"Saya butuh hujan untuk menyembunyikan kesedihan saya"
***
"Hehh!! Anak pembawa sial! Gara-gara lo, perusahaan keluarga gue hancur semenjak kehadiran Lo dari rahim adek gue! Seharusnya Lo tuh g lahir tau gak!" Ucap seorang wanita berumur 35 tahunan.
"Kak, itu semua ga ada sangkut pautnya sama aku. Lagipula aku ga pernah nginjak kaki ke perusahaan papa, kak." gadis itu hanya menunduk dan menangis tanpa suara.
Satu pukulan mendarat di pipi mulus nan tirus punya gadis itu. Hingga wajahnya terbentuk tembok di belakangnya.
"Asal lo tau Mel, gara-gara lo juga beasiswa gue dicabut gara-gara gue gangguin lo di sekolah!! Sekarang beasiswa itu jatuh di tangan Lo sepupu b*ngs*t! eh, gue g nganggep lu sepupu deh. tapi anak hina!!" tawa menggelegar di tengah suara petir.
Gadis itu masih saja menangis dengan kelakuan 2 perempuan beda umur itu. mereka pun pergi setelah menendang perut Melanisa.
Tidak berlama-lama menangis, Mela pun bangkit dari duduknya dan berjalan pelan ke arah kamar mandi.
Mela menatap tubuh dan wajahnya di depan cermin kamar mandi. Dengan lebam yang tercetak jelas di pipi kiri, dan juga darah menghiasi dahi Mela yang terkena lemparan pecahan vas keramik. Mela pun membersihkan darahnya dengan hati-hati karena sedikit perih.
Gadis berumur 14 tahun itu menuju bathup dan mengisinya dengan air dingin. setelah air itu penuh, Mela langsung masuk ke dalam dinginnya air dan mulai menangisi nasibnya di mansion utama Traipipattanapong atau mansion utama milik keluarga papanya.
"Paa, dad.. kapan kalian pulang. Kakak pingin peluk. Kakak ga kuat disini lagi paa, hiks. Kakak kangen sama kaliann." Mela masih menangis hingga terdengar hujan yang mengenai pintu kaca kamar milik Mela.
Mela langsung bangkit dari bathup dengan keadaan basah kuyup dan langsung membuka pintu kaca itu. beruntung saja kamar Mela di mansion ini berada di lantai satu. jadi, tidak susah susah untuk turun ke bawah untuk bermain hujan saja.
Ketika membuka pintu kaca tersebut, bau petrichor langsung menyeruak ke dalam hidung Mela. Ia pun langsung berjalan ke arah derasnya hujan disertai petir. Ketika kaki Mela sudah menginjak tanah basah itu, tubuhnya langsung merosot dan terduduk di atas tanah basah.
"Hujan, makasih Lo udh turun. Maaf, gue yang dulunya benci dengan Lo, sekarang gue sudah bahagia ada Lo. Gue pgn lu temenin gue ketika gue sedih yaa. Jangan pernah tinggalin gue lagi." Ucap Mela keras melebihi suara petir yang menggelegar.
Di mansion ini, hidup Mela tidak sepenuhnya bahagia. Mela merasa terkecam disini. Makan pun hanya dikasih 1 kali sehari. Itupun dari salah satu bibi maid yang bekerja di mansion ini. Bibi-bibi pembantu yang lain sikapnya sama dengan keluarga traipipattanapong. Tapi bedanya, keluarga papa sam itu melakukan hal fisik terhadap Mela, sedangkan para pembantu yang lain biasanya nyinyir saja. Terkecuali bibi sevya.
Bibi sevya lah yang biasanya memberi makan Mela ketika Mela menginap di mansion ini. Walaupun itu cuma satu kali sehari. Bibi sevya juga lah yang selalu menemani malam terpuruk Mela di mansion ini. Memeluk tubuh kurus Mela, dan mengucapkan sepatah dua patah kata penyemangat untuk Mela. Mela juga merasa disini juga ada perlindungan, contohnya bibi sevya.
"KAKAKK!!" Suara bantingan pintu dan suara keras milik seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat awet muda mengagetkan Mela yang masih bermain dengan hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR (Hiatus)
Teen Fiction"Papa sama Daddy jahat!! kenapa tinggalin kakakk! kakak ga ada temen lagii paaa.. dadd.. kakak butuh pelukann" -Melanisa Aura Jongcheveevat- "Mell.. masih ada gue. lo jangan kek ginii Mel." "besok kita nikah" -Marvel Lana Adulkittiporn- BL story Mpr...