04

11 3 1
                                    

Alma, tolong aku"

Aku terus berjalan tak tentu arah, tidak tahu aku ada dimana tapi suara itu seolah dekat denganku dan terus memanggil nama ku meminta pertolongan, aku tidak melihat siapapun disini sangat gelap sekilas aku melihat sebuah bayangan melintas aku mengikuti nya dan masuk kedalam sebuah gua.

Aku mengamati gua itu, banyak sekali tulisan-tulisan yang tidak aku mengerti disini sangat terang karena ada banyak sekali obor yang menyala.

"Alma, tolong aku"

Lagi aku mendengar seseorang meminta pertolongan ku, kaki ini terus melangkah tapi tidak menemukan apapun disana, aku berteriak menanyakan dimana dia tapi tidak ada jawaban darinya.

Aku seperti mengenal suara yang memanggil ku tapi siapa dan dimana aku seakan lupa, hingga aku menemukan sebuah ruangan di gua itu, tanpa berpikir panjang aku memasuki ruangan itu.

Aku terkejut melihat seseorang tertidur di dalam sebuah peti kaca, aku mendekati nya dan aku kembali terkejut melihat siapa yang terbaring itu.

"Satya".

..

Aku terbangun setelah bermimpi aneh, kenapa aku memimpikan Satya seperti itu? Apa ini? Aku tidak mengerti sangat jelas sekali aku seperti mengalami nya secara nyata, aku bisa mengingat setiap detail tempat dan kejadian di dalam mimpi ku ini.

Aku mengusap wajah ku jika aku bertemu dengan Satya kembali aku akan berbicara banyak dan mengatakan semua yang aku lihat dalam mimpi.

Berhari-hari aku memimpikannya dan akhirnya bertemu dengannya entah kenapa aku merasa ini bukanlah suatu kebetulan, aku merasa ini sedikit aneh.

Aku mengusap pergelangan bawah tanganku, tanda bulan sabit terlihat disana, banyak yang mengira itu bukan lah tanda lahir tapi sebuah tatto tapi memang itu hanya tanda lahir dan itu sudah ada sejak aku lahir, ada sedikit rasa sakit disana mungkin efek dari tidurku yang tidak bisa diam.

Aku melihat jam di ponsel ku sudah menunjukkan waktu subuh, aku menyibak selimut dan bergegas mandi dan mengerjakan Ibadah salat subuh, setelah itu aku menyiapkan sarapan untuk Ibu, sepertinya dia akan terlambat bangun karena kelelahan.

"Alma, tumben sekali sudah bangun biasa nya Ibu yang bangun kan"

Ibu menyapaku saat aku sedang menata nasi goreng di atas meja makan sederhana ini, aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Ibu, memang benar aku selalu terlambat bangun karena usai salat subuh aku selalu tertidur kembali.

"Sarapan Bu, hari ini Ibu libur saja, kayak nya ibu kecapean kemarin"

"tapi siapa yang akan bantuin Bu Ida di pasar"

"Udah Bu, aku gak mau Ibu sakit biar nanti aku yang ngomong sama Bu Ida dia pasti ngerti kok"

"Ya sudahlah, Ibu hari ini akan istirahat saja."

Aku tersenyum dan duduk di kursi di susul Ibu, walau hanya nasi goreng dan telur ceplok tapi rasanya sangat enak apalagi makan bersama keluarga kita.

Andai saja Ayah masih ada.

Aku menggelengkan kepala ku kalau Ibu tahu aku merindukan Ayah Ibu juga pasti akan sangat sedih mengingatnya, menurut Ibu dulu Ayahku adalah seorang Pengusaha kami orang berada tapi Ayah di tipu oleh rekan kerja nya membuat dia bangkrut dan terlilit hutang, Ayah terkena serangan jantung dan kami harus rela menjual semua aset Ayah untuk melunasi hutangnya, untung saja semua Aset itu bisa melunasi semua hutangnya tanpa harus aku atau Ibu yang menanggung nya, waktu itu aku masih berada dalam kandungan Ibu, dan Ibu selalu menceritakan bagaimana sosok Ayahku itu.

"Rasanya Ibu Rindu dengan Ayahmu, Alma" Ibu berucap dengan raut sedihnya.

Aku tahu Ibu sangat mencintai Ayah itu terbukti dari matanya dia begitu ingin bertemu dengan Ayah, tapi Ayah sudah tiada.

"Bu, biarkan Ayah bahagia disana"

Ibu hanya diam dan berlalu pergi, pasti sekarang Ibu akan menangis di kamarnya sembari memeluk foto ayahku sama seperti apa yang aku lakukan setiap aku merindu kan ayah.

Aku membereskan piring nasi goreng yang bahkan belum tersentuh sama sekali, selera makan ku hilang saat kembali di ingatkan akan kepergian seseorang yang begitu kita sayangi.

Tak ingin menggangu Ibu aku segera bergegas untuk berangkat bekerja, setelah di rasa tidak ada yang tertinggal aku mengayuh sepeda ku menuju tempat kerjaku, dalam hati aku berharap semoga saja malam ini aku kembali bertemu dengannya.

Sesampai nya di tempat kerja ku, aku sudah di sambut oleh bos ku yang memang seperti nya dia sengaja menungguku di depan pintu

"Minggir bos, jangan ngalangin jalan saya mau lewat" aku berucap tapi pak Ervan tetap menghalangi jalanku

"Ada apa sih bos?" Tanyaku dengan sabar

"Kamu harus bantuin saya"

"Bantuin apa bos? Asal jangan macem-macem"

"Macem-macem gimana?"

"Ya, macem-macem gitulah" aku bingung menjelaskan nya

"Saya gak akan macam-macam tapi saya mau satu macam"

"Apa?"

"Jadi pacar saya"

"Hah?" Aku terkejut mendengar perkataan pak Ervan apa katanya tadi? Jadi pacarnya?

"Mm, maksud saya itu kamu pura-pura jadi pacar saya" ulangnya mengkoreksi kalimatnya tadi

"Pura-pura jadi pacar bapak?" Aku bertanya memastikan

"Iya, malam ini ada acara pertemuan keluarga dan saya di minta untuk bawa pasangan kalau enggak nanti saya bakal di jodohkan sama si Mala" pantas saja dia terlihat khawatir

"Gimana ya pak? Saya sih mau aja tapi saya gak mau nyia-nyiain waktu saya" aku sedikit menolaknya

"Saya akan ganti waktu sia-sia kamu, jangan khawatir asal kamu mau jadi pacar bohongan saya" ini yang aku suka dari pak Ervan dia pasti ingat membalas kebaikan orang lain, meski aku sedikit memanfaatkan nya tidak apa kan?

"Oke deh pak, nanti saya ikut bapak" aku kembali berusaha untuk masuk ke dalam tapi dia menahan tanganku

"Sekarang kamu gak usah kerja, pergi ke salon dan belanja baju buat kamu saya temenin, masa jadi pacar saya kucel begini sih"

Aku memperhatikan penampilanku, apa ada yang salah? Sepertinya aku tidak sekucel apa yang di bilang pak Ervan

"Tapi kalau saya gak kerja hari ini nanti gaji saya di potong"

Ya jika pekerja bolos maka nanti akan di perhitungkan di hari gajian, aku tidak mau gaji ku berkurang walau hanya sedikit.

"Kamu tenang saja, kamu pikir saya minta kamu jadi pacar saya gratis apa? Saya akan menambah gaji kamu bulan ini" aku tersenyum mendengarnya, ternyata tidak ada salahnya aku menerima tawaran pak Ervan ini

"Ya udah saya ikut gimana bapak aja"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Berbeda AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang