Belum apa apa udah ada hidden reader aja hha... Aku up sebelum ramadhan, setelah itu ini book Hiatus sampai selesai ramdhan. vote nya deck!!!
..
Zendra Daud Arta itu kini tengah menatap tajam ketiga laki-laki didepannya. Ke empat adam ini berada di lapangan, ketiga murid laki-laki yang telat akan hormat pada bendera.
Dua murid kelas 11 dengan berjenis kelamin laki-laki dan satu nya lagi adalah Rana Saputra.
Zendra menatap Rana sekilas lalu menghela nafas. Ia mencatat poin mereka, memasukkan min pada nilai kerapihan dan keterampilan mereka.
Ini mungkin sudah yang ke 3 kali nya dalam sebulan ketiga adam itu dapat hukuman karena bolos pada upacara bendera dihari senin pagi.
Jujur, sebagai osis Zendra lelah. Lelah pada murid-murid yang tidak taat atas kewajiban sebagai siswa sekolah. Mereka yang seperti ini hanya membuat ektra kerja nya saja.
"Kalian boleh selesai saat jam pelajaran kedua. Jika tidak menurut, saya panggil orang tua kalian." Ucap Zendra memberi tahu dengan tegas. Setelahnya dia berjalan pergi.
"Huu, dasar babu sekolah!" Umpat seseorang dari salah satu tiga murid itu. Tapi jelas tidak mungkin Rana Saputra.
"Haha! Babu sekolah saja bangga!" Salah satunya berujar lagi. Zendra tidak perduli apa kata mereka. Biarpun babu sekolah, dia sering mengharumkan nama sekolah.
"Psst, Ran, ejek ketos sana!"
"H-huh?"
"Ck! Ejek!"
"D-dasar ketua osis suruhan sekolah!" Ini Rana yang ucap.
"Babu, gitu aja bilangnya!"
Zendra berhenti dari jalannya, dia masih sepertiga dari jalan. Ia memutar, menghampiri ketiganya dengan wajah tak bersahabat.
Zendra segera menarik lengan Rana. Masih dengan tatapan setajam elang yang pupilnya menuju dua orang dengan penampilan seperti preman.
"Jika kalian pergi sebelum pada waktunya. Lihat saja, skors 2 minggu!!" Ujarnya dengan ketus sampai akhirnya menarik Rana pergi dari sana meninggalkan berandalan itu yang dengan hati geram.
"Ouch, sakit.." ringis Rana pelan. Kedua nya sampai di lorong kelas yang sepi karena bell sudah berbunyi pada 10 menit yang lalu.
"Lo ikutan bolos sama mereka?" Tanya Zendra dengan tatapan dingin namun menusuk. Ia marah, entah kenapa. Bahkan nadanya meninggi.
"T-tapi mereka mengajakku-"
"Apapun itu tetap salah!" Potong Zendra marah. Lorong sepi itu kini penuh dengan suara Zendra yang menggema.
"Mereka beliin aku bakso beranak kalau aku bolos.." tuturnya pelan. Zendra mengernyit heran, "lalu?"
"A-aku belum sarapan.." jawab Rana sembari mengelus pergelangan tangannya yang sedikit memerah.
Zendra terdiam. Ia menghela nafas kasar, mengerti apa maksud Rana.
"Apapun itu.. jangan pernah melakukan hal yang tidak baik walaupun mereka memberimu sesuatu, Rana." Tangan Zendra terulur untuk mengambil lengan kiri Rana, mengusap pelan pergelangan tangan itu.
Rana yang mendapatkan sentuhan lembut dari sang ketua osis pun hanya berdiam diri. Ia mengangguk untuk perkataan Zendra yang sebelumnya.
"Sekarang masuk ke kelas."
"Tapi aku sudah telat.."
"Gue cariin alesan buat lo. Nah, ayo."
Rana mengikuti Zendra ke kelas. Sekarang tangannya digenggam pelan seakan takut melukai lengannya lagi, padahal tadi Zendra menariknya dengan sepenuh kekuatan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childlike Boy
Teen FictionKisah ketua osis dengan good boy yang terseret pergaulan tidak bagus, dan dia juga Childlike (kekanak-kanakan).