Part.3.

537 66 4
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💗💗💗

📍 Happy Reading 📍

______


Casia menatap empat gundukan tanah di depannya dengan mata merah. Siapapun yang melihatnya akan berpikir jika gadis itu tengah dilanda emosi menahan rasa sakit, siapa yang tidak sakit melihat keseluruhan keluarganya meninggal, meninggalkan-nya seorang diri.

Bibi Mely hanya bisa merangkul mendampinginya, "tidak apa jika kau ingin menangis, jangan di tahan Casia." Ucap Bibi Mely.

Satu tetes-dua tetes akhirnya Casia berhasil mengeluarkan air matanya. Hal itu membuat Bibi Mely sedikit lega, ia menarik Casia kedalam pelukannya. "Tidak apa, semua akan baik-baik saja."

Setelah acara pemakaman selesai— beberapa saat kemudian, Bibi Mely membawa Casia pulang.

"Bibi Mely— pulanglah, aku baik-baik saja."

Bibi Mely mengamati wajah Casia sebentar sebelum membuang nafasnya pelan. "Tuhan lebih mencintai keluargamu Casia. Jangan terlarut dalam duka— semua sudah menjadi takdir Tuhan."

Casia tersenyum tipis, "Aku mengerti, Bibi Mely."

"Baiklah, Bibi Mely akan pulang— jika butuh sesuatu hubungi aku atau kau bisa pergi kerumahku." Ucapnya, "jangan lakukan hal bodoh, Ada banyak hal luar biasa menantimu di luar sana."

Casia mengangguk, "Jangan khawatir Bibi Mely, mungkin Tuhan menyisakan-ku untuk mengirim Doa untuk Ayah, Ibu, Kakak-Angel. Pulanglah Bibi Mely, aku baik-baik saja." ucapnya meyakinkan.

------

Apa yang tidak di ketahui Bibi Mely setelah kepulangannya— Casia tidak lagi berpenampilan menyedihkan, sebaliknya wajah gadis itu sangatlah ceria.

Casia menghela nafas penuh sesal menatap langit lewat jendela, "maafkan aku— aku terlambat membalas perlakuan buruk mereka padamu. Sebagai gantinya, aku akan merawat tubuh ini dengan baik dan berusaha membuat-nya selalu bahagia." janjinya.

Ia menutup matanya, "Aku harap kau bahagia di sana, menemukan orang-orang yang mencintaimu, menyayangimu dengan tulus. Aku mendoakan yang terbaik untukmu, dan terimakasih." Doa-nya pada pemilik tubuh sebelumnya.

Casia menikmati kehidupan-nya dalam diam selama beberapa hari ini, ia berusaha keras memulihkan tubuhnya dari cidera sebelum melatih kekuatan-nya kembali. Ia cukup bersyukur beberapa keahlian-nya masih mengikutinya, sejak lahir ia sudah di bekali dengan pendengaran tajam, selain itu tangan-nya dulu memiliki keahlian dalam melakukan beberapa hal, memainkan senjata, memainkan benda tajam, merawat luka, menarikan jari-jarinya di atas keybord

Ia bersyukur ketakutannya tidak membuahkan hasil, hanya saja sedikit lebih lambat di banding sebelumnya, mengingat ia masih menyesuaikan keadaan tubuh-nya saat ini.

Destined with, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang