i

284 40 6
                                    

SENIN pagi jam 08.45 Satoru telat kuliah. Dia telat bangun karena mabar game online dengan temannya demi dapat savage semalam suntuk, namun malah berhasil lose streak berturut-turut.

Satoru lari dengan sekuat tenaga, jaket dan segala perlengkapan kuliah tergantung dikedua lengan. Dengan tas gendut berisi peralatan praktek untuk hari ini, serta tabung yang berisi kertas tugas miliknya.

Untung dia punya wajah rupawan, sehingga walaupun Satoru banjir keringat ekspresi wajahnya bisa dibilang normal.

Beauty privilage is real.

Coba kalau orang lain yang begitu, lari sejauh dua kilometer dengan kecepatan seperti dikejar anjing rabies dan keringat yang mengucur sekujur badan. Tak lupa dengan penampilan acak kadut yang tidak keruan, sudah pasti dibilang orang gila.

Sekali lagi, untung Satoru rupawan.

“AAAHHHHHH KENAPA ALARMNYA MATI SIEEHHHH??????”

Teriakan frustasi akhirnya keluar dari mulut seksi Satoru, padahal dia sendiri yang memukul jam weker tanpa belas kasihan hingga baterei jam keluar.

Di depan tikungan, Satoru jatuh terpeleset botol seprit warna hijau.

“GUSTI NU AGUNG!!!!! Udah mepet gini kenapa make ada drama jatoh segala sih!” Dari situ segala sumpah serapah dikeluarkan.

Saat ingin memungut jaket miliknya yang hampir terinjak orang, tangan Satoru bersentuhan dengan tangan kecil yang tiba-tiba ada. Seperti perasaanmu kepada krush, eak.

‘Tck, pasti maling nih mau mungut jaket cancel gue. Mentang-mentang ada di tanah maen pungut aje.’ Gerutu anak kos yang sedang dilanda krisis mengulang kelas -Satoru-

Jaket cancel ditarik kencang oleh pemiliknya guna menghindari pencurian di pagi hari buta —menurut satoru— ini hasil dari jerih payahnya makan Indomi dan promah selama dua bulan tentu tidak boleh dicuri.

Satoru lekas berdiri, lalu menatap sinis pemilik tangan kecil tadi yang balas menatap datar.

“Makasih ya, Mbak. Tapi maaf saya bisa sendiri, saya tau saya ganteng tapi kalo mau kenalan jangan sek—”

“Mau saya anter?”

Omongan Satoru terputus karena [Name] menawarkan bantuan.

Lelaki jangkung berhelai uban itu melebarkan mata dan menutup mulut dengan dramatis, ‘pasti mau modus ini.’

Satoru ini pikirannya jelek terus ya, jangan ditiru sobat. Kalau ketemu orang modelan Satoru mending lari jauh-jauh.

Setelah dilirik atas bawah, bawah atas Satoru menyipitkan mata. Dia melirik gadis di hadapan dengan gestur menimang jawaban yang terlihat begitu menyebalkan bagi [Name].

Kesal juga [Name] melihat ekspresi tengil cowok uban di depannya ini, “kalau gak mau yaudah, cuma mau bantu aja kok.”

Setelah itu [Name] melengos pergi, dari pada berujung menampar Satoru secara tak sadar karena terbawa emosi melihat wajah tengil lelaki itu.

Padahal niat awalnya baik ingin membantu Satoru yang tergopoh-gopoh lari seperti dikejar setan sambil membawa banyak barang, malah diberi respon tidak menyenangkan begitu sudah pasti membuat tensi darah [Name] naik pagi ini.

“Ehhh!!!! Bentar Mbak bentar!” Satoru reflek menahan pergelangan tangan [Name] setelah menimang bayi keraguan dihatinya.

“Gratis, 'kan?” Satoru nyengir kuda.

[Name] memutar bola mata, dia lupa kalau masih pakai jaket E-jek.

“Iya gratis kok, Bang. Kan saya yang nawarin.” Jawab [Name] sekenanya.

Cengiran kuda Satoru makin lebar, “oke makasih, Mbak! Hadiahnya nanti saya kasih nomer watapp saya, deh!”

[Name] mengerutkan dahi, jadi agak menyesal telah menawarkan bantuan pada cowok ubanan yang super narsis lagi prik.

[Tbc]
Written at 17.05.2022
Published at 19.05.2022

neng ojekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang