000

371 65 2
                                    

💗💗💗

📍Happy Reading 📍
.


Sesosok gadis dengan balutan dress putih tengah berdiri di bibir pantai. Kaki telanjangnya ia biarkan tenggelam dengan putihnya pasir.

Gadis itu terlihat seperti sang Dewi— cantik, satu kata yang menggambarkan wajah gadis itu, meski terdapat kain kasa yang menempel di keningnya, tapi tak melunturkan kecantikannya. Kulit putihnya memerah akibat sengatan dari sang matahari, tapi gadis itu tak merasa terusik.

Wajahnya yang sedikit pucat tak menyurutkan keindahannya. Hidung mancung, bibir merah alaminya, alis yang tergambar sempurna, mata hitam yang indah— tak lupa bulu mata lentiknya yang bergetar membawa kesan jika gadis ini begitu di cintai oleh sang pencipta saat ia di lahirkan di dunia.

Gadis itu tengah memandang air biru yang terbentang luas tanpa batas di depannya, di temani dengan senyum kecil yang menghiasi wajah cantiknya.

Setiap kali ia membutuhkan ketenangan ia akan selalu mendatangi ciptaan Tuhan di depannya ini.

Biru-nya air di depannya membuatnya merasa tenang.  Suara deburan ombak seperti suara melodi yang mengalun merdu di telinganya— kaki telanjangnya yang di hantam oleh ombak-ombak kecil yang semakin membuat tubuhnya merasa nyaman.

Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut hitamnya yang sengaja di gerai— yang semakin membuat perasaan gadis itu seperti dibawa terbang.

Baginya tempat ini adalah tempat terbaik dari segala tempat. Seakan semua permasalahan yang hadir dalam hidupnya akan lenyap begitu saja terbawa oleh gulungan ombak— pikiran gadis itu begitu sederhana.

Gadis cantik itu sekali lagi menghirup aroma khas pantai sebelum menutup matanya, seakan ia tengah tenggelam dalam kenikmatan dunia.

Tapi apa yang mereka tidak tahu, gadis itu sedang mencoba menghilangkan semua rasa sakit yang hadir dalam hati dan pikirannya.

Setetes air mata meluncur bebas di pipi pucatnya. Rasa sakit fisik tak seberapa di banding dengan rasa sakit tak kasat mata. Hatinya serasa di cabik-cabik oleh binatang buas.

Seiring berjalannya waktu, suara Isak tangis kecil mulai terdengar— siapapun yang mendengarnya akan ikut merasakan kesakitan, kesedihan mendalam.

"Aku menyerah." Kata gadis itu pelan dengan suara serak akibat terlalu lama menangis.

"Tuhan, jika dulu aku pernah memohon untuk selalu mengirimkan kebahagiaan untuk mereka— maka kini aku memohon, tolong hancurkan kebahagiaan mereka, Tuhan." Kembali setetes kristal bening meluruh membasahi pipinya.

Gadis yang selalu menampilkan kesederhanaan dan tutur kata lemah lembut— tiba-tiba saja meminta permohonan kejam seperti itu, hal ini menandakan jika apa yang sedang di alaminya begitu membuatnya marah dan putus asa.

Banyak hal yang sudah ia korbankan untuk mereka, tapi balasan mereka begitu menyakitkan.

"Tuhan, aku lelah." Gadis itu kembali membuka matanya, ia menatap langit biru di atasnya, "Kau mengirim luka tanpa ada penawarnya."

Gadis itu terduduk di pasir pantai dengan tangisan sakitnya. Ia kembali mengingat perlakukan orang-orang yang ia sayangi— tapi tidak dengan mereka, orang tua, adik dan kakaknya. Mereka mempertahankan kehadirannya hanya sebagai wadah untuk sang adik.

Tepatnya delapan tahun yang lalu saat usianya baru saja menginjak sepuluh tahun, ia masih merasa bahagia sebelum sang adik hadir di keluarga mereka. Ia hanya tahu jika sang Ayah membawa pulang sesosok gadis seusianya yang mengatakan jika gadis itu akan menjadi adiknya. 

Destined with, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang