03

686 115 34
                                    

"Ci Ge temenin aku ngelukis yu" ajak Zee yang baru saja selesai makan.

"Ayo, mau dimana?" Tanya Gracia menatap Zee dengan sorot mata yang berbinar. Mata indah itu semoga selalu bersinar selamanya.

"Abisin dulu makannya Ge, terus minum obat. Setelah itu boleh mau ngapain aja sama Zee" ucap Shani mengingatkan, Karena Felly tidak ada kali ini Shani harus menggantikan sang Mamah untuk mengurus adik-adiknya.

"Tapi inget ya gak boleh kecapean, jangan ngikutin Zee yang super aktifnya gak ketolong kaya kesurupan reog" ucapan Feni sontak membuat Zee kembali menatap Kakaknya dengan tajam, sungguh kakaknya yang satu ini omongannya selalu saja menyebalkan.

"Sekali lagi ngomongnya nyebelin aku cubit ginjalmu Kak"

"Mau dong di cubit ginjalnya" goda Feni tanpa merasa takut sedikitpun. Karena baginya kemarahan Zee adalah salah satu hal paling lucu yang ingin selalu Feni lihat.

"Diem Kak sebelum aku yang bikin Kakak diem"

"Mau dong dibikin diem" lagi-lagi Feni tidak berhenti menggoda sang adik.

"Astaga nyebelin banget sih. Untung Kakak, kalo bukan udah aku jual di online shop" kesal Zee berdiri dari duduknya kemudian pergi dengan menghentak-hentakan kakinya yang malah terlihat sangat lucu.

Feni hanya tertawa melihat kelakuan Zee yang randomnya sudah tidak tertolong.

Sementara Gracia hanya terdiam menyaksikan kelakuan Kakak dan adiknya itu.

"Kamu tuh hobi banget usilin Zee, giliran di cuekin beneran aja uring-uringan" Shani menggeleng heran, sebab Feni selalu saja membuat Zee ngambek, tapi selalu uring-uringan jika Zee tidak ingin berbicara kepadanya alhasil Feni akan minta tolong kepada Shani untuk membuat Zee kembali berbicara kepadanya, aneh sekali memang.

"Gak seru kalo Zee gak ngomel-ngomel, berasa ada yang kurang. Iya gak Ge?" Tanya Feni meminta persetujuan Gracia yang sedang meminum obat dibantu oleh Shani.

Gracia menatap Feni, lalu mengangguk setuju " iya bener Kak, aku mendukungmu" ucapnya.

Feni menyodorkan kepalan tangannya untuk tos, yang langsung di balas oleh Gracia.

"Jahil banget sama adeknya" ucap Shani membereskan obat Gracia.

"Yaudah saatnya tidur siang Ge" Shani berdiri dari duduknya untuk mengantar Gracia ke kamar. Namun sebelum itu terjadi Zee datang kembali dengan peralatan lukis ditangannya.

"Lah ko mau tidur sih Ci, katanya mau ngelukis" Zee memberengut karena mendengar Gracia yang disuruh untuk tidur.

"Lah kirain ngambek anaknya" Feni menoleh ke arah Zee.

"Tidak ada kata ngambek di dalam kamusku"

Mendengar itu, Feni tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Shani dan Gracia sekuat tenaga menahan tawa mereka. Apa katanya, Tidak pernah ngambek? Yang benar saja.

"Kamu berbohong aku pun percaya, kamu lukai ku tak peduli" Feni tiba-tiba bernyanyi berniat untuk menyindir Zee.

"Kakak ih udah dong berhenti nyebelinnya" rengek Zee.

"Udah Fen kasian adiknya ih" Shani menengahi "yaudah Zee mau dimana ngelukisnya?" Tanya Shani.

"Di gazebo taman belakang aja Ci" beritahu Zee kemudian berjalan menghampiri Gracia.

"Biar aku aja yang dorong. Ayo Ci Ge kita berangkat" Zee tersenyum sumringah lalu mendorong kursi roda Gracia dengan penuh semangat menuju taman belakang.

"Kalian duluan aja ya, Cici mau ngobrol dulu sama Feni" beritahu Shani.

"Siap Ci" teriak Zee yang sudah berjalan menjauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHANIA GRACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang