anna ini sudah dihuni oleh 'sesuatu'.

Kaki Anna melangkah menuju ranjang besi yang ada di tengah-tengah ruangan. Setelah meletakkan kopernya di sudut ruangan, gadis itu berjalan menuju ranjang. Anna membaringkan tubuhnya di atas ranjang tersebut, kemudian memejamkan matanya.

"Loreanna!"

Suara itu kembali mengganggu Anna. Gadis itu langsung membuka kelopak matanya. Keringat sebesar biji jagung menetes, membasahi seluruh wajah dan tubuhnya. Napasnya pun terengah-engah. Anna benar-benar takut dengan rumah ini.

ANNA DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang