"Selamat pagi, Azaamm!" sapa seorang gadis yang tengah tersenyum manis di depan kelas XI IPA 3. Namanya Kaia Ayara, salah satu cewek populer di sekolahnya. Matanya sipit khas gadis Tionghoa, bentuk wajah yang sedikit chubby dengan lesung pipi di sebelah kiri, bibir tipis yang terlapisi sedikit liptint berwarna pink, serta rambut sebahunya dibiarkan terurai semakin membuatnya banyak digemari.
"Idih ... ngapain lo pagi-pagi udah di depan kelas gue? Mau jadi satpam kelas?" Suara itu milik Kafeel Azam Hafizhan, ketua OSIS SMA Nusantara sekaligus sahabat Ayara. Keduanya adalah tetangga yang merangkap jadi sepasang sahabat.
"Ih ... si Azam, mah. Gue itu ke sini mau ketemu elo." Azam masih diam dan fokus pada handphone di tangannya. Merasa ucapannya tadi tidak akan menerima respon, Ayara pun kembali membuka suara.
"Ih ... bener-bener ngeselin, ya, lo! Kita sahabatan udah dari orok, tapi lo selalu lupa. Udah, ah, pokoknya gue ngambek," ancam gadis itu kemudian beranjak dengan langkah kaki yang sengaja dihentakkan sangat keras. Meninggalkan pemuda yang tadi diajak bicara, masih dengan ekspresi datarnya.
"Dasar Azam nyebelin, sok-sokan pencitraan, pura-pura cool padahal aslinya rempong. Ah, padahal dua bulan lalu, gue udah bela-belain begadang cuma buat kasih kejutan ke dia. Dia malah nggak ingat hari ulang tahun gue," adu gadis itu pada diri sendiri. Padahal tadi dia sudah berusaha posstive thinking, berharap sahabatnya itu akan memberinya kejutan ulang tahun pagi ini.
Selama perjalanan menuju kelasnya, XI IPS 3, wajah Ayara masih setia cemberut. Mood-nya sedang tidak baik hari ini.
"Woy, kenapa hayo? Pagi-pagi lo udah cemberut aja, biasanya juga masih cekikikan sama Anggun sambil ngegosip nggak jelas."
"Udah, deh! Gue lagi badmood. Kesel gue sama si ketua OSIS sok ngartis itu," ucapnya sambil mengarahkan dagu ke depan kelas, memberi isyarat kehadiran Azam pada Neena, teman sebangkunya.
"Wah ... kayaknya dia mau ketemu sama lo, Ra." Neena tampak heboh sendiri, alisnya tak henti naik turun seperti salah satu wahana yang paling ditakuti Ayara saat berkunjung ke Dufan.
"Nah, kan, dia ke sini. Jangan buang muka gitu, woy!" bisik Neena. Sedangkan Ayara masih setia dengan kekesalannya, enggan untuk menyapa sahabatnya lebih dulu.
"Na," sapa pemuda itu setelah berhasil sampai di depan meja Ayara dan Neena. Tak sesuai prediksinya, Neena nampak kaget karena dirinya lah yang didatangi Azam. Merasa tak membuat kesalahan, gadis hitam manis itu pun berusaha menjawab sapaan tadi dengan santai. Ayara yang duduk di sampingnya masih menatap ke arah lain, tapi dapat dipastikan bahwa daun telinga-nya semakin lebar untuk mendengar setiap percakapan mereka.
"Proposal dana buat acara sekolah yang gue tugasin kemarin, udah selesai lo buat, kan?" Azam kembali bersuara.
"Udah selesai, Zam. Mau lo ambil sekarang?" Pemuda di hadapannya itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Dengan sigap, Neena mengambil proposal yang dimaksud dari dalam tasnya. Sambil sekali-sekali mencuri pandang pada dua orang yang sedang saling puasa bicara itu.
Azam tampak meneliti proposal yang Neena berikan. Alisnya sedikit berkerut saat membaca lembaran proposal yang memuat dana-dana yang akan dipakai saat kegiatan berlangsung, berusaha memastikan tidak ada kesalahan pada proposal itu.
"Oke, makasih, Na. Gue pamit balik ke kelas," ucapnya setelah memastikan semuanya baik-baik saja. Neena hanya mengangguk.
"Aduh, Kaia Ayaraaa! Bodoh banget, sih! Azam, kan, ketua OSIS dan Neena anggota OSIS pastilah dia nyariin Neena, bukan lo!" ucapnya dalam hati, sambil menjambak rambutnya sendiri dengan gemas. Melihat perubahan ekspresi dan keanehan yang ditampilkan teman sebangkunya itu, Neena pun kembali bersuara.
"Ra, emang lo beneran nggak pernah naksir sama Azam, gitu?" Ayara tiba-tiba tersedak minumannya sendiri karena kaget, kemudian melayangkan tatapan tajam ke arah Neena.
"Eits ... woles, dong! Maksud gue gini, Azam, kan, ganteng dan populer. Fansnya juga banyak. Masa lo nggak pernah naksir sama dia? Kalian juga setiap hari ketemu, setiap hari juga main bareng. Masa nggak pernah, sih? Gue aja dulu pernah naksir sama dia, lho!" ungkapnya berapi-api.
Penuturan Neena yang menurutnya tidak masuk akal itu, membuatnya semakin merasa geli dan sedetik kemudian ia pun tertawa keras. "Mphhh ... HAHAHAHA."
"Nah, karena gue sering main bareng sama dia, makanya gue nggak naksir sama si kulkas jadi-jadian. Gue udah sangat kenal Azam, Na. Dan menurut gue, doi nggak se-wow yang orang-orang liat," elaknya.
"Ah ... dasar cewek batu lo, Ra! Gue aja yang orang baru, tau kalo kalian itu punya perasaan yang lebih dari sahabat. Gue yakin baik lo atau Azam pasti ada yang suka, minimal pernah saling suka, deh!" ucap Neena merasa tak terima akan pernyataan Ayara.
"Nggak mungkin, Neena Arunaa! Emang bisa gitu?"
Dengan gemas, Neena menjitak gadis tomboy yang tidak peka itu. "Bisalah! Menurut novel dan beberapa website yang gue baca, lo cuma butuh waktu sembilan detik sampai empat menit untuk tau lo suka atau nggak sama seseorang. Dan lo cuma butuh waktu empat bulan untuk memastikan perasaan lo, apakah lo hanya suka atau benar-benar cinta sama orang itu."
"Hah? Masa, sih?" Nada bicaranya terkesan mengejek.
"Duh, pen gue tabok, nih, anak, ya! Udah nggak pekaan, nggak percayaan juga!" sarkas Neena.
"Gini, deh, untuk buktiin benar atau nggak-nya. Jam istirahat nanti, lo coba ngobrol sama si Azam sambil sekali-sekali lo tatap matanya, sekitar empat menit, deh! Dan kalau lo deg-degan atau salting, berarti dugaan gue benar. Lo suka sama Azam," lanjutnya.
"Oke, gue bakal buktiin kalo gue nggak suka sama Azam dan pernyataan lo pasti salah. Besok pagi bakal gue kasih tau ke lo, deh, Na."
Seakan teringat sesuatu, Ayara tiba-tiba merengek seperti anak SD kepada Neena.
"Ah, gara-gara si Azam nyebelin, nih! Harusnya hari ini gue happy terus minta-mintain kado ke temen-temen gue." ungkapnya kesal, bibirnya terlihat mengerucut seperti anak SD yang tidak diberi jajan oleh ibunya.
"Neenaaa, kado gue mana? Jangan bilang lo juga lupa hari ulang tahun gue."
"Ada, kok. Tenang, ya, Nyonya!" Neena pun kembali meraba-raba isi dalam tas ranselnya.
Kendari, 27 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat tapi Cinta
Teen FictionIni kisah Azam dan Ayara yang tanpa sadar ternyata mereka saling suka. Bersahabat dengan Azam sejak kecil membuat Ayara awalnya mengelak rasa itu. Sampai akhirnya .... "Ah ... dasar cewek batu lo, Ra! Gue aja yang orang baru, tau kalo kalian itu pun...