Seorang gadis berambut sebahu dengan seragam putih abu-abu berlari memasuki gerbang sekolah barunya."Ah, sial banget gue hari ini. Hari pertama sekolah udah telat aja. Rejeki, masih ada sepuluh menit sebelum gerbang di tutup," ocehnya ketika memasuki sekolah yang benar-benar ia impikan sejak dulu.
Sekolah Adiwiyata adalah sekolah terpadu yang sering mendapatkan juara disetiap olimpiade apapun. Sekolah yang terkenal elite ini benar-benar mengagumkan dimata seorang gadis yang kini berdiri ditengah lapangan bersama siswa siswi baru juga kakak seniornya yang akan membimbing mereka selama masa MOS.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, perkenalkan nama saya Aldiano Bramasta bisa dipanggil Kak Aldi. Saya adalah ketua senior yang akan memandu jalannya MOS untuk kalian. Tolong kerjasamanya semoga kalian menikmati bimbingan kami. Terimakasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Aldi tersenyum setelah berbicara dispiker tadi.
Tasya terkesiap melihatnya. Ia berharap laki-laki itu yang akan membimbingnya nanti. Tepuk tangan ricuh serta banyak adik kelasnya yang mengakui ketampanannya termasuk Tasya.
Semuanya diarahkan untuk membuat barisan yang setiap barisannya terdiri dari empat orang. Setiap pembimbing berdiri didepan barisan yang akan mereka bimbing.
Tasya kecewa ketika orang yang berdiri didepan barisannya bukanlah Aldi. Meskipun sama tampannya sih. Tapi, tetap saja ia ingin dibimbing oleh Aldi.
"Hai, nama saya Langit Bagastara panggil aja Kak Langit. Saya harap kalian bisa patuh dan ikuti arahan saya dengan baik.
Setelah barisan Tasya mengenalkan diri satu persatu pada Langit. Mereka diberi kalung yang terbuat dari bawang putih dan merah yang disambung dengan benang. Tasya sangat tidak suka hal ini. Dia membenci bau bawang rasanya ingin muntah saja pikirnya.
"Sudah mendapat kalung semua?" Tanya Langit memastikan.
"Udah, Kak," kata Kiya salah satu kelompok Tasya.
Tasya tak berhenti muntah-muntah karena bau bawang itu. Gadis itu selalu menjepit hidungnya dengan jari jempol dan telunjuknya yang kecil. Langit yang merasa kasihanpun menghampirinya.
"Lo Tasya kan?" Tasya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa muntah terus?" Tanya Langit lagi. Terlihat tatapannya sangat khawatir.
"Gu-gue benci b-bawang," ucap Tasya terengah-engah.
"Ya udah, lepasin aja. Gue gak maksa lo pake ini," ucapnya seraya melepaskan kalung bawang itu lalu tersenyum manis kearah Tasya.
"Thanks, Kak."
"Kalo butuh apa-apa ke gue aja," kata Langit lalu tersenyum manis ke arah Tasya.
"Siap, bos." Tasya melakukan gaya hormat seperti di upacara. Langit gemas dengan siswi bimbingannya yang satu ini. Menurutnya Tasya sangat lucu, tanpa ia sadari tangannya tergerak untuk mengacak rambut gadis itu.
"Ish, Kak. Berantakan rambut gue," keluh Tasya membenarkan rambutnya. Langit terkekeh menampilkan lesung Pipit dipipinya membuat Tasya sedikit kagum. Ya, hanya sedikit. Sedikit sekali.
***
Semuanya di perintahkan untuk berlari mengelilingi lapangan tujuh kali membuat Tasya terkejut. Ternyata MOS SMAnya tak seindah yang ia pikirkan. Ia kira akan asik seperti yang ia baca di wattpad. Tapi ia sadar ini adalah dunia nyata bukan novel fiksi ataupun sekedar cerita wattpad.
Aldi menghentikannya ketika ia sudah memutari lapangan lima kali.
"Mana kalung lo?"
Mampus, pertanyaan Aldi mampu membuatnya mematung. Entah jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya.
"Emmm."
"Gak bisa ngomong lo ya? Bisu?" Aldi membuat Tasya terlonjak kaget. Spontan Tasya menggeleng kuat. Lidahnya kelu. Ternyata Aldi tak sebaik yang ia pikirkan.
Langit berjalan menghampiri keduanya. "Al, dia anak baru." Aldi mengernyitkan dahi heran lalu tersenyum sinis.
"Oh ya, lo kan pembimbing dia?" tanya Aldi di angguki Langit.
"Lo biasanya paling disiplin, Ngit. Sekarang napa lo ngebiarin dia gak make kalung bawang? Anak-anak yang lain bisa iri kalo lo tau," tegas Aldi.
Langit menghembuskan nafasnya kasar. "Dia gak suka bawang, Al."
Aldi tertawa remeh melirik ke arah Tasya yang menundukkan kepalanya. "Lo pikir yang lain suka? Enggak!"
Tasya yang mendengar ucapan Aldi hanya bisa mengepalkan tangannya kuat. Rasanya ia sangat ingin menonjok Aldi sekarang.
"Al, lo-"
"Diem lo, Ngit!" ucap Aldi menyela ucapan Langit.
"Lo, ambil kalung bawang itu terus pakek! Terus lari muterin lapangan sepuluh kali," perintah Aldi yang tak bisa di ganggu gugat.
Tasya masih diam tak berkutik. Dirinya benar-benar emosi saat ini. Hanya saja ia masih menahan untuk tidak mencakar wajah Aldi sekarang.
Melihat tak ada respon dari Tasya, Aldi mengangkat sebelah alisnya. "Selain bisu, lo juga budek ya?"
"KETERLALUAN LO, ANJING."
Bugh
Bugh
Bugh
***
Hai, Nay datang dengan cerita baru:)
Ini baru awal.
Tunggu dan lihat part-part
selanjutnya yang akan membuat
kalian tercengang.✍️✍️Nay.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Star
Teen FictionThe cover et by: MaylinaMasruro FOLLOW SEBELUM MEMBACA;) VOTE AND COMMEND I WAIT Seorang gadis yang selalu bahagia dengan kehadiran bintangnya. Namun, itu semua tidak bertahan lama setelah sesuatu membuat mereka tak bisa bersama untuk bahagia.