Part 1 : Gue Suka Azam(?)

10 2 0
                                    

Keesokan harinya, Ayara dengan wajah gusar dan mata yang sedikit bengkak karena kurang tidur pun sudah siap untuk berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Gadis itu sengaja menghindar untuk bertemu Azam beberapa waktu ke depan.

"Ma, Ara berangkat sekolah dulu, ya."

"Lho, Azam mana? Biasanya juga kalian berangkat ke sekolah bareng," tanya Dinda, mama Ayara, merasa aneh dengan sikap putrinya. Biasanya, Azam lah yang akan lebih dulu ke rumah mereka untuk menjemput Ayara. Tapi, pagi ini putri semata wayangnya itu seakan berusaha menghindar dengan berangkat ke sekolah lebih dulu.

Kemudian di depan gerbang SMA Nusantara, setelah mencium punggung tangan papanya, Ayara berjalan dengan cepat menuju kelas dan melewati area parkir. Dengan hoodie kebesaran dan kepala yang ditutup dengan topi hoodie-nya, gadis itu berusaha tak menanggapi tatapan heran teman-teman sekolahnya.

"Ra, jalannya biasa aja kali! Tumben pake hoodie, lagi nggak hujan dan lo tadi naik mobil," ucap Azam yang tiba-tiba sudah berjalan sejajar dengannya.

"Ah, ngagetin aja lo! Tumben jam segini udah nyampe, biasanya juga masih di jalan," ucapnya tanpa menatap sang lawan bicara.

"Nyenyenye ... tumben jam segini udah nyampe, biasanya juga masih di jalan," sewot pemuda itu seperti cewek-cewek biang gosip di kelasnya.

"Jam segini gue masih di jalan juga karena nungguin lo siap-siap, kunyuk! Lagian, lo ngapain, sih, pake acara berangkat duluan? Lo masih marah sama gue? Kan, udah gue traktir kemarin," lanjutnya merasa tak terima karena ditinggal berangkat lebih dulu oleh sahabatnya itu.

"Ya, maaf. Gue tadi ada urusan, jadi sekalian nebeng sama Papa. Ish ... lagian lo ketua OSIS atau bukan, sih? Nggak ada kerjaan banget, pagi-pagi udah ngomel-ngomel nggak jelas. Heran gue, fans-fans lo, kok, bisa bilang lo cowok cool. Padahal itu semua pencitraan, kan, biar lo banyak yang naksir?" Sambil mendorong tubuh Azam untuk menjauh darinya, gadis itu pun balik mengomel.

"Idih ... gue kayak gini juga sama lo doang, Ra. Kenapa mata lo bengkak, gitu? Habis begadang ngedrakor, ya? Gue laporin tante Dinda, tau rasa lo!"

"Ih ... apa, sih, Zam? Gue tabok, nih, mau?"

Setelah perdebatan panjang yang cukup membahayakan keadaan jantung, lambung, dan kakinya, akhirnya Ayara sampai di kelas dengan selamat. Dengan helaan napas lega, gadis itu pun menjatuhkan bokongnya di atas bangku kemudian menenggelamkan wajah pada lipatan tangannya di atas meja. Seakan baru mendapat kenyamanan dan berniat melanjutkan tidur, ternyata bel tanda apel pagi pun berbunyi.

***

"Ra, kenapa? Sakit? Tumben berantakan, muka lo juga nggak secerah biasanya. Nggak takut penggemar lo pindah haluan?" ucap Neena, berusaha memecah keheningan yang sejak tadi terjadi di antara dirinya dan Ayara. Setelah menunggu beberapa menit, namun teman sebangkunya itu masih enggan untuk berbicara dan merasa memiliki banyak waktu untuk ngobrol karena guru-guru sedang ada rapat, Neena kembali membuka suara.

"Ngomong-ngomong, gimana kemarin? Udah dapat jawaban?" Seakan tertarik dengan topik pembicaraan tersebut, akhirnya Ayara mau berbicara.

"Ah, semua gara-gara lo, Naa. Coba aja. Lo nggak nyuruh gue ngelakuin itu kemarin, pasti hari ini gue bakal baik-baik aja," sungutnya penuh emosi.

"Lah, gue? Gue nggak apa-apain lo. Tinggal jawab aja, kenapa? Jangan bilang lo s...."

"Iyaaa, gue suka sama Azam. Ish ... nyebelin! Gara-gara mikirin si kunyuk, cantik gue pagi ini nggak paripurna lagi. Dasar Kafeel Azam Hafizhan nyebelin! Bisa-bisanya gue dibikin suka sama dia. Untung kalo dia juga suka sama gue, kalo nggak. Gimana, Neenaa?" rengeknya merasa tak terima akan kebenaran bahwa dia menyukai sahabatnya sendiri.

Seakan sedang berpikir keras, Neena tampak diam beberapa saat sambil beberapa kali mengetik sesuatu pada telepon genggamnya. Ayara yang masih merasa lemas karena asam lambungnya naik saat bertemu Azam tadi, akhirnya kembali menenggelamkan wajah pada lipatan tangannya tanpa semangat.

"Nah, kaaann! Gue semakin yakin, kalo itu love language-nya si Azam," pekik Neena cukup keras sehingga mampu membuatnya menjadi pusat perhatian beberapa orang teman sekelasnya. Ayara yang juga merasa kaget, tak luput dari orang-orang yang memperhatikan keanehan yang Neena timbulkan.

Merasa sadar akan suasana awkard yang diciptakannya sendiri, si pembuat kehebohan itu pun kembali menetralkan ekspresi wajahnya dan beralih pada Ayara yang masih menatapnya bingung.

"Ra, coba baca ini, deh!" Kemudian Neena mendekatkan telepon genggamnya. Ayara yang penasaran, mau-tidak mau mendekat juga ke arah teman sebangkunya itu. Dahinya berkerut setelah membaca sebuah artikel di kolom pencarian sahabat absurd-nya itu.

Cek 9 Tingkah Pria untuk Memastikan bahwa Dia Naksir Kamu, kurang-lebih seperti itulah judul artikel yang dibaca Neena. Seakan paham akan arti tatapan tidak mengerti dari Ayara, Neena mulai menjelaskan.

"Jadi gini, Ra, sejauh yang gue perhatiin tentang gerak-gerik Azam ke lo, semuanya hampir sesuai dengan apa yang dibilang di artikel ini. Nah, yang paling gue ngerasa wow­ adalah poin ketiga ini."

"Saat berbicara, dia akan mendekatkan dirinya padamu, bersikap beda terhadapmu saat sendiri dan sering beradu kontak mata? Emang Azam kayak gitu ke gue? Kayaknya nggak gitu, deh! Dia aja kalo ngomong sama gue, selalu lihat ke arah lain. Si kunyuk juga suka ngejek gue," debat Ayara, membantah semuanya.

"Ish ... nih anak, ya! Dikasih tau, ngelak terooss! Dia kalo ngomong sama lo selalu liat ke arah lain, mungkin karena dia lagi coba 'jual mahal' kayak di poin nomor empat ini."

"Ingat, Ra! Dia selalu ngejek lo, bisa aja dia lagi cari perhatian. Biar kalian bisa selalu ada topic ngobrol. Peka dikit, dong!" cetus Neena yang telak membuat Ayara tidak mempunyai kata-kata lagi untuk mengelak.

Hening beberapa saat karena sebuah notifikasi yang masuk di handphone Ayara. Matanya terbelalak saat melihat isi pesan tersebut. Ia tampak menimbang sesuatu.

"Na, g ... gue diajak main sama Azam habis pulang sekolah. Ini gimana? Gue kayak nggak sanggup, deh, jalan sama dia sekarang-sekarang ini," ungkapnya gugup.

"Lho, pulang sekolah nanti, kan, ada jadwal rapat untuk acara perpisahan kelas XII. Emang ditunda, ya? Kok gue nggak tau." Neena tampak bingung, kemudian ikut mengecek grup OSIS di ponsel pipih putihnya.

Keduanya pun tampak kembali asik dengan ponselnya masing-masing. Ayara memilih untuk membaca cerita kesukaannya yang ada di aplikasi orange, tempat para remaja sepertinya ber-halu-ria. 

Kendari, 27 Maret 2022

Sahabat tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang