"Guys listen to me!" Edhiva menepuk 2 pundak perempuan di depannya.
"Apalagi nih si pembuat onar"
"Jihaaaannn tolong Edhiva dijahatin Gia lagiiii"
"Stop guys, no berantem okay? Ada apa Dhiv kaya ada yang mau diomongin?" Gia meletakkan gawainya di atas bantal.
"OKE, HUH HAH HUH HAH" Edhiva terlihat sangat excited sekaligus grogi. "I GOT PERMISSION FROM MY FATHEEEERRRRRR" Teriaknya membuat Gia dan Jihan yang melihatnya malah kebingungan.
"What for Dhiv? Ngomong yang kelas kek" Bukan Gia kalau ngga sewot.
"Ihhhh for continue my education in London dong my f*cking number one dream Giaaaa" Edhiva menggoyang-goyangkan kedua pundak Gia ke depan dan belakang.
"Wait, WHAT? For real??"
"Ih ngga percaya gitu? Ngga dikasih congrats gitu?" Edhiva melepas genggaman tangannya dari pundak Gia dengan muka kesal.
"Eh ya ngga gitu kan tadi kaget ajaa"
"Hahahaha kalian tuh ada aja deh. Edhiva I'm so proud of you, emang ya kamu keren banget bisa luluhin papi kamu yang bisa dibilang.... Hehehehe" Jihan berhenti berbicara dan tersenyum canggung.
Edhiva mengangguk-anggukan kepala tanda bangga pada dirinya.
"Semangat ya I know you can do it" Lanjut Jihan.
"Okay my turn. Congrats Dhiv, akhirnya selangkah lebih maju buat ngejar mimpi di bidang musik itu, I hope all of your dream really become true. AND ALL OF MY DREAMS TOO" Gia menekankan kalimat akhirnya.
"Yeee tapi hehehe thanks guys kalian juga semangat terus, bucinnya jangan kelawatan ya Jiiii"
"Ihhh iyaa... Oiya Dhiv udah ada pengumumannya kah? Yang pas nginep di rumah aku kan ya daftarnya?"
"Belooommm... Besok pengumumannya hueheheheh gimana donggg gua deg-degan bangeett" Edhiva terlihat sangat gugup. Bagaimana tidak? Dia sama sekali tak mendaftar kuliah apapun di Indonesia karena dia yakin akan sanggup diterima di tempat yang ia inginkan yaitu London, dan biasanya apa yang ia yakinkan akan benar-benar tercapai. "Gua sengaja bilangnya setelah daftar soalnya kalo sebelum daftar gua minta izin pasti bakal diraguin dan ujung-ujungnya gua ngga jadi daftar. Forget that guys oh my god besok gua harus apaaa???"
"Relax Dhiv, you gonna pass that okay"
"Lu bisa kok Dhiv tenang ajaa"
...
"Papi sudah dengar kabar hasil tes kamu dari Mami" Mahardika -Papinya Edhiva- meletakkan sendoknya seraya memulai pembicaraan.
"Iya Pi syukur aku keterima" Edhiva menunduk ragu.
"Iya tau kan tadi Papi bilang sudah dapat kabar dari Mami kamu. Nanti disana ada anak temen Papi juga, bergaulnya sama mereka saja agar Papi masih bisa memantau kamu dengan mudah"
"Ya elah Pi aku juga disana kan mau belajar, emang mau ngapain lagi coba?"
"Pergaulan disana kan bebas Edhiva, kalau tidak dipantau pasti kamu akan terjerumus" Mahardika sedikit meninggikan nada bicaranya. "Itu sudah Papi kirim nomor mereka nanti kamu kontak sendiri, bilang saja kamu putri Mahardika mereka akan langsung kenal" Mahardika beranjak dari kursinya dan tanpa tengok melaju ke ruang kerjanya.
"Iya ngga Pi" Edhiva menjawabnya melas.
"Semangat ya sayang, Mami tau kamu pasti bisa kok. Nanti berteman saja ngga apa-apa kali aja mereka banyak membantu" Mawar mengelus-elus punggung Edhiva, bermaksud menenangkannya.
...
"Halo" Ucap Edhiva pelan. Pasalnya tidak ada satu ucapan pun keluar dari handphonenya, padahal sudah berjalan 30 detik panggilan grupnya.
"Halo?"
Ah! Akhirnya ada satu suara muncul.
"Halo guyyyyssss!! Oke oke sebelumnya mohon maaf aja nih ya kalau nanti kesannya sokap, tapi Papi gua nyuruh buat nyebut namanya ya males sih sebenernya tapi mau gimana lagi gitu kan. Hai, gua anak dari bapak Mahardika, salam kenal guys, oiya karena gua males chat satu-satu jadi gua langsung telpon aja ngga ganggu kan?"
"Buset napas kaga tuh"
Suara yang berbeda menyaut ucapan panjang Edhiva. Suara ini lebih berat daripada yang menyapanya tadi, pikirnya.
"Lo Edhiva?"
"Iya! Gua Edhiva salam kenal ya, lu siapa namanya eh tadi yang ngomong?"
"Gua kira orangnya bakal freak tapi ternyata asik juga"
"Yeee gua mah manusia paling asik sejagat raya. Oke jadi yang tadi bilang gua freak siapa nih namanya?"
"Hahaha gue ngga bilang lo freak yaa, betewe gue Samudera"
"Oke Samudera! Wait wait let me change your contact name first. Yap, ini yang satu lagi ngga mau nyapa gua?"
"Males. Gua Raga"
"Yeuuu oke oke udah gua ganti ya nama lu berdua. Oh iya cuma mau makae sure aja dari awal, please kalo Papi gua nyuruh kalian sesuatu jangan diladenin ya"
"Kenapa emangnya?"
"Hah? Oh ya ngga kenapa-napa sih tapi ya males aja ngga sih kalo ortu nyuruh-nyuruh ngga jelas gitu? Apalagi cuma buat bisnisnya hih males banget. Eh kalian juga pasti relate kan sama guaaaaa"
"Ohh ya males ngga males sih, namanya juga orangtua"
"Ih lu mah kebaikan banget Sam. Pasti Raga ngga gini kan? Kan? Ngga mungkin kan gua berada di tengah dua orang baik hati?"
"Gua diem aja dah perasaan" Akhirnya suara yang Edhiva yakini milik Raga muncul kembali.
"YA MAKANYA NIMBRUNG KEK DARI TADI MAEMUNAH"
"Ya udah ngga usah sewot sih. Lu gila ya Sam? Nih cewe mana warasnya sih aneh gini juga"
"Anehnya seru ngga kaya lo Ga"
"Oke terima kasih ananda Samudera dengan ini saya menyatakan bahwa anda lebih waras dari ananda Raga"
"Enak aja lu"
"Bener sih tapi Ga"
"Iya sih"
"Hahahahahhaah sumpah kalian mood banget sih. Meet up yuk!" Edhiva merebahkan dirinya di atas kasur berseprai hitam miliknya.
"Skip gua sibuk"
"Najis si Raga sibuk buat masalah" Samudera menimpali dengan cepat.
"What?! Raga are you pembuat onar juga?!" Sontak Edhiva bangun. Mendengar bahwa ada orang yang mirip dengannya membuat dia sangat antusias.
"Bahasanya pembuat onar banget gitu ye"
"Hahaha iyaa sorry abisan temen-temen gua suka bilangnya gua gitu sih"
"Biasanya kalo udah diapproved berarti bener sih Dhiv"
"Diem aja lu Sam. Pasti Samudera hidup tentram damai tanpa membuat masalah terus selalu menaati peraturan-peraturan sepele yang dipajang di depan kelas gitu kan?"
"Bener banget Dhiv, hidup dia basi ngga pernah break the rules"
"Kalo gue break the rules lo yang ketar-ketir, Ga"
"Iya sih ya udah jangan"
"Oh iya buat meet up kita twenty four seven nganggur kok. Maksud gue Raga twenty four seven nganggur kok"
"Gua lagi kena"
"Yeyyy berati sabtu ini bisa dong? Bisa lah yaa.. Oke di sbux puteran depan mau ngga?"
"Lu tau rumah kita emang Dhiv?" Raga heran kenapa bisa Edhiva mengetahui puteran depan kompleknya.
"Tau dari Papi. He said rumah kita deketan jadi gua pikir kalian bakal tau sbux depan puteran"
"Oh. Ya udah Sam gua nebeng ya"
"Iyaa"
"Oke guys see you sabtu bye gua matiin ya"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
RomanceTentang hidup di dalam keheningan__ *di cerita ini akan banyak issue yang mungkin ngga semua orang nyaman untuk baca, jadi dimohon kalau udah ngga nyaman jangan dilanjut yaa aku sayang kalian <3