Bab 16

317 11 1
                                    

Draco memeriksa botol dan gelas, menggoyangkan alkoholnya, lalu melirik ke pintu kamar tidur yang tertutup. Leher botol alkohol bergetar di gelasnya saat dia menuang. Saat dia meletakkan botolnya, dia melenturkan jari-jarinya untuk meredakan guncangannya. "God's sake, man," gumamnya pada dirinya sendiri. "Kau tidak segugup ini saat pertama kali."

Meskipun, pikirnya, saat itu dia belum merencanakan rayuan terhadap wanita yang ia idam-idamkan selama tiga tahun. Sudah berminggu-minggu, dia dan Hermione saling menggoda. Awalnya keduanya berpikir sbahwa mereka tidak saling tertarik. Berpikir bahwa yang mereka lakukan selama ini hanyalah akting. Tidak disangka ketegangan yang tidak diharapkan oleh keduanya akan terjadi.

Sekarang, mereka telah belajar lebih baik, mengatasi kesalahpahaman dan menyadari bahwa mereka menginginkan satu sama lain, lalu semakin condong ke arah menggoda. Sehari sebelumnya, dia menemui Hermione di bagian kearsipan utuk menjemputnya. lalu, dia menciumnya yang dimana hal itu berubah menjadi salah satu momen paling bersemangat yang dia alami dalam hidupnya.

Baru setelah dia menerima tatapan aneh dari petugas yang mengantarkan pos di mejanya, dia menyadari Hermione telah membuka salah satu kancing kemejanya karena terburu-buru untuk merasakan kulitnya.

Kita tidak seharusnya melakukan itu di tempat kerja, gumam Draco di rambutnya, dan Hermione mencengkeram kerah bajunya, menaiki tubunya, roknya naik ke pinggul saat gadis itu melingkarkan kaki di sekelilingnya. Menempel padanya, berciuman dalam-dalam, mengulurkan tangan untuk melepas kacamatanya. Tentu, Draco meraih pergelangan tangannya dan menatap matanya. Mendorong punggungnya ke dinding, tangan menggeser pahanya, menggeseknya. Hermione menggigit bibirnya, memohon padanya dengan berbisik. Satu tangan di bawah roknya, satu tangan lagi menutupi mulut untuk meredam tangisannya. 

Setelah itu, semua kabur. Yang bisa dia cium selama tiga jam berikutnya hanyalah garam, musk, dan Hermione tentu saja. Setiap kali dia memikirkan apa yang telah mereka lakukan, kacamatanya mulai berkabut. Dia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Tidak ketika dia tahu itu adalah awal dari sesuatu yang ingin mereka lakukan nanti.

Malam ini.

Dia duduk di sofa Chesterfield, berhati-hati agar ujung kerah kemejanya tidak kusut. Menyeruput wiskinya, dia memperhatikan pintu kamar tidur. Hermione memberitahunya dengan tegas bahwa dia ingin gaunnya menjadi kejutan. Draco tahu warnanya biru, tapi hanya itu.

Draco mengetukkan jarinya pada 3 kotak beludru yang terletak di meja di sebelah sikunya. Biru, jadi dia memilih batu safir dari brankas Malfoynya. Draco mengambil yang terbaik: sebuah anting dan kalung dengan batu safir besar yang dikelilingi berlian. Jika gadis itu berfikir anting dan kalungnya terlalu berlebihan, dua pilihan lainnya jauh lebih sederhana.

Jauh lebih mahal, tapi lebih sederhana.

Draco menyalakan rokok dengan menjentikkan jarinya lalu memperbaiki dasi kupu-kupunya. Sebuah kertas pamflet kecil telah menunggu di tempat tidur ketika mereka tiba, merinci jadwal dan acara malam itu. Draco tidak yakin demonstrasi apa yang mungkin ingin dilihat Hermione, meskipun dia curiga lilin dan tali setidaknya berperan dalam beberapa hal.

Draco tidak keberatan dengan hal itu, tapi harus diakui, Dia punya ide sendiri untuk wanita itu. Dia melihat kertas pamfletnya lagi, memperhatikan dengan cermat betapa ramainya coretan lingkaran, bintang, dan garis bawah, menggunakan hal itu sebagai panduan untuk rencananya.

Draco menyandarkan kepalanya di sofa untuk meniupkan cincin asap rokok ke langit-langit, mencoba untuk tidak mengingat kapan terakhir kali dia duduk di tempat ini. Hermione berlutut di antara kedua kakinya, tangannya bergerak, lidahnya berputar–

Draco mendengus dan mengusap keningnya, lalu menjatuhkan tangannya dan mengusap kemaluannya yang bergerak-gerak. Bahkan memikirkannya saja sudah membuatnya mengeras. "Pelan-pelan," katanya pada diri sendiri, lalu menghabiskan wiskinya. "Kau punya waktu semalaman."

Bring Him To His KneesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang