VII: Ini Tentang Karin

1K 207 3
                                    

"Gila, setahun gue ngejar lo Rin, pantes aja lo susah banget dideketin, selera lo Winter," ujar Jeno yang kini sedang merebahkan badannya di sofa rumah Karina dengan berbantal tangannya.

"Kan gue udah bilang No, Karin ga demen sama yang kayak lo," sahut Giselle yang sedang menata barang-barang endorse-annya di meja.

Sedangkan yang sedang dibicarakan malah sibuk dengan laporan PKL-nya.

"Tapi Winter lucu juga sih," celetuk Jeno mengundang tatapan dari Karina.

Lelaki itu hanya meringis saat ditatap tajam oleh Karina.

"BTW Rin, rencana lo setelah lulus apa? Langsung ngajar?" Tanya Giselle.

"Pinginnya gitu, tapi nggak di Jakarta."

"Lo mau pergi ke mana?" Suara Jeno mengagetkan Giselle dan Karina. Lelaki itu tiba-tiba loncat dari sofa.

Karina berdecak, "biasa aja kali Jen. Belum tahu ke mana yang pasti luar pulau."

"Kok lo ga pernah cerita Rin? Mendadak banget," ujar Giselle.

"Kan gue lulusnya masih tahun depan, itu juga kalau lulus."

"Lulus lah gila! Sama aja Rin, setahun tuh cepet, gue masih ga siap pisah dari lo," ucap Jeno dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Iya nih Rin, kenapa harus luar pulau sih? Di sini juga banyak sekolah bagus, bayarannya gede juga."

"Orang yang mau jadi guru nggak mungkin lihat gaji. Banyak profesi yang lebih menjanjikan. Banyak daerah di Indonesia yang butuh seorang pengajar, tujuan gue ya membantu. Di Jakarta kan sudah banyak guru-guru yang mumpuni."

"Ga nyangka banget, sahabat gue punya cita-cita setulus itu, bangga banget gue Rin!" Giselle terharu mendengar penjelasan Karina.

Sahabatnya itu saat sekolah, bukan jajaran anak pintar. Karina biasa aja di bidang akademis, bahkan lebih menonjol di basket. Tiba-tiba saat menjelang kelulusan, Karina bilang mau ambil jurusan pendidikan. Bidang Sejarah pula. Nggak nyangka banget.

"Gue pingin bisa buat murid-murid gue suka belajar Sejarah. Selama ini pelajaran Sejarah membosankan dan kita nggak benar-benar paham tentang maknanya."

Kira-kira begitu alasan Karina, tiga tahun yang lalu.

"Lo beneran enjoy jadi guru Rin?" Tanya Jeno.

Karina mengangguk mantap, "sejauh ini murid-murid gue menyenangkan. Gue merasa deket sama mereka, kadang mereka juga curhat ke gue. Kalaupun gue capek, pas ketemu mereka jadi seneng aja gitu. Apalagi kalau mereka pada aktif pas kelas."

"Mereka juga pasti seneng ketemu lo," ucap Giselle.

Karina hanya tersenyum, "semoga deh."

"Gimana gue ga sayang ama lo Rin," Giselle langsung melempar bantal sofa ke arah Jeno setelah ia mengucapkan itu.

"Udeh Karin ga bakal terpengaruh sama ucapan buaya!"

***

(n.) hi, sejauh ini seru kah ceritanya? komen dong! jangan lupa bintang ya :)

Love ExposureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang