EMPAT

750 114 18
                                    

JJK's POV

Hari itu hujan turun sangat lebat bak awan yang sedang menangis karena kehilangan salah satu orang yang ia cintai. Petir bergema sesekali dengan pancaran cahaya yang membuat langit terang sementara. Air kubangan mulai penuh membasahi jalan yang sebelumnya kering.

Dan Jungkook disini, menatap murung kepada langit. Meneduh di pinggir halte tanpa menggunakan mantel tebalnya. Ia mulai kedinginan saat suhu diperkirakan mencapai 8°c.

Sial sekali dirinya terjebak hujan saat perjalanan pulang dari kelas siangnya. Sialnya lagi, ia tak membawa payung dan bus pun belum tampak lagi.

Ia menggosokkan kedua telapak tangannya mencari kehangatan, lalu ia tempelkan pada pipinya yang memerah. Hidungnya pun ikut memerah dan tersumbat.

Hilang sudah harapan Jungkook untuk tidur nyenyak dan menonton serial drama favoritnya. Ia mungkin akan pulang terlambat kali ini.

Kembali ia menggosok kedua tangannya lau ia tempelkan pada permukaan wajahnya.

Namun tak lama sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan halte yang ia tumpangi itu. Sosok bertubuh tegap dengan jaket kulit berwarna coklat itu pun turun dari motornya dan ikut meneduh di sampingnya.

Oh, ia mengenalnya. Sosok itu adalah orang yang baru saja menempati salah satu kamar di lantai tiga kosan ayahnya. Iya, dia adalah Kim Taehyung.

"Loh? Kak Taehyung baru pulang?" Tanya Jungkook basa-basi.

Taehyung mengangguk. "Iya dapet kelas siang."

Jungkook hanya ber-oh ria sambil ikut mengangguk. Setelahnya sepi, tanpa ada percakapan lagi yang mereka katakan.

Rasanya sangat canggung, dan Jungkook tak bisa menahan detak jantungnya.

"Udah lama neduhnya?"

Jungkook terlonjak kaget. "O-oh ya. Udah lumayan lama."

"Nggak ada bus yang lewat?" Tanya Taehyung, lagi.

Dirinya menggeleng. "Belum ada sama sekali, kak."

"Busnya lagi neduh, kali."

Jungkook termenung. Apakah sosok disampingnya ini sedang bercanda atau malah sedang serius mengatakannya. Dari mulutnya, ia yakin bahwa Taehyung sedang bercanda, namun dari ekspresi wajahnya, tampak sangat serius.

Taehyung kembali menyela. "Lupain aja."

Oh, berarti Taehyung sedang bercanda. Namun sayangnya ia tak menangkap lelucon tersebut. Ia hanya melongo kebingungan.

Tak lama, Taehyung membuka jaket kulitnya itu lalu menyerahkannya pada Jungkook. Menyuruhnya untuk mengenakan jaket kulit itu sebab Jungkook terlihat kedinginan.

Jungkook menggumamkan terima kasih untuk jaket tersebut.

Hujan mulai reda pada pukul dua siang. Suhu mulai menghangat seiring kembalinya matahari yang menyinari jalan. Pemotor yang sebelumnya meneduh pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Begitu pula Taehyung, ia memakai kembali helmnya lalu mulai beranjak menuju motornya yang basah.

Jungkook menatap Taehyung yang sedang mengelap jok motor itu menggunakan lap yang selalu Taehyung bawa di dalam bagasinya.

Ia mengeratkan jaketnya karena suhu masih terbilang dingin. Sedangkan Taehyung sudah duduk di atas motornya. Namun belum juga dinyalakan mesinnya, Taehyung menatap dirinya lalu menepuk jok belakang motornya.

"Cepetan naik keburu hujan lagi." Suara yang teredam di balik busa helm itu mengagetkan lamunan Jungkook.

"Aku ikut?" Tanyanya.

Taehyung tampak mendecih. "Mau gue tinggal?"

Ia menggeleng, setelahnya beranjak mulai menaiki motor besar Taehyung yang membuatnya duduk lebih dekat dengan Taehyung.

Detak jantungnya sungguh tidak beraturan dengan posisi dekat seperti ini. Taehyung pasti akan mendengarnya.

Kedua tangan kekar menggenggam tangannya, menuntunnya melingkari pinggang si pengemudi. Membuat mereka semakin menempel satu sama lain.

"Pegangan, gue ngebut."

Motor itu mulai mengikuti laju lalu lintas yang lumayan ramai itu. Dengan posisi dirinya menempel pada Taehyung dan juga tangan yang melingkar di pinggang. Wangi maskulin yang khas sekali ia hirup dalam-dalam seperti tak ada hari lain untuk melakukannya. Jungkook mulai terlena dengan wangi khas itu.

Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Tidak ada topik untuk dibicarakan oleh mereka. Hanya terdengar deruan mesin kendaraan dan juga angin yang lumayan kencang.

Jungkook mengumpat diam-diam pada jantungnya yang berdetak sangat keras. Bisa-bisa Taehyung mendengarnya, dan itu akan sangat memalukan. Ia berharap agar cepat sampai.

Dewi fortuna sepertinya memihaki Jungkook. Betul saja, mereka sudah sampai di depan bangunan berlantai tiga itu. Motor mereka memasuki perkarangan parkiran kosan tersebut.

Jungkook turun dari motor besar itu dan menunggu Taehyung mematikan mesin motornya itu. Saat Taehyung membuka helmnya dan menampilkan wajah tampannya itu, Jungkook lagi-lagi mengumpati dalam diam Taehyung karena ketampanannya yang membuat jantung berdetak keras.

"Lho? Masih disini?"

Jungkook tersentak dari lamunannya. "O-oh, ya. Anu, makasih tumpangannya ya kak."

Taehyung mengangguk. "Ya sama-sama. Masuk langsung mandi biar ga demam. Gue naik dulu."

Ia masih diam di tempat dengan Taehyung yang sudah menaiki tangga menuju kamarnya.

Seketika, pipinya mulai memerah seperti kepiting rebus. Mungkin bisa terlihat bentuk cinta yang keluar dari tubuhnya.

Ah, dia sedang jatuh cinta.

JJK's POV end

+'+
To Be Continued

Halo, karena ini cuma JJK's POV jadi kali ini cuma sedikit narasinya. Sejauh ini gimana? Masih tertarik dengan ceritanya?

See you soon ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MORIBOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang