Edhiva sibuk memilih apa yang harus ia kenakan untuk meet up bersama kedua 'Teman Baru'nya itu. Sudah lebih dari 25 menit ia mengganti-ganti pakaiannya.
"Dhiv mau kemana sih perasaan daritadi belum siap-siap juga" Mawar muncul dari pintu kamar.
"Eh Mami, hehehe aku mau meet up sama temen. Bagus yang mana Mi?"
"Sama Gia dan Jihan? Tumben milih bajunya lama. Yang biru bagus tuh Dhiv"
"Bukaannnn... Aku mau meet up sama mata-matanya Papi hehehe. Pas banget Mi, aku juga mikirnya yang biru yang paling bagus, thank you mother" Edhiva mengecup pipi Mawar dan segera menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
...
"Hai guys? Hahah so I'm Edhiva and.. Wait! Biar gua yang tebak nama kalian!" Edhiva memicingkan matanya seakan benar-benar serius menebak. "Oke! Lu Samudera dan lu Raga. Fix ini gua bener sih"
"Okay bills on you ya Dhiv"
"HAH? WAIT! Gua salah dong?"
"Ya iyalah muka ganteng rare kaya gua gini dibilang Samudera? Cih. Gua mau mesen banyak ye sekalian take away"
"Ehhh enak ajaaa tunggu tunggu berarti lu Raga dan lu Samudera? Ih kok gua bisa salah sihhhhh padahal yang penampilannya pembuat onar lu tau Sam"
"Yah lo ngga tau aja Dhiv si Raga berapa kali moles rambut. Tadi gua abis olahraga, sorry ya masih berantakan" Samudera berusaha merapikan rambut dan kerah bajunya.
"Eh ngga kok santai aja. Oke deh just take what you want, bills on me beneran nihhh"
"Harus sih itu mah"
"Emang keliatan ya ternyata 'Raga'nya"
...
Sekitar 2 jam sudah berlalu. Mereka masih asik bercengkrama, tidak seperti orang yang baru kenal melainkan seperti teman yang sudah lama bersama.
Edhiva asik bercerita kisah hidupnya yang konyol, pernah ia memakan jatah makan siang guru dan naasnya terpergok Pak Suhardi guru SMAnya yang terkenal killer, pernah ia menggunting 20 paket origami dan menerbangkannya dari rooftop sekolah saat Jihan dan Harsa jadian, pernah juga ia tak sengaja menyeburkan Gia ke air mancur depan sekolah sebab Gia mengalahkannya dalam beradu argumen. Hidup Edhiva bisa dibilang cukup sempurna untuk diidam-idamkan seseorang, hidup di keluarga terpandang, apapun yang ia inginkan dengan hitungan jari bisa langsung terpenuhi, walaupun suka berbuat hal-hal aneh ia tak pernah sekalipun turun dari 3 besar angkatan, keluarganya pun termasuk pemberi kontribusi terbesar dalam pendirian sekolahnya, makanya sekonyol-konyol apapun ulahnya, Edhiva tidak akan terkena sanksi apapun.
Samudera ikut menceritakan sebagian kisah hidupnya. Dulu hidupnya cukup sederhana, sebelum Bahtiar -Ayahnya Samudera- berhasil memenangkan akuisisi untuk perusahan kecilnya. Ia bersekolah di SD, SMP dan SMA yang selalu sama dengan Raga karena orangtuanya sudah sangat dekat. Samudera sangat menyukai musik, sama halnya dengan Edhiva dan Raga, karena itu juga mereka mengambil kuliah di bidang musik. Jika dipinta untuk memilih, Samudera akan memilih fokus pada karir pianonya.
Raga awalnya tak ingin menceritakan kisah hidupnya, ia pikir itu tak terlalu penting untuk diceritakan kepada orang yang baru saja ia kenal 2 jam, terlebih lagi Samudera akan bosan dengan ceritanya sebab ia juga saksi dari hidup Raga. Namun cukup jengkel baginya terus-terusan mendengar rengekan Edhiva, dan akhirnya pun dia mulai bercerita. Keluarganya tak jauh berbeda dari Edhiva, sudah terpandang turun-menurun karena perusahan keluarganya yang cukup terkenal di Indonesia. Tapi ia tidak pernah melihat itu sebagai peluang baginya, maka dari itu kerjaannya hanya sibuk bergaul-lebih tepatnya mengganggu kehidupan- Samudera. Raga pernah menabrak mobil wakil kepala sekolah dengan motor barunya, ia sering kali skip kelas hanya untuk sarapan bubur yang berjarak 20km dari rumahnya, ia juga sering kali merusak fasilitas sekolah, dan itu semua Samudera lah yang mengatasinya.
Cukup dengan cerita kehidupan masing-masing, dilihat dari berapa jumlah gelas kotor yang sudah tersusun di meja dan 7 piring manisan yang ditumpuk Ediva dengan rapi sepertinya mereka sudah sangat bosan.
"Guys pulang ayo pantat gua udah kebas plis and kalo kita lanjut cerita lagi besok-besok udah ngga ada topik lagi" Edhiva menepuk-nepuk pahanya.
"Ya udah, lo jalan kaki atau mau dianter Dhiv?" Samudera beranjak dan mulai merapikan meja.
"Jalan aja udeh kan deket" Bukannya Edhiva yang menjawab melainkan Raga dengan seenaknya menyimpulkan.
"Ih ya tetep aja kan kalo jalan mah capek, nebeng yey" Edhiva berdiri dengan semangat.
"Bilang aja mau numpang kan lu"
"Ya ngga salah sih hehehe"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
RomanceTentang hidup di dalam keheningan__ *di cerita ini akan banyak issue yang mungkin ngga semua orang nyaman untuk baca, jadi dimohon kalau udah ngga nyaman jangan dilanjut yaa aku sayang kalian <3