dominating

3.3K 304 45
                                    

"Kakak kejebak macet."
"Kamu diem dulu di situ."
"20 minutes."

Apo menatap layar handphonenya dengan perasaan jengkel menyelimuti. Jaket denimnya terlihat menyedihkan di bawah lampu jalan temaram. Menengok kanan dan kiri, hanya untuk memastikan kalau hanya ada dirinya di jalan itu. Selagi dalam hati merutuki orang yang baru saja meneleponnya.

Seharusnya 30 menit lalu Apo sudah memimpin rapat bulanan klub dan merundingkan kegiatan administrasi klub yang ia pimpin. Faktanya, Apo sekarang harus menunggu kakak tingkatnya yang bersikeras untuk mengantarkannya. Bukannya Apo punya kesusahan finansial atau semacamnya. Mobil M-Benz terdiam di garasi rumahnya karena Mile mengancam akan membubarkan klub jika Apo tidak berangkat bersama Mile.

-----

"Lama nunggu? Capek?"

"Berisik. Gue udah ditungguin anak-anak, Mile."

"Hm?"

Tangan Mile meraih wajah Apo dengan kekuatan yang tidak bisa dibilang lembut. Menyamankan jarinya untuk mengapit kedua pipi Apo hingga sang empu harus mengejamkan mata karena tenaga paksaan di rahangnya yang terlalu tiba-tiba. Mile mengamati wajah Apo dari jarak dekat, memberi tekanan lebih di sekitar bibir.

"Try again."

Mile sedang tidak mood untuk mengatur kembali otak Apo. Membiarkan Apo mengalihkan pandangannya ke arah mana saja namun front Mile. Mile menggunakan keuntungan atas tangannya terhadap wajah Apo dengan menggelengkan kepalanya layaknya boneka.

"Mile."

"Still not right."
"Address me the right way if you still want to get to the meeting."

Pernyataan terakhir menarik perhatian Apo. Mile senang. Mile menggumamkan kata 'apa' setelah melihat Apo masih bersikukuh untuk tetap bungkam. Mile lebih dari ekstatik untuk menahan Apo dalam keadaan seperti ini jika yang sedang ia minta tuturnya tetap ingin tutup mulut.

Apo merasa genangan air mata mulai berkumpul di permukaan matanya dan mereka akan terpaksa turun jika Mile mengeratkan pegangannya pada dagu dan sebagian wajahnya. Sedikit rasional, Apo menunduk dan menggumamkan sesuatu.

"Speak up, doll. Can't hear you."

"Kakak."

"That's it."

-----

"Untuk masalah itu, bisa konsultasi sama divisi lain minggu depan."

"Oke, thanks Po sarannya."

"Sip."

"Nat, gantian dong gua tanya."

Jeff mendekati Apo dan dengan santai menyamankan tangannya di leher Apo lalu bertanya-tanya masalah berkaitan dengan klub. Sesekali Apo harus menyikut perut Jeff jika sekiranya pria tersebut sudah mulai kelewatan dalam bercanda dan melupakan pembahasan klub mereka.

"Tau gak sih, Nat? Bang Mile dari tadi ngeliatin lu mulu."

"Halu lu, Jep."

"Dih ga percaya. Itungan ketiga kita balik badan terus lu bisa liat kalo bang Mile lagi ngeliatin lu."

Benar saja, itungan ketiga mereka berbalik badan, Mile sedang menyedot minumannya sembari memandang Jeff dan Apo dengan mata memicing. Jeff reflek langsung membalikan badannya setelah mendapati pandangan Mile. Beda, Apo menahan eye contact dengan Mile untuk beberapa detik. Patah setelah Jeff memintanya untuk mengecek dokumen.

----

Apo terlihat mendalami pekerjaannya dalam menyusun berkas file klub karena tidak menyadari hanya tinggal dirinya dan Mile di dalam ruangan. Mile melihat seksama bagaimana tubuh Apo bergerak kesana kemari dan hal itu hanya menambah keinginannya untuk menyematkan Apo pada dinding terdekat dan meneruskan make-out session.

"Natta."

"Apo, jangan Natta."

"Natta."

"Setan."

Mile berjalan menuju Apo dengan langkah santai. Tangan menjulur pinggang Apo lalu menyamankan posisi di sana. Mengistirahatkan kepalanya di bahu lalu menghela nafas. Tidak mendapatkan respon, Mile mengeluarkan helaan nafas yang lebih keras.

"Apa?"

"Jeff boleh panggil Natta, kakak gak boleh?"

"Berisik."

"Natta."
"Liat kakak dulu sebentar."

Mile menjatuhkan file yang Apo sedang pegang lalu membalikkan badannya untuk menghadap arahnya dan menahan kedua pergelangan tangan Apo di depan lemari berkas, sedikit berbeda dari yang Mile yang bayangkan but this will do. Apo melayangkan tatapan datar, seakan-akan dia muak atas perlakuan Mile. Karena jujur saja Apo sudah muak sejak detik pertama dia bertemu Mile.

"Suka liat kakaknya marah? Makanya deket deket Jeff sepanjang rapat?"

"Jeff wakil gua, ga usah ngatur."

"Nattawin."

Tangan Mile satunya digunakan untuk mengeratkan lingkaran di leher Apo. Apo mendongak atas sensasi baru dan tiba-tiba di area lehernya. Mile mencari ketetapan kekuatan yang cukup untuk membuat Apo meminta tangannya terlepas dalam 5 menit.

Wajah Apo memerah akibat kurangnya oksigen yang ia konsumsi selama tangan Mile masih bertengger manis di lehernya. Di mata Mile, pemandangan di depannya ini sungguh sebuah karya Tuhan yang ia yakin hanya dirinya yang boleh menyaksikan.

Tidak lebih dari 5 menit, Apo sudah mencari cara agar oksigen bisa kembali dalam tubuhnya. Kakinya frantik mencoba mendorong Mile.

"..ka..k le..pa..lepashh.."

"Can't hear you begging yet."

"..p..p..pleaase..pleasshh.."
"hurts..h..hurts"

Mile manik, akal sehatnya melayang ketika mendengar Apo memohon. Tidak mendengarkan permintaan Apo, Mile merapatkan bibirnya dengan milik Apo. Tidak mengambil waktu lama untuk melumat dan mengabsen satu per satu gigi rapih Apo yang sudah tidak berdaya dalam kekangan Mile.

"mm...ngghh... k..kaak.. stooop"

Apo masih berusaha menjauh dari Mile, melayangkan protes dalam pagutan yang sepenuhnya ditelan mentah-mentah. Mile yang merasakan bahwa lawan mainnya sudah tidak membalas ciumannya, menjauh perlahan untuk melihat Apo yang sudah sepenuhnya memerah dengan bibir sedikit membengkak dan mata berlinang air mata.

Mile dengan mendadak melepaskan kedua tangannya dari badan Apo. Apo segera melesat turun dan terduduk dengan napas yang terengah-engah. Mile menyamakan tinggi mereka dengan berjongkok. Mengambil wajah Apo dan mengusap bekas air mata yang tertinggal di pipi Apo dengan perlahan. Mengusap jempolnya di atas bibir merah Apo seakan ingin mengukir memori atas pagutan mereka tadi di pikirannya selamanya.

"Don't get too close with Jeff."

"Tapi...dia wakil...aku."

"Natta."

"Iya, gak janji tapi."
"IYA IYA LEHER NATTA JANGAN DIGIGIT! KAKAAAK!!"

----

All it took was for me to kiss the heck out of you


mau bikin one-shot mileapo dari lama tapi baru kesampean
this is so random i wanna cry

mileapo | you're all i needTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang