membuat Melissa marah

76 12 0
                                    

Melissa sedang menata bonekanya di rak dengan kaca transparan sesekali bersenandung kecil. Pagi ini dia membuka toko bonekanya penuh semangat.

Dia bekerja sebagai penjual boneka karena meneruskan usaha ibunya dulu. Apapun yang terjadi Melissa tidak akan pernah berhenti untuk membuat boneka kain yang ibunya ajarkan dulu.

Yah Melissa sangat merindukan ibunya. Tapi Melissa tidak mau menangis karena kepergiaannya. Ibunya tidak suka jika Melissa menangis seperti anak kecil.

Dia harus kuat.

Melissa menepuk kedua pipinya berusaha untuk menguatkan dirinya dari rasa sakit yang perlahan mulai menyerang hatinya.

Dia beranjak ke dapur meninggalkan toko bonekanya sejenak untuk mengambil minum dan sarapan pagi.

Tangannya beranjak membuka lemari. Dia merenung sesaat cuma ada telur didalamnya.

Melissa kembali menutup lemari dapurnya. Mendadak dia tidak selera makan pagi ini. Ah mungkin dia bisa makan siang nanti pikirnya.

Melissa kembali beranjak menuju toko bonekannya. Keningnya menyerngit ketika terdengar suara gaduh berasal dari dalam toko.

Siapa itu?

Melissa berjalan mengendap hendak memergoki siapa yang beraninya mengobrak Abrik toko bonekannya.

Matanya terbelalak ketika melihat sebagian bonekannya berceceran di lantai dan sepergi bekas di sayat oleh pisau.

Melissa menggeram, tangannya terkepal kuat. Dia memandang kedua preman itu dengan sorot marah.

"Ada masalah apa kalian berdua?!" Melissa berusaha menahan emosinya yang hampir meledak. Bagaimana tidak hampir sebagian besar bonekannya di rusak tanpa sebab yang jelas. Apalagi oleh seorang preman jalanan seperti mereka.

Preman yang sepertinya ketua itu mendesis, dia menatap Melissa sengit tak kalah bengis. "Ada masalah apa?." Preman itu mengulang pertanyaan Melissa, dia berdecih. "Kau tidak bayar pajak selama berjualan di sini nona."

Melissa berjengit, sejak kapan berjualan di sini harus membayar pajak? Lagipula ini di depan rumahnya. Sejak dulu ibunya berjualan di sini juga tidak ada yang namanya bayar pajak.

Melissa menyeringai sinis. Ini mungkin adalah akal akalan para preman itu untuk menguras uangnya.

Memangnya cari uang itu gampang? Mereka hanya seenaknya memintanya dan mengancam toko toko yang berada di sini. memang tidak tau diri.

"Pajak apa maksudmu? Ini adalah tanah ku dan kalian tidak berhak memintaku seperti itu!" Melissa menggeram.

Mereka saling bertatapan lalu menatap Melissa dengan sorot aneh. "Sepertinya kita harus memberikan perempuan ini pelajaran."

Melissa langsung berjaga ketika para preman itu mulai maju kearahnya. Dia mundur beberapa langkah bagaimana ini? Batinnya panik.

Tanpa sengaja Melissa menyenggol jarum jahit bonekannya yang besar. Sebuah ide muncul di benaknya. Dia menyeringai dengan artian lain.

"Maju kalian semua!!" Tantang Melissa. Dia sudah siap untuk menusuk kedua preman meresahkan ini.

Para preman semakin geram karena Melissa menantangnya.

Preman berambut gondrong itu maju hendak menangkap Melissa menggunakan tangannya. Melissa dengan sigap menancapkan jarum jarum besar itu ketangan target. Si rambut gondrong terbelalak seketika darah merembes dari tangan kekarnya.

Preman berambut pendek itu tidak terima melihat temannya ditusuk menggunakan jarum. Dia bersiap untuk menendang tubuh Melissa.

Dengan sigap Melissa menghindari tendagannya. Tidak cukup sampai di situ preman yang berambut gondrong tadi kembali bangkit dan menyerang Melissa dengan pisau daging di tangannya.

Tapi Melissa berhasil menghindarinya. Kedua preman itu emosi karena Melissa selalu berhasil menangkis semua serangan.

Preman itu mencoba mencari kelemahan perempuan itu. Matanya melirik kearah jejeran para boneka. Dia tersenyum culas lalu mengambil boneka itu dan merobeknya dengan pisau daging yang di genggamannya lalu melemparkannya ke wajah Melissa.

Melissa menggertakkan giginya, matanya menatap kedua preman itu nyalang. "KALIAN SUNGGUH MEMBUATKU MARAH!!!" Teriak Melissa kerass, dia kembali menusukkan jarum jarum itu kepada mereka dengan brutal.

Preman itu berteriak kesakitan. Melissa seperti dirasuki iblis. Wajahnya menggelap dia tidak terima jika bonekannya dirusak begitu saja.

Kedua preman itu trauma menghadapi Melissa, mereka berlari tergopoh gopoh karena tusukkan jarum di berbagai sisi tubuhnya.

Sungguh mereka tidak menyangka bahwa pemilik toko boneka itu begitu mengerikan.

Mungkin mereka tidak akan kembali lagi ke tempat itu.

Melissa terduduk lemas setelah kepergian preman itu. Dia menatap beberapa boneka nya nanar.

Melisa benar benar akan memenggal kepala preman itu jika mereka berani menampakkan sosoknya di toko bonekannya.

***

See you next chapter.

Ga tau kapan updatenya. Karena cerita ini ku buat karena gabut. INGAT! KARENA GABUT!!!!

Melissa YinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang