Bab 12

667 44 0
                                    

***Rating M untuk seksual eksplisit konten. Bacalah dengan bijaksana. 

✧ ✦ ✧

Pansy dan Hermione baru saja duduk di bangku di luar sebuah toko di Diagon Alley ketika rusa jantan perak itu hidup di depan mereka. Tanduknya tinggi, lubang hidungnya melebar, ia memandang ke bawah ke arah mereka. "Pulanglah," katanya dalam suara Harry, tegang dengan emosi yang tidak bisa dikenali Hermione. "Pulang sekarang. Dia membutuhkanmu."

Hermione dan Pansy bertukar pandang dengan cepat dan terkejut, lalu melompat dari bangku. Pansy meraih tas belanja; Hermione meraih tumpukan bukunya. Mereka berputar di tempat pada saat yang sama, keduanya mendarat di taman belakang townhouse. Mereka bergegas melewati dapur bersama, tas dan buku dilemparkan ke atas meja, dan menyusuri lorong ke ruang depan.

Harry menahan dengan kedua tangan di bahu Draco, menahannya di kursi besarnya. Mata Draco tertutup dan wajahnya putih. Tidak pucat seperti biasanya, tapi putih. Rambutnya acak-acakan; tangannya terlihat gemetar.

Harry melihat dari balik bahunya dan ekspresi lega yang melintas di wajahnya hampir menakutkan. "Syukurlah, kau di sini."

Harry berbalik ke Draco. "Malfoy! Dia di sini. Dia di sini, Dammit!"

Draco membuka matanya.

Hermione tidak yakin apakah dia atau Pansy yang terkesiap ketakutan. Pupil mata Draco meledak seluruhnya, matanya hitam bahkan tanpa cincin abu-abu. Hermione memperhatikan Draco mencari disekeliling tanpa melihat satupun dari mereka. "Tuanku," gumamnya. "Aku mengecewakanmu. Aku tidak tahu itu dia."

"Malfoy," kata Harry lagi. "Dia—maukah kau ke sini?" Harry meraih ke belakang dan meraih Lengan Hermione, menarik pergelangan tangannya untuk berdiri di depan Draco.

"Aku?" Hermione  berkata. Ketika Harry mengatakan 'dia di sini', dia mengira yang dia maksud adalah Pansy. Draco teman lamanya, orang yang paling mengenalnya. "Apa yang terjadi-"

Kepala Draco tersentak mendengar suaranya. Dia bergerak lebih cepat daripada Hermione bisa bereaksi, menerjang ke depan untuk melingkarkan kedua lengan di sekelilingnya. Dia menariknya ke pangkuannya dan membenamkan wajahnya ke dalam rambutnya, cengkeramannya begitu erat hingga Hermione hampir tidak bisa bernapas.

"Dia menginginkanmu," kata Harry. "Memerintahkanku untuk membawanya padamu. Mencoba meyakinkannya untuk pergi ke rumah sakit sebagai gantinya dia malah memukulku." Dia menunjuk ke memar keunguan di rahangnya, yang—memperlihatkan tentang ukuran dan bentuk kepalan tangan Draco.

"Apa yang terjadi, Harry?" Hermione menuntut, mencoba untuk melonggarkan pegangan Draco sehingga dia bisa berbalik. Bahkan melalui kemejanya, tangan Draco membeku, jari-jarinya begitu dingin sehingga dia tidak akan terkejut jika dia memegang es. Draco menempel padanya, bernapas panas dan cepat di lehernya, menarik napas panjang dalam-dalam dan menghembuskan napas cepat seolah-olah dia mencoba untuk menghirup  dalam setiap molekul aromanya.

"Aku tidak tahu. Penyelidikannya sore ini. Itu berjalan—ada yang salah. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi itu—Tidak ada yang seharusnya terjadi. Itu bukan prosedur. Penyelidikannya tidak pernah seperti itu sebelumnya. Ada yang tidak beres dan aku akan mencari tahu persisnya apa itu." Harry menoleh ke Pansy. "Aku harus kembali ke Kementerian. Semua orang akan lembur malam ini. Kirimi Burung Hantu untuk Narcissa, katakan padanya bahwa Malfoy—"

Harry memandang Hermione dan mendorong satu tangan menembus rambutnya. "Katakan sesuatu padanya. Hanya saja, jangan—kebenaran." Dia bersumpah dalam Parseltongue.

Hermione berteriak saat cengkeraman Draco mengencang, seluruh tubuh Draco gemetar di bawahnya. Hermione menekankan tangannya ke dadanya dan detak jantungnya berdebar di bawah telapak tangannya. "Harry, apa—"

Bring Him To His KneesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang