Jaehyun terbangun diruangan dengan minimum pencahayaan, unpleasant smell lingering in his nose. Matanya melihat pada sekelilingnya, ia dapat melihat beberapa poster tentang hewan dan organ - organ hewan tertempel di dinding, suara anjing menggonggong dan hewan - hewan lain ikut bernyanyi. Ia tidak dapat mengingat dengan baik apa yang terjadi semalam, yang ia ingat hanya berlari ditengah kegelapan dari seseorang yang mengejarnya.
Lalu, ia teringat ketika rasa sakit tersebut menancap pada bagian perutnya. Ia melihat kaus dan hoodienya penuh lumuran darah, namun ketika ia melihat lukanya, luka tersebut sudah tertutup rapi dengan perban dengan rembesan darah berwarna merah pucat.
Ia berusaha berdiri dengan rasa sakit yang begitu hebat, badannya terasa begitu lengket akan keringat begitu juga dengan rambutnya, bercampur dengan gel rambut yang belum sempat ia bersihkan dua hari yang lalu, ia sangat membutuhkan untuk membersihkan dirinya and have a proper sleep.
Jaehyun meringis, rasa sakit diperutnya tak tertahankan, namun ia harus tetap berjalan keluar, melarikan diri dari tempat ini, dan mecari Winwin. Mungkin malam sudah berganti menjadi pagi, pikirnya dalam hati.
Ia berjalan menuju satu - satunya pintu pada ruangan itu, berharap pintu itu tidak dalam terkunci. Dan benar saja, pintu itu terbuka dengan mudah, padahal ia sudah mengumpulkan seluruh tenaganya untuk mendobrak pintu tersebut.
Winwin yang sedang berbincang dengan seorang pria dihadapannya langsung berlari menghampiri Jaehyun, dan memeluknya erat. Tanpa rasa canggung, Jaehyun membuka kedua tangannya lebar meraih Winwin dalam dekapannya.
Mereka berdua terdiam dalam keadaan tersebut, Jaehyun mulai mengusap punggung Winwin.
"Where the hell I am? and what happened to me?"
Winwin menatap Jaehyun tanpa berucap apa - apa, ia membisikan kalimat,"At the vet."
"Vet?"
Winwin menganggukan kepalanya.
"Fucking veterinarian?" Tanya Jaehyun sekali lagi.
"I'm sorry, but I can explain. You were injured so bad last night, someone try to rob you. And, I can't take you to the hospital, remember.. we are on the run."
Jaehyun semakin mendekap Winwin erat, Ia menatap bibir Winwin, plump lips oh how can those lips so perfect hanging on the perfect face. He wants to kiss those lips so bad, so so bad, "Thank you for saving me."
Walaupun ia tidak pernah sebelumnya dilarikan pada dokter hewan untuk mengobati lukanya.
Pria yang tadi ada berhadapan dengan Winwin berdehem pelan, Winwin melepaskan pelukannya, begitu juga dengan Jaehyun.
"Casper, this is my friend, Ten," ucap Winwin.
Jaehyun menjabat tangan Ten, sebelum ia sempat berucap, Ten memotongnya.
"I know everything about you," ucap Ten, lalu ia menyodorkan selembar kertas bersama dengan pena.
"A fan here," lanjut Ten sambil tersenyum.
Jaehyun meraih kertas dan pena tersebut dan menandatanganinya,"but, please don't tell anyone," ucap Jaehyun sambil menyerahkan kembali pada Ten.
"Your secret safe with me," Winwin mengedipkan sebelah matanya," but what's your next plan?"
"I need a new ID, move to a new town or maybe another country if we could, but first," Jaheyun memberi jeda pada kalimatnya,"I need a shower."
Kini Winwin dan Jaehyun terduduk diatas lantai kayu, tanpa perabotan satupun dalam ruangan tersebut.
Setidaknya mereka memiliki tempat untuk tinggal sementara, Ten meminjamkan tempat milik neneknya yang sudah tidak ditempati lagi. Setelah itu, mereka akan pergi ke Nevada untuk mencari Kun, seseorang yang Ten kenal, ia dapat membuat fake ID, dan mereka akan terbang ke Dublin atau kemanapun jauh dari Amerika.
Mereka berdua duduk bersampingan tanpa melakukan apa - apa, Keduanya menatap kearah langit - langit.
"Have you ever been to Europe before?" tanya Winwin memecah keheningan.
"For a tour, yes. And you?"
"I never been traveling far away out from America before," balas Winwin, "How's Dublin like?"
"It's a beautiful place to live, I swear. The world is always been beautiful."
"Depends on how life treats you."
Long silence linger.
"And we will live separately?" tanya Jaehyun, "go on with our life?"
Winwin menatap Jaehyun, "what did you expect after we get there?"
"Please stay with me."
Nafas Winwin tercekat, ia mengupas kulit ibu jarinya, ia dapat merasakan jantungnya berdetak kencang setelah mendengar Jaehyun mengucapkan kalimat tersebut. No, it can't be true, pikir Winwin.
Winwin berdiri meningglkan Jaehyun, ia memutuskan untuk membersihkan dirinya, dan memenangkan dirinya, ia butuh hot shower to clear his mind. He can't be that nice to him, he has boyfriend he knows it. Winwin melucuti pakaiannya satu persatu, memasang air shower dalam temprature yang tepat, lalu membasahi punggungnya, dan kepalanya. Embun air hangat memenuhi kamar mandi hingga membuat kaca sekitarnya semakin buram.
Ia memundukan kepalanya, menatap lantai granit, air hangat mengucur membasahi punggung lehernya. Ketika ia rasa cukup, betapa terkejutnya ia mendapati Jaehyun dihadapannya, ia berdiri mematung sempurna, all naked.
Ia seperti patung porselain yang dipahat dengan sempurna, ototnya, jemarinya yang panjang, pointy nose, perfect lips. He's perfect like a greek statue.
Keduanya saling bertatapan, kucuran air hangat membasahi keduanya, mereka hanya diam. Namun Jaehyun melangkah lebih dekat pada Winwin, semakin mendekat.
Insting Winwin mengatakan untuk menutup kedua matanya seraya Jaehyun mencium bibirnya.
This is all he wants, to kiss those perfect plump lips. Jaehyun merengkuh Winwin dalam dekapannya, skin to skin, ia merasakan seperti aliran listrik statis mengalir. Suasana shower semakin panas.
Telapak tangan Winwin menyentuh kaca besar shower, untuk menyeimbangi tubuhnya, tapak tangannya tercetak, merusak embun panas sempurna. Suasana kian erotis.
Ciuman Jaehyun tidak menuntut namun terasa seperti zat adiktif that hit your dopamine, it's addicting. Jaehyun mengecup bibir atas Winwin kemudian bibir bawahnya, lalu melumatnya. Ciuman basah dilumuri dengan saliva dan kucuran air shower.
Winwin mengalungkan kedua tangannya pada lehernya, memberikan akses baginya untuk menjelajahi setiap inchi bibirnya.
Lidah keduanya beradu, he's good at kissing. Pikir Winwin, kepalanya sakit. Bahkan zat adikitif pun tidak dapat mengalahi nikmat ciuman Jaehyun.
Jemari Jaehyun mengelitiki punggung Winwin, dari atas kebawah dan sebaliknya hingga Winwin mengeluarkan desah nikmatnya.
Mata Winwin kian menyayu mentap Jaehyun. Ciuman semakin liar, kini Winwin mengalungkan satu kakinya pada pinggang Jaehyun.
Tangan Jaehyun yang kekar semakin merengkuh tubuh Winwin.
Kini Jemari Jaehyun menggelitiki punggung bawah Winwin, bermain pada dua bongkah kembar.
Winwin beg to just fuck him right away. But Jaehyun enjoy the show.
Kini ciuman Jaehyun turun ke leher Winwin menjilatnya menikmati setiap inchi milky skin milik Winwin.
Ia merengkuh pinggul Winwin, nafas keduanya terengah - engah.
"What I must say?" Bisik Jaehyun pada telinga Winwin.
Winwin menyesap aroma pada leher Jaehyun yang basah.
"You makes me crazy, is it too soon to say I love you?" Ucap Jaehyun sekali lagi.
Kedua mata Winwin terbelalak.
It can't be true, pikirnya sekali lagi.
Tbc.
YOU ARE READING
Call Me Casper [JaeWin 🔞]
FanfictionJung Jaehyun, a rising pop sensation, vanished without a trace, leaving only his smashed phone and bloodstains on his mansion's floor. He gives up everything, including his family, lover, closest friend, and, most significantly, his notoriety. But...