SATU

1.4K 145 28
                                    

Di dalam kamar kosan dengan ruangan yang cukup luas itu, beberapa barang sudah masuk ke dalam kardus, dan sebagian lagi hanya dilapisi kain putih. Itu adalah fasilitas tambahan dari pemilik kosan.

Kim Taehyung dengan wajah murungnya memasukkan beberapa buku dan baju ke dalam koper coklatnya. Dibantu dengan sahabatnya, Park Jimin yang kini sedang memindahkan beberapa kardus ke dalam mobil pick up sewaannya.

Alasannya pindah dari kosan ini adalah, terlalu banyak kenangan yang tak terlupakan dari sang mantan kekasih yang telah menghianatinya. 4 tahun saling bercanda, tertawa, bahkan menangis bersama di dalam kosan tersebut. Taehyung tidak kuat menahan seluruh rasa kecewa terhadap kenangan manis bersama mantan kekasihnya.

Ia berharap dengan pindahnya dirinya dari kosan tersebut dapat membuatnya berpindah hati.

"Ada lagi, Tae?"

Taehyung tersentak dari lamunannya, lalu menggeleng menjawab pertanyaan Jimin. "Nggak ada."

Jimin menghela napasnya, ia sangat kasihan melihat sahabatnya yang murung sejak seminggu yang lalu. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau sahabatnya diputuskan sepihak.

"Udahlah galaunya, geli anjir liat lo galau semingguan." Jimin memukul bahu sahabatnya itu. "Mana muterin lagu Hati yang kau Sakiti nya Rossa mulu."

Taehyung terkekeh kecil. "Lagu galau yang gue tau itu doang, Jim."

"Lain kali gue kasih playlist spesial lagu galau."

"Pacaran aja kaga pernah, sok sokan punya playlist galau, hahaha."

Jimin ikut tersenyum, melihat sahabatnya tersenyum lagi membuat hatinya ikut hangat.

"Walah belum berangkat toh le?"

Bapak pemilik kosan tersebut muncul dari balik pintu kosan. Menenteng dua tas kertas berwarna kuning yang terlihat penuh dengan barang.

"Hehe, belum pak."

Bapak pemilik kosan itu pun memberikan dua tas kertas kepada Taehyung dan Jimin. "Oleh-oleh dari bapak, masing-masing satu. Terima kasih ya le udah mau tinggal disini."

"Loh, saya yang harusnya kasih oleh-oleh pak, saya juga makasih banget udah diizinin buat tinggal disini."

Bapak itu menepuk pelan pundah Taehyung. "Sama-sama le. Saya rada sedih nih ditinggal sama kamu, yang rajin banget bayar bulanan. Yang lain mah nunggak mulu, termasuk nak Jimin."

"Ish, bapak. Saya rajin kok bayar bulanan." Jimin merasa tak terima.

Bapak itu tertawa terbahak-bahak. "Haduh, saya bercanda le."

Taehyung ikut tertawa melihat ekspresi kesal sahabatnya itu. Jimin memang tinggal di satu kosan yang sama. Hanya saja, kamar Jimin berada di lantai dua.

"Ya sudah, pak. Saya izin pamit ya, bapak sehat-sehat disini ya. Lain kali saya kunjung ke sini." Taehyung menjabat tangan bapak itu tanda memberi salam.

Bapak itu membalas jabatan tangan Taehyung. "Iya, le. Kamu juga sehat-sehat di kosan baru. Kalo ga betah, pindah sini lagi ya."

"Haha, bapak bisa aja. Saya jalan ya pak."

"Iya, hati-hati, le."

+'+

Keduanya telah sampai di sebuah gedung bertingkat tiga dengan banyak kamar, itu adalah gedung kosan baru Taehyung. Gedung ber-cat abu-abu dengan pagar hitam itu tampak sangat mewah. Jimin sampai mengecek kembali maps yang sedari tadi membawanya kemari.

"Ga salah sih, emang ini gedungnya kok." Ucap Jimin.

Taehyung masih melongo melihat bangunan tersebut. "Ini ga salah harga, kan? 800rb per bulan?"

Jimin menggeleng, "Nggak kok."

Taehyung berdehem, kemudian memencet bel yang tersedia di pagar kosan tersebut. Suara bel yang lumayan keras membuat keduanya terkesiap kaget.

"Buset, yang punya kosan rada budeg kah? Kenceng banget kayak bel sekolah."

Taehyung membekap mulut sahabatnya yang dinilai kurang ajar itu, lantaran dirinya mendengar sahutan dari dalam bangunan. Derap langkah semakin mendekat, akhirnya pintu pagar pun terbuka, menampilkan sebuah sosok.

Seseorang dengan kulit putih dan rambut hitam legam muncul dari balik pagar. Hanya memakai sweater oversive dan juga celana pendek selutut. Seorang laki-laki yang tidak terlalu tinggi dan paras yang imut membuat keduanya tercengang.

"Kakak yang mau nyewa kamar kos ya?" Suaranya yang lembut bak kain sutra itu menyapa telinga keduanya.

Taehyung mengangguk kaku. "I-iya. Bapaknya ada?"

Sosok itu mengangguk dan membuka pagar lebih lebar. "Masuk aja, kak. Ayah ada di dalem, lagi nunggu kakaknya."

Taehyung tampak seperti seseorang yang tengah ditunggu untuk memberikan penjelasan karena telah memacari anak semata wayangnya. Ia menelan ludah susah payah lalu mengekori lelaki manis itu masuk ke dalam rumahnya.

"Bening banget, Tae. Buat gue, ya?"

Tatapan taehyung menajam. "Ngomong sekali lagi, gue sumpel mulut lo pake kaos kaki."

Ketiganya masuk ke dalam rumah, terlihat seorang pria tua berusia sekitar 50 tahunan itu sedang minum secangkir kopi dengan sebuah koran yang tengah ia baca.

"Pak, anu. Korannya kebalik." Jimin kembali bersuara.

Pria yang sedang pura-pura membaca itu berdehem. "Cara baca zaman sekarang. Kamu muda-mudi mana tau. Sibuk main game di ponsel."

Keduanya tercengang seperti dipukul oleh kenyataan. Lalu keduanya dipersilahkan duduk dan menikmati jamuan yang telah disiapkan oleh lelaki manis tadi. Dua cangkir teh panas dan juga  beberapa camilan.

"Jadi, kamu yang mau nyewa kamar kos saya? Siapa namamu?" Pria itu menunjuk Taehyung.

Taehyung mengangguk. "Iya, pak. Saya Kim Taehyung. Yang ini teman saya, Park Jimin. Tapi bener kan pak kalau cuma 800rb per bulannya?" Tanya Taehyung.

"Ya iya lah. Masa muka sudah serius begini kamu bilang bercanda?"

Taehyung menggaruk tengkuknya walaupun tidak gatal. "Ya, saya pangling liat bangunannya, pak. Mewah banget."

Pria itu merasa tersanjung setelah bangunannya di puji. "Iya dong, liat dulu siapa yang ngedesain. Bapak Jeon Muhidin." Setelahnya berdehem. "Udahlah, kamu liat-liat dulu kamar kosnya sama anak saya. Kalau cocok langsung deal."

"Baik pak, makasih banyak loh ini."

Bapak yang kerap dipanggil Idin itu mengangguk. "Nggak usah sungkan. Dek Jungkook, temenin mereka liat-liat kamar kosan. Kuncinya ada di jaket ayah."

Lelaki manis yang bernama lengkap Jeon Jungkook itu mengangguk. "Iya, ayah. Ayo kak."

Jimin menyeletuk. "Ayo-ayo."

Keduanya meninggalkan Taehyung di belakang yang melihat ke arah sahabatnya malas. Sebenarnya yang mau menyewa di sini Jimin atau dirinya?

+'+

MORIBOTE
[To Be Continued]

Halo, Ini Arell Kim!

Hehe, udah berapa bulan nggak nyapa di sini? Maaf ya, Arell kena writer's block beberapa bulan yang lalu. sama sekali ga ada ide buat lanjutin buku. Dan malah kepikiran buat bikin buku baru. Mungkin cerita yang sebelumnya akan dilanjut tapi masih belum tahu kapan mau dilanjutnya. Maaf lama menunggu.

SEE YOU!

MORIBOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang