Sang puan terduduk diatas pasir ditemani buku dan penanya. Sibuk menulis kalimat panjang dengan Aksara Jawa, dia mulai mahir sekarang. Senyumnya terukir jelas terlihat senang akan sesuatu yang ia tulis. Kata perkata ia coretkan di atas bukunya. Indah, itu kata yang bisa diuraikan sekarang. Sejarah asmara yang terjadi tiga tahun lalu, semua tertampung di sana.
Ia sedang mencoba menggambarkan perpisahannya dengan pekikan perayaan. Ditemani oleh deruan ombak halus dan semilir angin dalam perayaannya, pesawat kertas yang dibuat oleh laki-lakinya dulu ikut tertiup ke arah sang bahar, ia hanya menatap. Bak harus merelakan, sang puan pun enggan mengambil kembali pesawat tersebut. Ia biarkan hanyut bersama tenangnya air.
Buku itu ditutup, entah sudah berapa halaman yang ia isi dengan abjad Aksara. Ia bangkit dari duduknya, membersihkan sisa pasir di gaunnya. Menatap sebentar pantai yang menjadi saksi bisu perpisahan mereka, lalu pergi.
Sekarang, kisah Gendhis Misaki Ayu Senggani juga Sakala Arjuno Dharmawangsa, baru saja akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorak-sorai
Fiksi RemajaKisah asmara si gadis Jawa blasteran Jepang dengan lelaki kota yang tidak sengaja bertemu di belantara Jakarta. Si elok, Gendhis Misaki Ayu Senggani yang menjadi kesayangan sang kekasih, Sakala. Yang akan menjadi tokoh utama dalam kisah ini. Peranga...