Di tengah malamnya kota aku mengendarai sepeda motorku yang mungkin sudah terbilang tua. Dinginnya angin malam seakan menembus jaket kulit yang aku kenakan. Memang aku menyukai berkendara di dalam hari untuk menghilangkan pikiran yang sering sekali kalut karena keadaan, apalagi jika malam sudah semakin larut, pasti akan semakin banyak yang aku pikirkan, entah itu tentang masalah hidup, masalah keluarga, atau hal yang menyakitkan dan tidak penting. Untuk mengatasi hal itu, aku terbiasa keluar malam mengendarai sepeda motorku tanpa tujuan asal bisa menghilangkan pikiran itu.
Namaku Kevin Sukma Alatar, umurku 20 tahun, anak ke-6 dari 6 bersaudara, tinggiku 172 cm dengan wajah yang biasa-biasa saja, tidak tampan, tapi juga tidak jelek. Ya, aku adalah anak bungsu. Namun sebagai anak bungsu aku bukanlah anak yang manja seperti anak bungsu pada umumnya. Aku bukan anak yang dibesarkan sebagai anak dari keluarga yang kaya. Orangtua ku adalah orang yang memiliki ekonomi menengah kebawah. Namun aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu, walau terkadang sedikit iri dengan mereka yang bisa beli apapun tanpa harus susah sepertiku.
Ibuku bernama Dartinah, ibu yang penuh dengan kasih sayang, sangat peduli terhadap anak-anaknya. Jarang sekali beliau marah kepada anak-anaknya. Tentu saja aku sangat menyayanginya. Soal ayah, ia sudah bertemu dengan tuhan 13 tahun yang lalu ketika aku masih berada di kelas 1 SD. Tidak benyak kenangan tentangnya, yang aku ingat adalah aku pernah dilempari oleh beliau dengan gelas ketika aku menangis untuk meminta uang pada Ibu. Hal itu sekarang menjadi sangat lucu sekaligus sangat aku rindukan.
~
“Assalamu’alaikum, Bu. Aku pulang.” Ucapku ketika sudah sampai pintu setelah berkendara tanpa tujuan.
“Kamu dari mana, Nang.” Tanya Ibu padaku dengan panggilan sayangnya ‘Nang’ padaku.
“Ini, bu, habis nyari angin aja di luar.”
“Kan angin di sini juga ada, kenapa nyari keluar?”
“Bukan itu maksudnya, bu.”
“Dasar anak muda. Sudah makan dulu sana, pasti kamu belum makan, ibu sudah masak ayam kecap kesukaan kamu.”
“Wah, ibu sangat tau keadaan perut anaknya.” Ucapku sembari berjalan ke arah dapur.Setelah makan selesai, aku beranjak ke kamar mengambil handuk dan bergegas mandi. Sungguh menyegarkan ketika mandi malam setelah mengelilingi kota tanpa tujuan. Kata orang, sih, kalau mandi malam rentan terkena penyakit seperti rematik. Aku tau soal itu juga sebenarnya, tapi ya namanya anak muda, semakin di beri peringatan semakin tidak di dengar.
Kulihat dilayar ponselku yang sedang mengisi daya ada banyak pesan masuk dari Lea. Lea adalah pacarku, umur kita sama, Lea juga wanita yang terbilang cantik. Teman-temanku pun heran bagaimana aku bisa mendapatkannya. Aku dan Lea bertemu ketika kita masih berada di SMK. Ketika itu kita bertemu di perpustakaan waktu aku sedang mencari buku novel untuk aku pinjam dan aku baca di rumah.
"Kamu di mana?” isi pesan dari Lea
“Kebiasaan, deh, nggak ngasih kabar.” Lanjutnya khawatir dan banyak lagi pesan yang masuk.Lea memang orang yang perhatian tapi terkadang ia bisa menjadi orang yang posessif nya sangat berlebihan. Aku juga sering dibuat kesal olehnya, bahkan ia juga sering menuduhku berselingkuh hanya karena aku telat memberinya kabar. Aku dan Lea berpacaran sudah 2 tahun, selama itu juga aku berpacaran diam-diam dengannya. Jadi orang tua kami tidak mengetahui hal ini.
Melelahkan memang bersembunyi, tapi inilah yang diminta oleh Lea. Dia tidak ingin ibu dan ayahnya tahu akan hal ini, karena orang tuanya adalah orang yang sangat protektif terhadap anaknya. Ayah dan Ibunya ingin Lea hanya fokus pada pendidikannya di Universitas. Memang setelah lulus SMK, Lea melanjutkan pendidikannya mengambil S1 di sebuah Universitas dengan jurusan Pendidikan Dokter.
Berbeda denganku yang setelah lulus langsung mencari kerja untuk menyambung hidup. Tentu saja aku juga ingin melanjutkan pendidikan sampai ke Universitas, namun keeadaan tidak mengizinkan aku untuk saat ini, tapi aku yakin suatu hari nanti aku bisa menimba ilmu di Universitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Temu
RomanceTentang lelaki yang berusaha membahagiakan wanitanya walau dengan hal-hal yang kecil.