SEUTAS TALI.
Yang akan membuatmu menyesal pada saat mencintai seseorang adalah kau terlalu lambat untuk menyatakan, dan perasaanmu akan cepat berubah.
Tiga minggu sudah aku melintasi beragam peristiwa pertemanan di sekolah ini.
Sore itu hujan dengan lebatnya mengguyur seisi pandanganku, Aku tak tahu apakah jam 15:08 sudah masuk waktu sore atau masih siang, namun yang kulihat pada jam tangan ku seperti itu tepatnya.
Duduk di bangku ku dengan menatap kebawah jendela kelasku, seseorang yang sedang berteduh dibawah atap parkiran motor, tengah menunggu redanya hujan. Seorang temanku datang menghampiriku dengan mengajakku bergurau, sesekali perhatianku teralihkan lagi kepada gadis tadi, apakah gadis itu sudah pergi, apakah masih menetap?.
Beberapa saat dia pun pergi dengan terburu-buru lari ke lorong kelas dengan menerjang genangan air.
"Dias, nanti pulang sekolah ada waktu gak?" tanya seorang temanku bernama Danu, dia beberapa kali menawariku untuk ikut Klub Volly di sekolahan. Namun beberapa kali juga ku tolak, bukan apa-apa, hanya saja aku sudah lama tidak bermain volly lagi.
"Sudahlah nu, aku masih ragu buat main volly lagi, aku ga pede" jawabku sambil tersenyum kecil menghiburnya agar tidak kecewa karna tolakanku untuk gabung.
"hei..lihat aja dulu Yas, gausah buru-buru nolak gitu, ntar kalau sudah liat pastinya pengen ikut" pungkasnya.
Setelah aku memikirkan kegiatan nanti pulang sekolah, aku rasa tidak ada alasan cukup kuat kecuali hujan untuk menolak ajakannya. Namun entah kenapa hari itu aku meng-iyakan ajakan Danu untuk pergi ke Klub Volly SMA, dan pada akhirnya aku tidak lagi menolak ajakanya.
Tepat 15 menit sebelum bel sekolah berbunyi, hujan tiba-tiba berhenti dengan tenang. Sembari menunggu para murid keluar dari kelasnya masing-masing, Aku menghampiri Danu untuk menanyakan perihal ajakanya tadi.
"Nu, jadi gak nanti ?" tanyaku sembari menghampirinya yang berada dibangku sebrangku. Terlihat pula semua teman-temanku pergi meninggalkan kelas dengan berurutan, meninggalkan jejak keramaian kelas ini.
"Ohh, iya Yas, jadi kog, nanti kerumahku dulu, aku pinjami baju ganti buat latihan sekalian" jawabnya menawariku baju ganti yang jelas-jelas aku tidak membawanya.
"gapapa nih?" tanyaku lagi.
"Iya Yas, lagian rumahku dekat kog dari sini" jawabnya. Kemudian aku kembali mengemasi barangku yang masih diatas mejaku.
Waktu itu aku melihat sebuah kegelisahan dibalik wajah Elsa yang biasa ku temui dengan senyumnya, lalu ku tanyai.
"Kamu kenapa, Sa?" tanyaku sambil memasukan buku-buku pelajaranku.
Dengan nada sedikit merengek, Elsa membawa peralatan untuk dia mengikuti seleksi masuk salah satu organisasi sekolah.
"Aku lupa ga bawa tali yas, tali buat nanti ikutan Pramuka".
Mendengar pernyataan tersebut spontan, aku mengatakan aku membawa tali tersebut, yang kebetulan aku simpan di motorku.
"Yaelah Cuma gitu aja, Aku bawa kog, tenang aja nanti aku ambilin. Pake aja punyaku Sa, tapi habis ini ya.. aku mau ke Danu dulu, ganti baju katanya, tunggu aja di dekat Aula nanti aku kesana" kataku yang kebetulan didengar Danu.
Kemudian Danu menarikku keluar dengan halus dan bertanya dengan keheranan padaku.
"Yas, emang kamu punya ? aku dirumah juga ga ada tali begituan" tanya Danu padaku dengan sedikit ngegas.
Waktu itu aku benar-benar spontan menjawabnya dan aku pun sebenarnya tidak tahu akan mencarinya kemana.
Ketika tengah mendengarkan omongan Danu, aku melihat dari atas seseorang yang membawa tumpukan peralatan Pramuka menuju ke sebuah tempat di pojokan sekolahan, dan seketika itu aku memiliki ide untuk meminjam tali dari Ruang Pramuka.
"Ohhh, gini Nu, aku ada ide, tunggu di parkiran aja, nanti aku susul" sambil melepas kemejaku dan aku menitipkanya ke Danu, lalu aku pergi mencari lokasi Ruang Pramuka.
Dengan terburu-buru aku mencari, dan akhirnya ku temui Ruangan itu, yang disana sudah ada dua orang kakak tingkat tahun ke dua sedang membereskan barang-barangnya, untungnya waktu itu yang menjaga cewek semua jadinya dengan Skill berbicaraku aku mencoba memberanikan diriku untuk meminjam salah satu tali dari mereka.
"Hmm, Dek..Aku boleh pinjam tali pramuka satu aja ga? Buat nanti latihan Volly nettnya dimakan tikus kata pelatih?" tanyaku dengan sedikit berhati-hati mencari alasan yang pas, waktu itu Aku memanggil "Dek" dengan maksud untuk sedikit mengintimidasi mereka berdua agar mau meminjamkan kepadaku, waktu itu yang Aku pikirkan hanya mereka berdua tidak tahu bahwa aku adalah junior mereka.
Sambil saling menatap, mereka berdua sepertinya saling meyakinkan untuk meminjamkan atau tidak, waktu itu Aku tidak tahu lagi harus kemana jika tidak mendapatkan tali itu.
"Yaaa..Boleh ya, nanti pelatihku keburu dateng, kami kena marah" aku memintanya kembali dengan nada sedikit memohon mendesak, agar mereka segera meminjamkan.
"yaudah Kak, boleh, tapi agak jelek gapapa ya" sambil menyerahkanya kepadaku.
"Yashh, makasih ya. Nanti kalau sudah selesai latian aku kembalikan" jawabku dengan nada begitu senang.
"Ohh iya, gapapa dipake aja dulu, besok juga gapapa balikinya" jawab mereka dengan aku yang berlari pergi menuju parkiran mengitari gedung Aula sekolah yang aku tahu, pasti Elsa sudah menunggunya disana.
Aku melihat tali itu yang memiliki tag nomor 15, dan aku tidak mau merusaknya, namun jika itu ku pinjamkan ke Elsa, pasti dia ketahuan kalau tali itu sebenarnya milik Pramuka yang akan diikutinya.
Sembari berjalan, aku memikirkan sebuah ide lagi, yang mana nomor 15 itu akan ku modif, dan aku rubah menjadi E15A.
Aku berlari kembali ke sebuah pohon di depan Aula, menghampiri keberadaan Elsa yang sudah menungguku untuk datang membawakanya seutas tali.
"Ini Sa, talinya. Bawa aja dulu" kataku padanya yang dibarengi dengan senyum bahagia dan seketika tertawa saat melihat name tag yang aku tambahkan.
"Ini apaan Dias, ahahaha ada-ada aja, masak namaku jadi begini si" ledeknya sambil tertawa, dan aku hanya bisa tersenyum sembari mengingat suara tawa itu.
"Sa, aku duluan ya, mau diajak Danu soalnya, kasian dia nungguin itu di parkiran" kataku dengan berakhirnya sebuah tawa dari Elsa.
YOU ARE READING
Mentari Baru
Romancekisah ini bercerita tentang seseorang yang terjebak pada pusaran perasaan suka dan cinta. Yang pada akhirnya mengakibatkan konflik perasaan yang terus membayangi, namun seberat apapun perasaan itu, yang pasti harus tetap melangkah meskipun itu perla...