Hai

11 3 0
                                    

Hai, kamu yang suaranya mengambil hatiku di detik pertama mampir dalam memori.
Saat itu, enam detik yang singkat, juga membekas.

Bagaimana mungkin aku melupakan, lebih-lebih membenci kenangan yang tidak pernah terlihat buruk diingat-ingat.

Banyak yang sepertimu, tidak ada yang persis membuatku seperti ini.
Oh, cliché.

Dengar. Aku pernah hampir berbalik meninggalkanmu, kamu pasti tahu persis besar kecewaku saat itu.
Tapi kiraku salah. Aku tidak pergi.

Tentu aku takut. Aku tidak siap terbuka pada dunia untuk melindungimu. Aku kelewat payah.
Dunia sebut aku gila. Bahkan logikaku sendiri mempertanyakan sisa kewarasan yang masih aku punya.
Tapi tolong dengar, aku tidak menyesal bertahan.

Kecewaku masih ada. Banyak tersisa. Ditambah sakitnya melawan dunia, tentu perlu upaya yang luar biasa. Lelah, tak karuan.
Tapi meninggalkanmu bukan pilihan. Membayangkannya jauh lebih menyebalkan.
Jadi aku tetap disini.

Hai, kamu yang menyebalkan di seberang sana.
Tetap bahagia, ya.
Bertahan memang sakit. Tapi melihat bahagiamu saja sudah cukup untuk membalut luka-luka yang terlanjur ada.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang