Part 1

41 3 0
                                    

(2022)

     Mew membuka mata perlahan, menatap kearah balkon. "Mimpi apa tadi? Terasa nggak asing, tapi aku gabisa ingat sedikitpun."
Ia bangun, menyiapkan kemeja serta jas, lalu meraih handuk dan mandi.
Selama sarapan, Mew melamun memikirkan apa arti mimpinya itu.
Yang ia ingat hanya suara tabrakan, sirine, dan tangisan. Bahkan ia tidak kenal seorang pun yang ada dimimpinya.

     "Teknologi marketing yang seperti ini tidak membutuhkan anggaran banyak. Hanya memerlukan... Emm maaf Pak Suppasit, apa anda baik-baik saja?" Mew yang melamun langsung tersadar setelah kliennya menegur, "Ahh... Saya baik, maaf saya hanya sedikit melamun." "Baik, bisa kita lanjutkan?" Mew hanya mengangguk, mempersilahkan klien memulai kembali meeting yang sempat tertunda.
Meeting selesai, Mew dan Zee  sekretaris sekaligus sahabatnya itu berjalan dilorong dan melihat keindahan kota Bangkok. "Pak Mew kok bisa ngelamun tadi? Lagi galau apa gimana nih? Udah putus sama si Panly nih ceritanya?" Mew mendelik ke arah Zee, lalu meminum kopinya. "Aku sudah berulang kali bilang padamu, Milk dan aku hanya sebatas teman. Dan kau juga sudah tau kalau aku sedang menunggu."
"Kau masih menunggu orang yang bahkan tidak kau kenal?"
Mew kembali mendelik tajam, "Aku kenal dia." Zee tertawa puas, melihat temannya kesal.

     Tak terasa mereka berjalan hinga sampai ke taman. Disana ada banyak sekali kupu-kupu dan burung yang bergantian menghisap madu bunga.
"Lalu bagaimana denganmu? Kau sudah mendapatkannya?" Mew ganti bertanya pada Zee yang sibuk meneguk kopi miliknya. "Sebentar lagi aku akan mendapatkannya, lihat saja."
"3 bulan lalu kau juga bilang begitu, tapi sampai sekarang kalian belum juga jadian." Mew tergelak, sedangkan Zee hanya melirik tajam temannya.
Akhirnya mereka kembali ke kantor dan mulai bekerja kembali.

     Mew melepas jas dan kemeja, meninggalkan sehelai singlet semi-transparan yang sedikit basah karena keringat. Ia langsung terbaring dan memejamkan matanya, menikmati dinginnya AC. Sejak tadi siang cuaca di kota Bangkok sangat panas, dan Mew harus terkena macet. AC mobilpun tak mampu mendinginkan tubuh Mew sore itu. Setelah hampir 3 jam Ia menunggu, kendaraan di depannya bergerak maju. Mew juga langsung menjalankan mobilnya, karena tak mau berada disana lebih lama lagi.

     Hari sudah semakin gelap, Mew bangun untuk membersihkan diri. Namun langkah Mew terhenti saat ponsel nya berdering.
"Iya, kenapa Zee? "
"...."
" Baiklah, Aku akan mencari sekretaris baru."
"...!"
"Hanya penggantimu, sementara kau mengambil cuti. Tak mungkin aku mengerjakan semuanya."
"...."
"Ya, tergantung kinerja sekretaris pengganti. Bila lebih bagus darimu, maka kau akan menjadi Office boy."
"......!"
"Hahah... Aku hanya bercanda. Aku akan mengurus itu nanti. Ya baiklah, semoga kau berhasil"

     Mew melempar ponsel ke kasur, dan melanjutkan mandinya. Ia keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan training hitam tanpa memakai baju. Ia turun kedapur, sambil menggosok rambutnya yang basah. Otot-otot nya terekspos sempurna, membuat beberapa maid baru tercengang. "Tuan, saya sudah menyiapkan makan malam. Apa tuan mau makan sekarang? Atau saya antarkan ke kamar?" Salah satu maid yang terlihat lebih tua, berbicara dengan Mew. Maid itu adalah pengasuh Mew dari bayi hingga sekarang. Umurnya yang sudah 50-an tidak membuatnya terlihat renta. Badannya masih terlihat kuat dan tegak.
"Saya makan disini saja bi." Mew berjalan kearah kulkas, meraih minuman kaleng dingin lalu duduk di meja makan. Ia masih sering merasa canggung, karena tinggal bersama 4-5 maid. Tetapi ia tidak akan bisa membersihkan rumahnya sendiri.
Mew ditinggalkan orang tuanya disaat ia baru saja masuk sekolah menengah pertama. Mereka mengalami kecelakaan tunggal, dan jasad mereka hampir tidak ditemukan. Akhirnya Mew mencoba mengurus sendiri perusahaan milik Ayahnya sampai sekarang.

                                      ~~~             

My Lost Heart (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang