Haikal melangkahkan kakinya memasuki halaman sekolah yang menjadi tempat tujuannya pagi ini. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 06:30 pagi. Tapi, anehnya sekolah masih tampak sepi. Dan sepertinya, hanya Haikal dan juga staf kebersihan yang ada di sekolah pagi ini.
Haikal terus melangkahkan kakinya memasuki lorong-lorong kelas. Sampai akhirnya, langkah kakinya berhenti tepat di depan sebuah kelas yang bertuliskan Kelas XI IPA 1.
Haikal masuk ke dalam kelas tersebut lalu mendudukkan bokongnya disalah satu bangku yang ada disana. Bangku paling pojok yang terletak dibagian belakang kelas inilah yang menjadi temannya selama hampir 2 tahun. Bangku yang penuh kenangan. Karena disitu pulalah Haikal bertemu dengan sosok Nandra.
Berbicara tentang Nandra, dia adalah teman pertama Haikal ketika baru masuk SMA dulu. Entah apa yang membuat mereka menjadi dekat. Tapi yang jelas, mereka terlihat seolah saling melengkapi satu sama lain.
Haikal mulai mengeluarkan beberapa alat tulis dan menaruhnya diatas meja. Mengambil sebuah buku gambar berukuran sedang dan juga sebuah pensil. Pagi ini, Haikal ingin sekali menggambar sesuatu. Pandangannya seketika jatuh pada kondisi di luar.
"Indah." Ujarnya pelan.
Jari jemari itu mulai bergerak diatas kertas. Melukiskan pemandangan indah diluar sana yang sangat sayang untuk dilewatkan. Haikal begitu fokus sampai tak menyadari suasana disekelilingnya yang sudah mulai ramai.
Sampai pada akhirnya sebuah suara yang sangat dikenalinya terdengar. "Kal woy."
Tepukkan seseorang dibahunya menyadarkan Haikal dari keterfokusannya. Dia menoleh dan mendapati Nandra sedang berdiri dihadapannya sambil menampilkan senyum jahilnya.
"Ada apa Na?" Tanya Haikal pada sahabatnya itu.
"Gak, lo tu fokus banget sih ngegambarnya sampai gak sadar gue disini." Ujar Nandra.
Haikal hanya manggut-manggut saja menimpali ucapan temannya itu. Fokusnya kini kembali pada kertas dihadapannya. Dirinya kembali menggerakkan pensil ditangannya itu dengan telaten. Menggambar pemandangan indah di luar.
"Wihh, bagus banget gambaran lo Kal. Hebat bener sih temen gue ini." Ujar Nandra sambil berdecak kagum melihat gambar yang dibuat Haikal meskipun masih setengah jadi.
Haikal hanya terkekeh menanggapi ucapan temannya itu. Lantas dia menjawab. "Sebagus apapun gambar yang gue buat, tetap aja gak bakal bisa buat abang-abang gue bangga. Gue anak yang gak berguna banget ya. Bukannya belajar, tapi malah asik ngeggambar." Ujar Haikal tiba-tiba.
Nandra yang mendengar penuturan dari sahabatnya itu pun kembali menimpali.
"Lo itu berguna Kal. Lo anak yang pinter asal lo tau. Gambaran lo juga bagus. Gue yakin nih, ntar kalau lo ikut lomba pasti lo bakalan menang. Dan suatu hari nanti, gue yakin lo pasti bakalan bisa buat abang-abang lo bangga sama diri lo."Haikal menoleh ke arah Nandra dan tersenyum. "Gitu ya?"
"Iyalah. Lo tuh seharusnya bangga sama diri lo sendiri. Lo tuh hebat kal. Dan yang paling penting lo tuh berguna. Jadi, jangan mikir yang aneh-aneh deh." Ujar Nandra sambil sesekali menepuk pundak sahabatnya itu memberi semangat.
Haikal hanya manggut-manggut mendengar ucapan dari sahabat karibnya itu.
"Eh Kal, denger-denger bakalan ada lomba ngegambar loh. Lo mau ikutan nggak?" Ujar Nandra tiba-tiba setelah menarih tasnya diatas meja.
Haikal menoleh ke arah sahabatnya itu dengan tatapan yang tak terbaca.
"Woy, Kal. Lo dengerin gue ngomong nggak sih?" Tanya Nandra kesal karena tak mendapat respon apa pun daro sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Untuk Haikal
FanfictionBahkan untuk bertahan saja rasanya sulit. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman namun malah menjadi tempat siksaan paling mematikan. Tiada hari tanpa air mata dan kesakitan. Tubuh dan jiwa ini seolah mati rasa menerima badai siksaan yang ta...