#AD 04

57 44 95
                                    

04. Gadis yang Lebih Aneh dari Anna

Seorang gadis menghentikan langkahnya ketika matanya tanpa sengaja menangkap suatu pemandangan yang aneh di depannya. Gadis bermata lebar itu menjatuhkan pandangannya pada seorang siswi yang sedang menangis di tengah koridor kelas.

Bisikan demi bisikan yang menyebutkan tentang hal buruk tertuju pada gadis di tengah koridor tersebut. Ameliya, gadis itu mulai tertarik dengan siswi yang sedang menjadi bahan gosip itu. Hati Amel menuntun kakinya untuk mendekati gadis itu.

Amel sudah tak peduli dengan semua pasang mata yang menatapnya dengan tajam, seperti sedang menghakiminya. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya menghampiri Anna yang masih menangis di tengah koridor kelas.

Sebuah tepukan mendarat di bahu Anna. Gadis itu segera menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat si pelaku. Saat itu juga, Amel sedang menatapnya dengan ekspresi datar.

"Kamu nggak papa?"

Diam. Anna tak menjawab pertanyaan itu. Gadis itu sudah berhenti menangis, tetapi jejak air matanya belum mengering sepenuhnya. Mata gadis itupun juga masih memerah.

Tak mau ambil pusing, Amel segera mengulurkan tangan kanannya di depan Anna. "Kita pergi dari sini sebelum ada guru yang datang," ajaknya dengan suara datar.

Anna menatap tangan di depannya itu lamat. Dia ragu untuk menerima uluran tangan tersebut.

"Nggak papa, aku nggak akan jahatin kamu, kok!" Amel masih meyakinkan Anna untuk ikut dengannya.

Menurut. Akhirnya Anna menerima uluran tangan Amel, dan segera berdiri dari tempatnya duduk. Kedua gadis itu segera beranjak pergi dari tempatnya. Semua pasang mata langsung menatapnya dengan tatapan penuh tanya ketika Amel berjalan menjauh dari tempatnya bersama seorang gadis aneh.

***

"Jadi kamu murid baru?" Amel bertanya pada Anna setelah keduanya sampai di taman belakang sekolah. Anna hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban.

Angin yang bertiup sepoi menggoyangkan rerumputan di atas tanah lapang ini. Dedaunan jatuh berguguran di sekeliling Anna. Taman yang berada di bawah pohon beringin ini jarang didatangi oleh murid, sehingga tempat ini cocok dijadikan sebagai tempat perenungan.

"Kelas berapa?" Nada bicara Amel sudah berubah total. Gadis itu tak lagi memperlihatkan wajah garangnya.

"Sebelas IPS," balas Anna singkat. Lain halnya dengan Amel, gadis itu masih merasa canggung ketika berbicara dengan teman barunya itu.

Teman baru? Apa orang yang baru kita kenal bisa kita sebut dengan teman? Sumudah itu, kah? Jika iya, maka banyak sekali teman Anna di dunia ini.

"Wah, sama, dong! Aku juga sebelas IPS." Amel dengan sangat antusias. "IPS 2," lanjutnya.

"Sepertinya kita akan satu kelas." Anna masih berusaha bersikap dingin pada Amel. Meski sebenarnya sangat mustahil. Amel adalah seorang gadis yang berbeda dari beberapa orang yang sudah Anna temui. Dia sepertinya gadis yang baik.

"Semoga saja."

Anna beranjak berdiri. Gadis itu menepuk bagian belakang roknya setelah berdiri, mencoba menghilangkan debu atau tanah yang menempel di rok abu-abunya. Setelah selesai dengan urusannya, Anna menatap Amel lamat.

"Aku pergi dulu, ya," pamitnya pada Amel yang hanya dibalas dengan senyuman simpul saja.

"Semoga kita bakal satu kelas ya, An!" Amel dengan berteriak.

Anna, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya singkat. Percuma saja membalas ucapan Amel, karena jarak keduanya yang cukup jauh. Dia tak ingin membuang tenaganya hanya karena hal sia-sia, seperti apa yang dilakukan oleh Amel baru saja itu.

Sementara Amel, gadis itu masih menatap kepergian Anna dari tempatnya. Punggung gadis itu semakin lama, semakin menghilang. Tubuh gadis itu semakin tenggelam oleh jarak.

Amel. Gadis itu sangat bersyukur karena telah mengenal Anna. Sepertinya, dia adalah gadis yang memiliki suatu masalah besar, sama sepertinya. Amel berdo'a, semoga dia dan Anna akan disatukan kembali oleh pertemuan-pertemuan selanjutnya.

ANNA DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang