Aku mengayuh sepeda ku dengan sekuat tenaga, gara-gara aku memikirkan mimpi semalam aku telat masuk kerja, meski aku hanya pelayan di sebuah restauran tapi pekerjaan itu sangat lah penting untukku. Aku hanya lulusan SMA sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Aku menyeka peluh yang ada di dahiku, dan segera menyimpan sepeda ku di parkiran untung saja aku belum terlambat masuk kerja, dengan senyuman aku masuk kedalam restauran dan segera mengganti pakaianku sebelum bos ku yang super duper galak datang.
"Alma, di cariin tuh sama pak bos" Rima nongol di balik pintu ruang ganti
"Emang bos udah kesini?" tanyaku, pasalnya bos ku itu selalu datang jam 9 pagi
"udah, sana ke ruangannya sebelum kamu di pecat"
Rima benar juga aku harus segera bergegas menemuinya atau aku akan terkena hukuman.
Aku mengetuk pintu ruangan si bos, terdengar suara dari dalam menyuruhku masuk.
"Kamu telat lagi, Alma?" tanya nya tanpa melihat ke arah ku.
Kalau kalian pikir bos ku ini adalah orang yang sudah tua kalian salah besar, bos ku ini masih muda dan seumuran denganku.
"Eh, enggak pak"
"Saya tahu kamu terlambat dua menit"
Aku hanya menghela nafas, dua menit saja tidak mendapatkan toleransi apalagi kalau aku telat satu jam.
"Saya kan sudah bilang, kalau kamu mau saya nikahi kamu gak perlu kerja."
Ini adalah salah satu hal yang tidak aku sukai dari bos ku ini selain dia adalah orang yang galak, sejak aku bekerja di sini tak hentinya dia meminta aku menjadi istrinya, bukannya aku menolak tapi aku merasa tidak pantas untuknya yang terlahir dari keluarga kaya raya.
"Pak Ervan yang terhormat, saya kan sudah pernah bilang saya belum mau menikah."
"Kamu selalu aja jawab begitu, jadi kapan kamu siap nya?"
"Sampai aku bertemu dengan pria yang ada di alam mimpiku"
"Ya gimana dong boss, saya kan emang belum siap, yaudah deh saya mau kerja nanti gaji saya di potong lagi" aku beranjak keluar dari ruangan pak Ervan.
Baru saja aku menutup pintu aku di kejutkan oleh sosok mak lampir yang katanya di jodohkan oleh orang tua pak Ervan tapi si bos nolak, bukan karena dia memang seperti mak lampir tapi karena sifatnya yang cerewet, bawel dan manja. Wajahnya memang cantik tapi sifatnya super duper ngeselin dari pada pak Ervan.
"Abis ngapain lo di ruangan tunangan gue?" kalau bisa aku ingin merobek mulutnya yang bergincu merah ini.
"Maaf ya, mbak Nur saya tadi di panggil sama pak bos. Permisi,"
Namanya sih Nurmala dan sering di panggil Mala, tapi entah kenapa aku selalu memanggilnya Nur aku pikir siapa tahu otaknya dapat pencahayaan.
"Nar Nur Nar Nur nama gue Mala"
"Lah iya kan Mbak namanya Nurmala apa salahnya saya panggil Nur? Udah ya Mbak saya mau kerja dulu"
Aku meninggalkannya yang pastinya tengah menggerutu sebal dan dapat di perkirakan kalau dia akan mengadu kepada pak Ervan dan bos ku itu tidak akan mendengarkannya.
Aku kembali ke kegiatanku melayani pembeli dan mengantarkan pesanannya, hari ini cukup ramai apalagi memasuki jam makan siang, banyak pelanggan dari kantor seberang yang hendak mengisi perutnya yang lapar aku yang selalu bersemangat melayani mereka dengan penuh senyuman.
**
Rasa lelah ini tidak menjadi kan aku mengeluh dan bermalas malasan, pekerjaan ku memang sudah selesai tapi aku membantu Sindy yang tengah membereskan piring kotor, ini bukan job disc ku tapi aku selalu melakukan ini dan aku senang melakukannya.
"Amla, kerjaan kamu sudah selesai cepat sana pulang ini udah malam" Pak Ervan menegurku
"Tanggung ini Pak sebentar lagi"
"Pulang sekarang atau saya suruh kamu semalaman disini"
Aku menghela nafas, pak Ervan sangat baik memang dia juga tampan dan mapan tapi aku tidak pernah mempunyai perasaan apapun padanya, jadi pak Ervan tolong maafkan aku karena selalu menolakmu.
Usai mengganti pakaian aku mengambil sepedaku di parkiran dan berpamitan kepada satpam yang berjaga disana.
Entah karena badan ini lelah tau apa sepeda ku oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, tapi untung saja seseorang menghentikan sepeda dan diriku sampai tidak jadi jatuh.
"Terimakasih" aku menatap nya, oh Tuhan! Apakah ini mimpi? Apa aku sudah tidur dan bermimpi? Aku menepuk pipi ku cukup keras dan rasanya sangat sakit, berarti ini bukan mimpi atau khayalanku saja.
Orang ini, orang yang sama. Yang selalu hadir di dalam mimpiku, apakah benar dia memang ada?
"Mbak. Kamu gak papa kan?" dia mengibaskan tangannya di depan wajahku, aku tersadar, sekali lagi aku menatapnya dan dia memang benar-benar mirip dengan dia.
"Eh.! Enggak, aku gak kenapa napa"
"Lain kali hati-hati" perlahan dia menjauh dan aku teringat sesuatu
"Hey, nama kamu siapa?" aku sedikit berteriak karena jarak dia dan diriku agak sedikit jauh.
"Satya" Setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya. Dan aku kembali tersadar Kenapa aku tidak meminta nomor teleponnya. Aku hanya menepuk jidat dan berharap esok akan bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Berbeda Alam
Paranormal"Ini bukanlah sekedar kisah CINTA biasa, tapi ini adalah tentang harapan dan juga keyakinan"