chapter 4

19 0 0
                                    

POV Ernan end

POV Vani

Vani melihat siapa yang masuk kedalam kelasnya, ia terkejut saat mengetahui bahwa Dosen galak tersebut lah yang mengajar kelasnya hari ini, di saat pelajaran di mulai, Vani melihat sang Dosen sedari tadi melihat dirinya.

"Del, tuh dosen apaan sih dari tadi natap gw."

"Wahhh iya Van, tuh dosen keknya suka sama Lo."

"What!? Ga ga mungkin Del, Lo ngadi' kalau ngomon, ogah gw pacaran sama dia."

"Awas kemakan omongan sendiri."

"Dihh Lo yaa."

Dela pun tertawa melihat wajah temannya yang marah saat ini, tanpa di sadari sedari tadi mereka berbincang ada yang mengawasi mereka, yaitu Ernan, dia sedari tadi melihat dua teman tersebut sedang bergurau.

"Ekhemm, kalian berdua yang duduk di belakang."

"Kita pak?" (Suara dela saat mengetahui mereka di tunjuk oleh sang Dosen)

"Iya kalian berdua maju sini, sedari tadi Ngomong sendiri."

Mereka berdua pun pergi ke depan, di saat Vani ingin berjalan ke arah Sang Dosen tangan ia di tahan oleh salah satu mahasiswa di sana.

"Van kalau ada apa' bilang gw ya?"

"Iya ndra, Makasih yaa."

Andra hanya membalas nya dengan senyuman manisnya, sedikit cerita tentang Andra ia adalah salah satu orang yang menyukainya Vani, ia sempat ingin memberi tahu kan perasaannya kepada Vani, tetapi ia tidak mempunyai keberanian karena takut di tolak oleh Vani, ia memilih memendam perasaan nya sendiri.

Waktu Vani di hadang oleh Andra, Ernan melihat mereka dengan tatapan marah, ntah apa yang terjadi dengan ernan ia merasakan sesak di dadanya ketika melihat mereka berdua.

Setelah kelas selesai dan semua murid pulang, ernan menyempatkan untuk bertemu Vani dan mengajak untuk berbincang sebentar.

"Vani, bisa ikut saya sebentar?"

"Eh iya pak, kemana?"

"Ikuti saya saja."

"Baik pak."

Vani pun mengikuti ernan, ernan menuju mobil dan menyuruh Vani untuk masuk kedalam mobil, ernan mulai berbincang tentang apa yang ia rasakan tadi.

"Vani, saya ingin membicarakan hal yang sangat penting."

"Iya pak, ingin berbicara apa?"

"Soal tadi saat di kelas."

"Iya pak?"

Ketika ernan ingin berbicara soal apa yang ia rasakan, tiba' handphone Vani berdering dan tertera nama Andra di layar ponsel Vani.

"Sebentar pa ada telfon masuk."

"Hmm."

Di saat itu hati ernan merasakan rasa yang sangat tidak nyaman, ernan menatap Vani sedari tadi yang menelpon.
Setelah telfon di matikan oleh Vani, ernan pun langsung menatap Vani dengan penuh perasaan.

"Pak, sebelumnya maaf saya harus segera pergi."

"Pergi?, Kemana?"

"Anu pak, ada hal penting yang harus saya selesaikan."

"Hmm baiklah, nanti malam saya akan mengabarimu, simpan nomer telfon saya."

"Baik pak."

Setelah selesai menekan tombol nomer telpon ernan, Vani pun bergegas keluar dari mobil ernan dan berlari menghampiri Andra yang sedari tadi sudah menunggu nyaa di depan gerbang kampus.

Setelah itu Vani dan Andra pun pergi dari halaman kampus.

Disaat berada di depan rumah Vani, Andra mengutarakan isi hatinya kepada Vani, tetapi jawaban Vani tetap sama, dia tidak bisa menerima Andra Krn ia tidak cinta dengan Andra.

"Van, gw mau ngomong."

"Sok atuh, ngomong apa?"

"Gw suka sama Lo."

Vani terdiam sejenak mencerna kata yang terlontar dari mulut Andra.

"Sorry ndaa, gw ga bisa."

"Knp Van?"

"Gw anggap lu udh kayak saudara sendiri."

"Sorry ya."

"Okee gapapa kok Van, gw pulang dulu."

Andra segera menancap gas dan pergi dari halaman rumah Vani.

Setelah melihat punggung Andra perlahan menghilang dari pandangannya, Vani berjalan membuka pintu gerbang dan melangkah masuk kedalam.

Di hadapan perempuan itu sebuah rumah minimalis sederhana yang memiliki 2 lantai berdiri kokoh.
Perempuan itu pun menutup pagar pintu di belakangnya dan melangkah ke pintu yang tak jauh darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my posesif DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang