sekolah?

75 13 5
                                    

Malam itu Melissa memutuskan untuk pergi keluar. Dia ingin mencari makan malam diluar mengingat dirumahnya tidak ada satu bahan makanan pun untuk dimasak.

Telur yang tersisa itu sudah dia makan setelah kepergian cowok itu.

Sehingga dia harus mencari makan untuk mengganjal perutnya yang mulai terasa lapar.

Melissa melangkahkan kakinya dengan santai, udara malam ini terasa dingin dan menenangkan. Dia hanya menggunakan celana pendek berwarna hitam begitupun dengan kaus kebesarannya.

Dia sesekali menggigil karena udara dingin yang seperti menusuk kulit telanjangnya. Ah mungkin dia akan membeli nasi goreng pak Bane yang gerobaknya terparkir di sisi jalan sana.

Melissa beranjak menghampiri dan memesan sepiring nasi goreng. Dia duduk di tempat makan yang sudah disediakan.

Sambil menunggu nasi gorengnya jadi, Melissa memainkan salah satu permainan di ponselnya. Hingga dia dikagetkan dengan tepukan tangan di pundaknya.

"Melissa ini benar kau?" Kata orang itu bertanya tidak percaya. Melissa menoleh menatap orang yang sedang memekik tidak percaya itu adalah teman lamanya dulu.

"Apa kabar?! Aku tidak melihatmu begitu lama ku rasa kau banyak berubah ya!" Kata orang itu tidak percaya bahwa Melissa berubah drastis setelah kepergiannya di luar negeri.

Melissa mendengus menanggapi ocehan temannya ini. "Biasa aja si." Jawab Melisa ketus tidak memperdulikan lunox yang berada di sampingnya.

Cewek itu cemberut. Sikap Melissa benar-benar masih sama seperti dulu cuek dan menyebalkan.

"Apa kau tidak merindukan ku setelah kita berpisah cukup lama?" Lunox melipat kedua tangannya sambil menatap jengkel Melissa.

Melissa meliriknya lalu mengedik tidak peduli. "Untuk apa aku merindukanmu, memangnya kau kekasihku?"

Lunox hampir saja melempar gelas ke kepala Melissa jika dia tidak menahan kesabarannya. "Aku temanmu!"

"Oh"

Lunox menahan napas, agar tidak lepas kendali dan membuat keributan di sini. Melissa benar-benar sangat menjengkelkan.

Lunox terdiam sebentar dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Ngomong-ngomong kau sekolah dimana?" Lunox bertanya sambil memerhatikan Melissa yang sedang memakan nasi gorengnya.

Melissa diam sejenak. Dia kembali memasukkan satu sendok nasi kedalam mulutnya. "Aku.. tidak sekolah" jawabnya jujur.

Lunox menyipitkan matanya. Dia bertanya curiga. "Kenapa?"

Melissa memutar bola mata malas. Untuk apa lunox bertanya seperti itu? Sekolah itu menurutnya merepotkan harus belajar dan belajar. Lebih baik dia berjualan bonekanya saja agar bisa mendapat uang yang lebih pasti.

"Merepotkan"

"Hah?" Lunox ternganga tidak percaya mendengar jawaban itu dari mulut Melissa. Setau lunox dulu Melissa sangat ingin bersekolah tapi kenapa sekarang Melissa jadi seperti ini?

"Tapi dulu kau-"

"Itu dulu lunox" Melissa memotong perkataan lunox, dia telah menghabiskan makanannya dan berniat pergi dari sana.

Tapi tangannya di tahan oleh lunox. "Apa kau tidak mau satu sekolah denganku? Aku telah kembali di kota ini dan kita bisa sama-sama lagi"

"Itu.. tidak mungkin" jawab Melissa cepat. Mengingat dia tidak cukup biaya untuk kembali bersekolah. Melissa menyadarinya dia tidak seberuntung anak-anak lainnya.

"Apa karena biaya kau tidak bersekolah lagi?" Tanya lunox meragu. Dia memandang raut dingin bercampur sedih yang tercetak jelas di wajah cewek itu.

"Ku rasa kau sudah mengetahuinya, dan biarkan aku pergi dari sini." Melissa melepaskan tangan lunox dan beranjak pergi.

"Tunggu" badan kecil lunox berlari mengejarnya. Melissa berhenti dan menoleh. "Ada apa?"

"Kau tidak perlu memikirkan soal biaya, aku bisa membantumu" lunox kembali menatapnya penuh harap. Berharap dirinya bisa kembali bersekolah seperti dulu.

"Tidak lunox, terimakasih"

"Jangan menolak tawaran ku Melissa, aku memaksa!" Kata lunox keras kepala.

"Aku jahat kan?" Melissa tersenyum getir. Bahkan saat pertama kembalinya lunox dia malah tidak memperdulikannya.

"Tidak Melissa, itu gaya pertemanan kita, lagian aku sudah biasa menanggapi sikap menjengkelkan mu itu." Lunox masih setia menunggu jawaban dari Melissa.

"Gimana?" Tanya lunox kembali memastikan.

"Apa kau menyanggupinya?"

"Jangan meremehkan kekayaan ku, ingatlah bahwa aku keturunan bangsawan." Kata lunox menyombongkan diri.

Melissa memutar matanya malas. Andai lunox tau bahwa dirinya juga masih memiliki darah biru keturunan bangsawan dari keluarga paxley yang dia ingin hapus dari nama belakangnya.

Mendadak dirinya teringat ayahnya yang mengajaknya tinggal di istana paxley. Dia sungguh tidak mau menggunakan nama paxley dibelakang namanya.

Melissa berusaha menghapus ingatan itu yang mengganggunya. Dia kembali menatap lunox. Matanya menyipit sebentar sebelum dia menyatakan persetujuannya.

"Deal?"

"Deal!" Lunox tersenyum girang. Mengetahui Melissa tidak menolak tawarannya.

Melissa hanya meringis, apakah dia benar-benar tidak merasa direpotkan.

"Aku tidak merasa direpotkan Melissa, aku bahkan menyukainya karena bisa membantu temanku yang manis ini" dia tertawa sambil mencubit lengan Melissa.

Lunox benar-benar seperti bisa membaca pikirannya.

Cewek itu nengaduh sambil menepis tangan lunox yang membuat lengannya sakit. "Ah maafkan aku" katanya merasa bersalah.

"Tidak apa-apa" balas Melissa singkat. "Dan satu lagi aku bukan gadis manis!" Tekan Melissa muak mendengar kata manis yang mengingatkan nya pada seseorang.

Lunox terkejut, karena Melissa mengatakan itu dengan emosi tak bisa diartikan. "Kenapa kau terlihat tidak nyaman begitu?" Tanya lunox bingung.

Melissa memijat kepalanya resah. "Berhenti berbicara, kau membuatku pusing saja"

Lunox terdiam memikirkan apa yang membuat Melissa seperti ini.

"Berhenti berpikir aneh-aneh!" Tebak Melissa tepat sasaran. Lunox hanya bungkam di buatnya.

"Aku mau pulang, kau juga harus pulang karena ini sudah larut malam lunox" setelah mengatakan itu Melissa beranjak pergi. Tapi lunox berteriak kencang.

"OKE! AKU AKAN MENJEMPUTMU BESOK UNTUK BERSEKOLAH!!" Teriaknya kencang setelah Melissa jauh dari hadapannya.

Melissa tidak menanggapi lagi. Teman ceweknya itu benar-benar tidak tau tempat berteriak malam-malam seperti ini. mungkin suaranya bisa memekakkan orang yang berada di sekitar gadis itu.

Melissa tidak bisa membayangkan seperti apa nasib orang itu jika berada di dekat lunox. Melissa berharap telinga orang itu baik-baik saja.

***

Oke update 😼

Jumat, 25 Maret 2022
02.56

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melissa YinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang